6 | Lembang

16 0 0
                                    

Prediksi Mas Danta benar-benar tepat. Ketika aku sudah mendaratkan kakiku di villa yang kami akan gunakan di Lembang, aku begitu kedinginan. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, padahal kami sudah sampai villa semenjak pukul sebelas tadi. Sesuai prediksi Hannah, jalanan macet membuat bus mereka terhambat dan baru sampai jam satu yang lalu.

Aku berdiri di teras dengan keadaan meniup-niup jariku. Penglihatanku mendapati Diana yang girang mendapatiku berdiri di teras. Ia berjalan menuju ke arahku.

"Kenapa, Ra?" ekspresinya tiba-tiba berubah ketika mendapatiku seperti menggigil.

Aku hanya menggeleng.

Ia menyentuh tanganku. "Tanganmu dingin banget." ucapnya, ia kemudian menempelkan punggung tangannya di dahiku. "Badanmu nggak panas padahal."

Ku berusaha untuk menjawab pertanyaannya. "Dingin banget." Alih-alih mengeluhkan penyakitku, hanya respon itu yang keluar dari mulutku. Ku edarkan lagi penglihatanku menatap anak-anak yang mulai masuk ke villa masing-masing. Disini ada lima villa yang satu komplek tanah yang akhirnya kami sewa untuk Malam Keakraban empat tingkat.

Harusnya memang, Diana tidak ada di villa ini karena villa ini khusus untuk villa panitia. Sepertinya, ia memang ingin menemuiku. Masih banyak rombongan yang membawa barang bawaan dan mulai berjalan ke villa mereka masing-masing.

"Kamu dicariin Dani," balas Diana. "Makanya, aku disuruh sama dia buat nyari kamu kesini. Kamu disuruh ke taman."

Di sini memang ada taman luas yang dijadikan sebagai pusat dari kelima villa yang kami sewa. Aku memang meninggalkan Dani barusan untuk mengambil jaketku di kamar yang ada di villa. Ia sepertinya sibuk untuk mendekor taman untuk mempersiapkan acara selanjutnya.

Aku hanya mengangguk dan berusaha menormalkan diriku. Rupanya, Diana tidak membiarkanku untuk berjalan sedikitpun dari tempatku sekarang. Ia menatapku tajam.

"Aku harus ngehandle konsum bentar. Panitia yang lain baru nyampe soalnya, kasian Dani sama Gio." ujarku lirih. Aku berusaha mengatasi kedinginan yang ku alami dengan menggesekan jari-jariku satu sama lain.

"Aku temenin." ucapnya, tegas.

Aku hanya mampu tersenyum kecil. "Yaudah." balasku singkat. Aku kemudian berjalan menuju taman yang menjadi tempat makan siang akan di persiapkan.

Ia benar-benar mengikutiku ke taman tengah. Beberapa langkah saat sampai di taman tengah, ku dapati Gio dan Dani yang tampak menyusun beberapa tempat makanan yang mereka tata di atas meja yang mereka ambil dari dua villa. Mereka sepertinya sudah di bantu oleh beberapa orang panitia, seperti Bhaskara, Wildan, dan lainnya. Sementara aku bisa melihat Hannah yang sibuk dengan ponselnya, mengomel karena ada dua bus yang nyasar.

Mataku mendapati wajah serius Gio yang begitu telaten melakukan pekerjaannya. Aku tidak membahas soal pesan Bundanya yang kubaca, sepertinya itu memberiku tamparan jika aku harus berhenti berpikir negatif tentang seseorang. Sesekali ku lihat mereka berpose di depan Nabilla yang menangkap setiap momen yang ada dengan kameranya.

"Dani," Diana memanggil Dani dan membuat lelaki itu menghentikan aktivitasnya. "Nih, Dara."

"Ada apa, Dan?" tanyaku. "Sori tadi abis ngambil jaket."

"Snack dimana, ya, Ra? Kok di mobil Gio, nggak ada?" ia bertanya dari tempatnya berposisi. Ia begitu sibuk menutupi makanan-makanan yang berjejer disana.

REMINISCENCEWhere stories live. Discover now