🍃 ρɾσʅσɠυҽ 🍂

7.5K 690 32
                                    

Tarikan nafas Baekhyun semakin berat, tubuhnya terasa terbakar saat rasa haus akan darah semakin menjadi-jadi.

Bulan purnama bersinar begitu terang dilangit dan cahaya masuk ke dalam inderanya yang peka. Keindahan alam yang memanjakan mata tersebut justru menjadi panggilan mengerikan bagi kaumnya.







Rasa haus yang lebih menyakitkan daripada kematian. Dahaga yang yang berkali lipat rasanya. Membunuhnya secara perlahan-lahan.

Langkahnya terseok, tangannya meraih satu batang pohon ke pohon lain dan mencakar permukaannya demi mencari pegangan. Dalam kesakitan itu, ia menyesali segala kebodohannya.






Seharusnya, malam ini ia mengikuti keluarganya untuk mencari mangsa dan bukannya kabur karena rasa iba dalam dirinya.

Seharusnya ia menyantap darah mereka tanpa harus merasa kasihan oleh liquid bening di wajah korbannya.




Ia hanya harus menancapkan taringnya dan menghisapnya sekuat tenaga tanpa perlu membuka mata. Dan bukannya berlari pergi dan mengabaikan panggilan kakak tertuanya.

Ia tak tahu rasa hausnya begitu menyiksa.

Ia butuh darah.







"Akh!" Baekhyun terjatuh, ambruk di tanah.

Kulitnya yang pucat menjadi kemerahan karena rasa terbakar itu. Matanya yang awalnya semerah darah perlahan meredup. Berganti warna menjadi biru safir, warna aslinya. Nafasnya memendek. Tercekik oleh saraf-sarafnya sendiri.







Irisnya sudah akan tertutup sebelum indera penciuman dan pendengarannya yang tajam mengkoneksi adanya kehidupan di sekitarnya. Berjalan kearahnya dengan langkah pelan serta ragu.

Safir indahnya perlahan terbuka, menemukan seekor anak serigala putih tengah mengendus udara sembari mendekatinya.

Baekhyun pasti sudah sangat jauh dari wilayahnya karena kini dia telah memasuki wilayah para serigala. Klan yang tidak pernah akur dengan kaumnya. Seolah ada tembok terbentang luas yang membatasi rasa persaudaraan mereka.







Baekhyun sekeras mungkin mengendalikan rasa hausnya. Ia tak bisa menyakiti balita itu. Serigala itu masih terlalu kecil untuk dijadikan santapan. Itu tak beradap namanya.

"P-pergilah." ucapnya terbata.

Jemari lentiknya bergerak kecil, berusaha mengusir sosok dengan binar penasaran itu yang masih saja mendekatinya, seolah tidak tahu jika bahayalah yang tengah berada di hadapannya.

Bulunya yang putih bersih kontras dengan gelapnya malam. Heran bagaimana anak serigala kecil itu lepas dari pengawasan keluarganya dan justru berada di hutan sendirian, mengendusi jemarinya dengan hidung mungil berwarna abu gelap itu.







"Shh, pergilah!" Baekhyun masih berusaha mengusirnya. Berusaha mematikan indera penciumannya sekeras mungkin. Memilih memejamkan safirnya kembali.


Ini bau darah.


Bau yang begitu memikat.


Darah yang mengalir dari serigala itu begitu menggoda. Tapi ia tak boleh melakukannya.

Sesuatu yang besar bisa terjadi kelak. Para serigala ratusan jumlahnya, sementara vampire sudah semakin sedikit. Sebisa mungkin mereka menghindari kawanan yang mengancam.

Tidak, Baekhyun. Tidak boleh.








"Apa kau kesakitan?" cicit suara itu membuatnya membuka safir birunya kembali.

[••••]『 ꜱᴀᴘᴘʜɪʀᴇ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang