FOUR - Secarik Kertas

2.2K 186 17
                                    

#HappyReading!

Marsha POV

Aku berjalan ragu ke arah panggung yang ada di lapangan indoor siang itu. Tanganku yang memegang selembar kertas gemetaran, apalagi kala melihat siswa siswi yang memenuhi lapangan indoor siang itu.

Suasana di lapangan indoor kali ini sangat ramai, walaupun sekarang sangatlah gerah, enam kipas di sudut ruangan pun tak bisa mengalahkan gerah di dalam lapangan indoor ini.

Aku menoleh ke belakang lagi, tepatnya di sana ada Reva yang menyemangati ku, dan juga Yasmin, sepupu terdekatku yang tengah tersenyum manis ke arahku.

Jantungku berdegup kencang, bukan karena jatuh cinta, bukan sama sekali. Ah, jatuh cinta, aku pernah merasakannya dua tahun yang lalu, rasanya sangat manis di awalnya dan sangat pahit di akhirnya. Sejak saat itu, aku menutup pintu hatiku rapat-rapat.

Nama dan kelasku disebut oleh MC, segera aku melangkah ke arah panggung yang langsung menghadap ke arah penonton. Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan.

Tepuk tangan riuh memenuhi ruangan yang cukup besar itu, kala aku sudah berdiri dengan secarik kertas menghadap banyak orang.

Aku berdehem tepat saat mulutku ada di depan mic. Ruangan pun mendadak hening. Dengan menghela napas sekali lagi, aku mulai membacakan puisi yang sudah ku tulis ulang tadi, karena puisi yang ku buat semalam tidak cocok menuurutku.

Dalam sajak ku menyebut namamu
Begitu indah terpatri dalam hatiku
Dalam sajak ku teringat wajahmu
Nampak teduh meski kini hanya ada dalam mimpiku

Aku mendongak, mataku menjelajah ke seluruh ruangan. Tapi, oh, kenapa mataku malah bertubrukan dengan mata tajam itu. Segera ku menunduk lagi, menatap secarik kertas yang ku genggam.

Dalam sajak aku berpuisi
Mengenang cerita indah yang singkat ini
Tentang engkau yang tulus mendidikku
Mengajariku apa yang tidak ku tahu
Mendidikku hingga tak kenal waktu
Aku tak tahu bagaimana cara berterima kasih padamu
Guruku... Terimakasih untuk ilmu yang kau berikan padaku
Dengan bekal yang kau berikan kan ku emban amanahmu

Setelah puisi itu selesai aku baca. Detik itu juga riuh tepuk tangan mengisi gedung yang cukup besar itu.

"Yah, gue kira puisi cinta, karena awalannya itu loh kayak puisi cinta." Celoteh salah satu anak OSIS yang kebetulan ada di dekatku.

Aku hanya tersenyum tipis. Lalu berlalu, menuruni tangga panggung yang sempat membuatku gugup setengah mati.

Marsha POV end

******

"Hebat ya, si Marsha." Celetuk Egra menatap ke arah panggung yang kini hanya terdapat beberapa anak OSIS.

"Ye, siapa dulu. Gebetannya si Mars tuh." Imbuh Satria, kini nadanya menggoda Mars.

"Gebetan gundulmu." Ucap Mars tapi dijawab gelengan kepala oleh Erga.

"Eh, Mars. Lihat, Si Satria enggak gundul loh, kok Lo panggil gundul?" Tanya Egra menggaruk kepalanya.

"Yeee, nih anak." Bukan Mars yang menjawab, tetapi Satria yang langsung menempeleng kepala Egra.

"Udah, mending sekarang kita ke kantin aja." Kata Mars lalu berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Egra dan Satria hanya mengekor di belakang.

Saat di koridor, tak sedikit siswi yang menyapa Mars, entah itu hanya memanggil nama atau disertai pujian.

"Hallo Mars."

MARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang