#Chapter3 Awal Dari Semuanya

22 2 0
                                    

Rara membuka matanya pelan, dia bingung kenapa dia bisa berada di UKS dan apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Terdengar langkah kaki dari kejauhan dan semakin dekat. Dia menanyakan kabar Rara

"Lo udah sadar?. Masih pusing gak?, nih tehnya diminum ya." Langkah kaki itu ternyata milik Dima seniornya.

"Udah gak papa kok kak makasih." Sambil meminum teh yang diberikan Dima.

"Lo punya sakit apa? Kok lo tiba-tiba pingsan gitu aja, apa lo udah sakit dari rumah atau lo sakit gara-gara bau toilet? Wkwk." Tanya Dima.

Jujur, sekarang pipi Rara udah kayak kepiting rebus, karena kontak langsung dengan pujaan hatinya itu.

"Gue juga gak tau kak, tiba-tiba aja tadi kepala gue sakit banget dan semuanya jadi gelap seketika dan saat gue bangun udah di sini kak." Jelas Rara.

Flashback on

Saat Rara pingsan. Dima langsung membopong Rara ke ruang UKS. Teman-teman Dima semua pada kebingungan dengan sikap Dima yang tiba-tiba care sama perempuan. Biasanya dia jaga jarak banget sama perempuan, Dima aja enggak pernah mempunyai pacar sama sekali. Kira-kira Dima pernah menyukai perempuan enggak ya, kalau enggak kan enggak normal.

Dima meletakkan tubuh Rara ke ranjang UKS dengan hati-hati. Kemudian Dima mengoleskan minyak kayu putih di leher, tangan, kaki Rara dan di kepala Rara. Setelah itu, Dima menyelimutinya. Dima menunggu Rara sadar dia duduk di samping Rara. Setelah 2 jam berlalu Rara tersadar dari pingsannya.

Flashback off

"Lo mau gue anter ke rumah sakit?" ajakan Dima.

"Enggak usah deh kak, Rara pulang aja." Tolak Rara.

"Oh iya nama gue Dima, gue kelas 12 A1, rumah gue di perumahan Asri Polri Blok E/NO.22." Sambil mengulurkan tangannya ke Rara.

Lah kita tetanggaan dong. Batin Rara.

"Gue Rara kak, gue tinggal di perumahan Asri Polri Blok D/No.28." Dengan memegang tangannya Dima, lebih tepatnya berjabat tangan dengan Dima.

"Wah kita tetanggaan dong, rumah kita searah, yuk pulang bareng gue." Ajak Dima.

"Enggak usah deh kak, biar Rara suruh mama jemput Rara di sekolahan."

"Enggak ada penolakan pokoknya gue mau, lo pulang bareng gue, lagian jalannya juga searah, gue Cuma mau mastiin lo pulang kerumah, yuk pulang." Dima menjulurkan tangannya di depan Rara. Kemudian Rara menggapainya.

"Yaudah deh kak, asal enggak ngerepotin kakak."

"Enggak repot sama sekali putri cantik."

**

Diatas motor, angin membelai wajah Rara dengan lembutnya. Hanya ada keheningan diantara mereka yang mewarnai perjalanan pulang mereka.

Krucuk kruyuk grrr suara perut Rara yang bertanda bahwa Rara sedang lapar. Rara lapar karena tadi pagi Rara juga tidak sarapan.

Semoga aja Dima nggak denger tadi.  Batin Rara.

KRUCUKKK GRRRR suara perut Rara terdengar dengan kerasnya, lebih keras dari yang pertama tadi. Memang kalau Rara sedang kelaparan, perut Rara berbunyi terus menerus hingga perutnya terisi makanan atau sesuatu yang mengenyangkan.

"Mampus noh!." Ucap Rara sambil menepuk jidat Rara sendiri. Pipi Rara sekarang sudah kayak kepiting rebus, merah sekali. Rara sangat malu kalau suara perutnya terdengar oleh Dima.

"Ngapain mampus?" Tanya Dima.

"Hah, eng.. enggak apa-apa kok."

"Kalau enggak apa-apa, ngapain bilang mampus."

Bener juga apa yang dibilang Dima, kalau enggak kenapa-napa ngapain bilang mampus. Padahalkan Rara lagi kelaparan hahahaha.

Dan kemudian, tiba-tiba Dima mampir ke warung yang jualan nasi goreng sama mie goreng aja. tuhkan jadi ketahuan kalau Rara kelaparan.

"Lo mau makan apa? Nasi goreng apa mie goreng?" Tanya Dima.

"Enggak usah kak, gue gak laper."

Tanpa tanya lagi Dima langsung membelikan mie goreng tetapi dibungkus untuk Rara makan dirumah.

"Kan gue bilang gak usah kak, gue lagi gak laper."

"Ini kan dibungkus, bisa lo makan kapan aja."

Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah Rara. Sesampainya dirumah Rara, Rara beranjak turun dari motor Dima.

"Makasih ya kak udah di anterin, makasih juga mie gorengnya, masuk dulu yuk kak." Ajak Rara.

"Enggak usah deh Ra, kapan-kapan aja, gue langsung pamit mau langsung pulang aja."

"Yaudah, hati-hati ya kak."

"Iya." Brum brum ngengg Dima langsung mengegas motornya.

Rara masuk kerumahnya, dan ditanyai Lisa mamanya Rara.

"Loh Ra, itu tadi siapa?, kok enggak diajak masuk dulu?"

"Itu kakak kelas aku ma, dia tetangga kita, dia Dima tinggal di Blok E nomer 22 ma."

"Oalah tetangga kita to, yaudah kamu cepetan mandi terus makan terus istirahat yaa."



Author note:

Segini dulu yaa, jangan lupa tinggalkan suara kaliann, love youuu

I Love You, Always.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang