1. Yesterday [HINNY]

3.3K 117 9
                                    

Hi, everyone!

Ini adalah cerita pembukaan untuk book di wattpad. Sempat ada yang pesan untuk post beberapa oneshot yang sempat publish di FFN. Nah, supaya bisa jadi satu tempat, aku buat book khusus yang akan aku isi postingan oneshot fanfiction dari fandom Harry Potter. Mungkin akan banyak dari Hinny, dan ada kemungkinan datang dari pair yang lain. Jadi bisa request, ya. 

Terakhir, book ini hanya untuk selingan selagi aku kerjakan cerita yang lain. Postingan di sini bisa rajin, bisa juga lama. Tergantung situasi dan kondisi. Begitu, ya!

Oke.. dan cerita pertama ini adalah oneshot yang baru aku posting di FFN sekitar beberapa hari lalu (terhitung publisitas fic ini di wattpad). Sepi respon mungkin gara-gara aku lama ngga muncu di FFN. Dan semoga, di Wattpad bisa ada respon yang baik supaya aku bisa lanjut dengan postingan oneshot selanjutnya.

NB: fic ini terinspirasi dari lagu salah satu band Indonesia yang dapat musibah di akhir tahun 20018 lalu. Ada yang bisa tebak? Baca dulu sampai selesai, baru komentar.

.

Happy reading!

---------------------------------------------

Ada rasa berat ketika Harry menarik lengan kirinya. Kaku dan nyeri. Terutama pada pangkal pergelangannya. Ngilu menjalar tak ada rasa ampun. Selalu ia rasakan setiap putra bungsunya menanamkan jarum sihir itu di sana. Berulang kali karena memang itu dibutuhkan. Sesuai anjuran terbaik jika semua kesakitan itu tiba-tiba mengamuk dan menyakitinya.

Gorden penutup jendela kamar yang tinggi masih saja tertutup. Baginya itu perlu. Apalagi setiap malam sejak dia memintanya. Beberapa tahun lalu sembari berkata, "ditutup saja ya, Harry. Supaya aku tak memaksamu mengajakku keluar." Begitu saja yang terucap. Membiarkan kamar berdinding warna tan menenangkan di sana berganti suram semakin kelam.

Harry sama sekali tak mempermasalahkan jika harus mengajaknya keluar. Menikmati sinar matahari di luar rumah. Berkeliling kompleks, menyapa para tetangga yang begitu mengenal mereka. Bermain bersama anjing-anjing yang diajak berjalan-jalan bersama tuannya. Menyenangkan sekali hidup seperti itu. Kecuali, sejak lima tahun yang lalu semua mulai berubah.

"Albus mengurungku lagi di sini," kata Harry tepat saat ia lihat lekuk wanita di sisi ranjangnya. Duduk menatapnya sedang berbaring.

"Dia hanya ingin semuanya baik-baik saja," balasnya. Jemarinya halus membelai punggung tangan Harry. Dingin sedikit basah. Batin Harry menebak, dia pasti baru saja minum air es lagi.

Dengan senyuman, tatapannya enggan untuk lepas. Walaupun nihil yang mampu ia tangkap. Hanya rupa yang bersuara. "Kacamataku juga entah diletakkan di mana. Dia pasti bersekongkol dengan James supaya aku tak bisa melihat wajah cantikmu di pagi hari, sayang. Mereka kan sudah punya istri. Pasti tahu rasa bahagianya ketika bangun di pagi hari dan langsung melihat wajah cantik istrinya? Dasar anak-anak nakal. Tidak mau apa melihat Ayahnya senang." Harry lantas tertawa. Memeriksa sekeliling kamarnya masih gelap. Hanya beberapa kilatan cahaya yang menembus di sela jendela.

Tidak ada balasan yang terdengar oleh Harry. Hanya suara tawa yang tertahan. "Ah, kau pasti sedang tersipu sekarang. Sialan, aku jadi tak bisa melihatmu dengan jelas." Katanya kesal.

"Kau tak perlu melihatku dengan matamu. Cukup mengingatnya saja. Itu sudah cukup."

"Ya," Harry mendesah lepas. "Tapi, kau ada di sisiku, sayang. Kenapa harus diingat? Ya, memang harus diingat. Tapi.. aku bisa melihatmu secara langsung. Seperti kemarin. Hari yang indah setiap aku bersamamu."

For Better, for Worse (Kumpulan Cerpen Wizarding World)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang