Enam empat puluh pagi Satura sudah tiba di sekolah dengan motor jap-style nya. Semua mata yang berada di parkiran tertuju pada Satura, terutama para kaum hawa.
Helm retro hitam yang menutupi kepalanya ia lepaskan, jari tangannya mulai ia kibas-kibaskan di kepala untuk merapikan rambutnya yang agak berantakan. Kaca spion bulat menjadi objek untuk melihat tatanan rambutnya.
Sambil tersenyum ramah pada kaum hawa yang berdiri di sekitaran parkir, ia meninggalkan parkiran. Dari kejauhan Satura melihat Tiga dan Mutia sedang ngobrol depan pintu kelas. Mereka terlihat asik ketawa ketiwi seolah-olah tidak pernah ada masalah dalam hidupnya. Dengan segera ia mempercepat langkahnya.
Satura kini berada di belakang Tiga. Namun, kehadirannya belum di sadari oleh Tiga dan Mutia. Dengan cepat Ia mengulurkan tangannya untuk meraih rambut Tiga, lalu menariknya perlahan membuat Tiga yang sedang asik mengbrol dengan Mutia kaget.
"Aduh!!".
Tiga menoleh kebelakang, matanya kembali bertemu pandang dengan pria yang membuat pikirannya sibuk tadi malam. Satura melemparkan senyuman pada Tiga yang masih terkejut setelah ditarik rambutnya. Senyuman Satura bagai udara segar yang membuat napas menjadi lega, membuat Tiga tidak berhenti tersenyum. Detak jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya. Namun, kali ini ia coba untuk tenang dan berusaha untuk normal.
"Satu... jail ya..".
"Upss... sorry. Sakit gk?". Tanya Satura
"Enggak..... cuma kaget aja". Jawab Tiga dengan senyuman yang semakin melebar membuat seluruh giginya yang putih hampir terlihat semua. Senyuman ini semyuman yang tidak pernah ia berikan kepada pria manapun.
"Pagi Mut..". Sapa Sastra
"Pagi juga Sat". Mutia pun tersenyum dan menyapa kembali.
"Sat... ko aku gk diucapin selamat pagi..? Malah ditarik rambutnya?".
"PAGI.... TIGA!!!"
Entah dari mana datangnya, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Hafiz sudah ada di antara mereka dan mengucapkan selamat pagi pada Tiga.
"Hafiz!!, apa sih!!".
Wajah Tiga yang awalnya sembringah dan penuh senyum, kini wajah tiga merengut penuh kesal.
"Lho, tadikan lu pengen di ucapin selamat pagi..., gue ucapin lah!!". Sambil senyum tidak jelas Hafiz menggoda Tiga.
"Hafizzz...!!!, mau sampe kapan lu rusak mood gue!!!!?". Tiga berteriak pada Hafiz, meluapkan kekesalannya.
"SAMPE DEWI PAKE BAJU SYAR'I!!!!!"
"HAHAHAHAAHH!!!".
Hafiz berlari ke kelasnya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tiga!!"
Satura memanggil.
"Iya.." jawab Tiga lembut sambil tak henti-henti memandang Satura.
"Gue ke kelas dulu ya".
Tiga hanya tersenyum saat Satura berpamitan untuk kekelas bersama Mutia.
"Ayo Mut". Ajak Satura
"Bye.... Tiga".
"Bye.... Satu, Bye Moet..".
Mutia mengikuti Satura yang melangkah lebih dulu, ia hanya mengekor di belakang tidak mencoba untuk menyamakan langkahnya dengan Satura. Mutia masih malu karena mereka baru kenal kemarin.
*****
Pelajaran pertama hari ini bahasa Inggris. Mr. Doni berdiri di kelas memegang absensi siswa dan siswi kelas IPS. Dia mengecek kehadiran muridnya satu persatu dengan teliti. Mr. Doni guru yang serius tapi santai, cara mengajarnya sangat mendewasakan murid. Tidak ada batasan, semua boleh komentar saat dia mengajar asalkan sesuai topik yang dibahas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Satu
FanfictionBertahan adalah cara terbaik untuk memenangkan sesuatu yang kita inginkan, terutama ingin mendapatkan perasaan orang lain, apalagi jika kita lemah. siapapun yang bertahan atau bisa menahan perasaan dia akan mendapatkan kebahagian pada akhirnya.