Naradhipta B Sasongko
Gak ada alesan, aku jemput ke Matraman
Pagi itu di ruang tengah bersama Mama, aku mendapati pesan dari Naradhipta yang baru ia balas atas balasanku yang kemarin malam. Ia memang orang yang sangat lama membalas pesan, aku tidak heran sebenarnya dan bahkan tidak bertanya-tanya. Ku tatap tontonanku dan Mama, Mama tampak tertawa menatap acara komedi talkshow yang disuguhkan sebuah stasiun televise kala itu.
Aku baru kembali dari Lembang kemarin sore, setelah sampai Matraman, aku kemudian membalas pesan Naradhipta yang berniat mengajakku pergi hari ini. Aku memang tidak ada tugas ke kampus lagi, belum ada pengumuman remidial ataupun yang lain. Aku juga masih izin tidak masuk kafe sampai besok.
Ku pungut kembali ponselku dan membuka pesan dari Nara. Jujur saja, aku sedang tidak mood untuk mencari beban pikiran, ku ikuti saja apa maunya.
Dara Ayu Anindya
Sekarepmu wis
Balasan dari Nara sampai di ponselku beberapa detik kemudian.
Naradhipta B Sasongko
Artinya apa mbak?
Jangan jutek dong, galak terus, sensi terus
Masih di sekre, nanti sore aku ke Matraman
"Chattingan sama siapa tuh?" tanya Mama sambil menggodaku, matanya masih fokus menatap ke tontonannya.
"Ada, kakak tingkat." balasku singkat. Sebenarnya, jika masalah asmara aku selalu bercerita pada Mama, paling tidak ya Mas Danta, tapi sebenarnya aku belum merasakan hal-hal itu ketika masuk kuliah. Entahlah, masih biasa saja.
Namun, hal biasa itu sepertinya mulai berubah ketika aku menerima surat dari malam terakhir di Lembang kemarin. Sesi kemarin memang ada sesi yang isinya saling memberikan surat untuk teman seangkatan Pemda Jogja di masing-masing villa. Aku tersenyum sendiri ketika mengingat surat yang Gio berikan padaku.
Surat itu singkat, cenderung paling singkat di antara semua surat yang ku terima.
Jangan kesal lagi sama aku ya
Cuma itu, namun surat kecil itu membuatku senyum-senyum sendiri di dalam bus. Tiap ku lihat kilatan wajahnya, aku kembali mengingat bagaimana hari-hariku saat ku lewati bersamanya. Ia makhluk yang tak banyak berucap, namun aku selalu menghargai bagaimana ia menyampaikan perasaannya ketika berucap. Entahlah, selalu bermakna. Jarang aku temui lelaki seperti itu, aku lebih sering menghadapi manusia seperti Nara, yang banyak gaya, banyak tingkah dan banyak kata. Gio begitu berbeda.
Semenjak kejadian itu, aku akhirnya sering menguntit aktivitasnya di sosial media. Mulai memperhatikan feed instagramnya yang memang sangat estetik, memperhatikan beranda akun linenya. Dia memang sangat low profile dan seperti makhluk yang tidak terlalu suka jadi sorotan.
Ku merasa nyaman memang di dekatnya, aku suka mendengarnya bercerita. Aku suka caranya mendengarkanku, seperti aku makhluk yang patut untuk didengarkan. Hal yang paling kusuka, ia banyak memberitahuku tentang bagaimana dirinya lewat sikapnya yang tidak biasa padaku.
Sebenarnya, aku tidak terlalu berpikiran terlalu jauh. Mungkin ini hanya perasaanku mengaguminya, karena dia temanku. Diana yang sangat dekat dengan keluarganya pun masih tidak bisa menembus dinding perbatasan atas kenyaman Gio dengan dirinya sendiri, apalagi aku―manusia yang baru ia kenali kemarin. Aku juga tidak mau merusak pertemanan kami hanya karena perasaanku ini.
YOU ARE READING
REMINISCENCE
RomansaBeberapa orang tau apa yang berarti untuknya, dan beberapa orang tidak tau apa yang berarti untuknya. Tapi bagaimana jika, ada orang yang sudah tau itu berarti untuknya namun berusaha menyangkalnya? Atau bagaimana jika, ada orang yang sudah tau itu...