Part 9~ Baikan?

75 8 0
                                    

Hello... Author balik lagi nihh setelah sekian lama hiats😁

Happy reading guyss...😘

Jam menunjukkan pukul 02.55 dini hari. Reina terbangun karena rasa sakit di kepalanya muncul lagi, ditambah rasa mual pada perutnya yang membuat ia berlari dengan terburu-buru ke kamar mandi. Setelah itu, Reina meminum obatnya dan mencoba menenangkan diri.

Ya Tuhan tetap kuatkan Rei.

Reina meraih ponselnya yang berada di atas nakas di samping tempat tidurnya. Ia kemudian berusaha menghubungi seseorang.

"Hallo, kamu kok belum tidur?". tanya seseorang dari seberang sana.

"Baru juga bangun." jawab Reina.

"Oh ya?! Terus sekarang kamu lagi apa?" tanyanya lagi.

"Lagi duduk-duduk aja ni." jawab Reina.

"Tumben kok telepon jam segini?"

"Pengen nelpon aja."

"Ciieee,,, kangen yaa..." candanya.

"Hahaha, nggak juga."

"Kamu sendiri kenapa belum tidur jam segini? Hayooo..." tanya Reina.

"Aku baru aja pulang dari RS. Soalnya temen aku gak bisa nugas, makanya aku yang gantiin." jawab Rian

"Rei, jujur, kepala kamu sakit lagi ya? Apa perlu sekarang aku samperin kamu untuk periksa keadaan kamu?!" tanyanya memastikan.

"Haha, gak perlu kok. Rei mah kuat, disakiti aja masih tetap kuat kok." canda Reina.

"Rei, ini bukan waktunya untuk bercanda. Aku beneran khawatir sama kamu." ucap Rian serius dan penuh kelembutan. Yaapppss, Reina menelpon Rian.

"Rei gak papa, Rei juga udah minum obat kok tadi." Reina berusaha meyakinkan Rian walaupun ia sendiri tidak yakin dengan dirinya.

"Yaudah, kamu harus tetap minum obat kamu ya. Aku gak mau liat kamu sakit lagi, dan mulai besok kamu harus tetap cek kondisi kamu dan aku gak mau terima alasan apapun dari kamu!"

"Iyaya, bawel banget sih."

"Bawel-bawel gini juga demi kamu Rei,"

"Yaudah, istirahat gih, aku tutup telponnya ya?" tanya Rian.

"Iya." jawab Reina singkat. Setelah itu Reina menaruh kembali ponselnya dan mencoba tidur dengan tenang.

Untuk saat ini cuma dia yang bisa mengerti kondisi gue.~Reina

* * *

"Ecaaaaa....." teriakan Intan memecah keheningan antara mereka bertiga. Sandra kemudian menjitak kepala Intan karena suara teriakannya yang cempreng membuat telinganya sakit.

"Iiihhh... Sandra jahad." rengek Intan dengan nada yang dibuat-buat.

"Biarin. Biar tau rasa lo. Siapa suruh teriak di deket kuping gue." balas Sandra.

Reina yang dari tadi hanya diam akhirnya angkat bicara. "Daripada lo adu bac*t, mending suruh tu si Eca ke sini."

Melihat Eca berjalan ke arah mereka, Intan langsung menarik tangan Eca agar segera duduk di sampingnya.

"Santai napa!" protes Eca.

"Lo kenapa left dari grup?" tanya Reina to the point.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang