4

1K 170 1
                                    


Monmaap ceritanya ngebosenin. Alurnya aneh juga.

Akutu masih pemula

Mohon maklum yak
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Hari ini Jihoon gak kerja ke cafe. Dia ijin, perasaannya gak enak. Ditambah lagi seragamnya kotor gara gara mobil yang barusan lewat.

"Lai Guanlin sialan. Gara gara dia seragam kerja gue jadi kotor."

Jihoon membuka pintu utama rumahnya, "Jihoon pulang."

"Ayah!"

Jihoon kaget liat ayahnya yang tergeletak di lantai. Di ruang tengah rumahnya. Jihoon buru buru nyamperin ayahnya, dia angkat ayahnya, didudukin di sofa.

"A-ayah..."

"Ji, ayah gapapa. Cuma gak enak badan aja. Tadi pusing banget, jadi ambruk gitu," jelas Ayahnya. Jihoon udah pengen mewek aja sekarang.

"J-Jihoon anter ke kamar aja ya? Ayo Yah," kata Jihoon, terus mapah Ayahnya jalan ke kamar.

Setelah baringin Ayahnya di kasur, dia nyelimutin Ayahnya pake selimut tebal. Terus keluar kamar buat bikin bubur. Gak lupa, sebelumnya dia ganti baju dulu.

"Ayah... Ayah.. Jangan sakit," gumam Jihoon. Dia hampir nangis sekarang. Dia paling gak bisa liat orang sakit.

Dia jadi keinget bundanya. Sebelum meninggal, bunda juga sakit sakitan kaya gini.

"Hiks, bunda..."

Jihoon bawa mangkuk yang berisi bubur panas itu ke kamar. Juga baskom sama handuk buat ngompres dahi ayahnya.

Jihoon duduk di pinggiran ranjang yang dipake ayahnya tidur. Dia ngusap air matanya, terus bangunin ayahnya yang masih nutup mata, tidur.

"Ayah... Ayah, ayo makan dulu, terus minum obat," kata Jihoon lembut sambil nepuk pundak ayahnya pelan.

Park Chanyeol, ngebuka dua matanya. Terus duduk dibantu sama Jihoon. Dengan telaten, Jihoon nyuapin ayahnya.

"Ayah jangan sakit..." gumam Jihoon setelah selesai nyuapin Ayahnya sama bantuin minum obat.

"Iya Jihoon. Besok ayah sembuh," jawab Chanyeol sambil ngusap rambut anaknya.

"Ayah tidur gih, istirahat," kata Jihoon.

"Sebentar Ji, ayah pengen cerita."

"Hng?"

"Semalam itu... Ayah mimpiin bunda kamu," Jihoon kicep.




















Putih.

Semua yang dilihat Chanyeol cuma warna putih. Dia napak di atas rumput setengah basah yang lembut banget.

"Chan?"

Seketika Chanyeol noleh. Dia liat mendiang istrinya, Park Baekhyun. Dia deketin Baekhyun, dan dipeluk erat.

"B-Baek? K-kok bisa..." kata Chanyeol setelah ngelepasin pelukannya.

"Aku gak mau basa-basi Chan, aku kecewa sama kamu," kata Baekhyun.

"Kamu-- kamu nyakitin hati anak ki-- maksudku anakku. Park Jihoon, semenjak kamu nikah lagi, dia tersiksa! Dia diperlakukan layaknya pembantu di rumahnya sendiri!" pekik Baekhyun, air matanya udah berlinang membasahi kedua pipinya.

"Dia punya hati yang baik Chan... Dia bahkan kerja paruh waktu buat bayar sekolahnya! Istri kamu itu cuma bisa habisin uang yang kamu kasih ke dia! Apa kamu tahu itu? APA KAMU PEDULI, PARK CHANYEOL?!! HAH?!"














"Ji... Maafin Ayah. Ayah gak tau kalau selama ini kamu diperlakukan seburuk itu sama ibu dan saudara tiri kamu. Maafin Ayah..." lirih Chanyeol, lalu meluk Jihoon erat. Jihoon udah nangis sekarang

'Bunda... Jihoon sayang bunda...'

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Park Jihoon! Buatin sarapan buruan! Gak tau gue udah mau berangkat ngampus hah?!"

Jihoon yang baru aja selesai bersihin badan ayahnya(pake handuk basah gitu ya, jadi ayahnya tetep baring di kasur), ngedengus  pelan.

"Maafin ayah ya Ji..." lirih Chanyeol.

"Bukan salah ayah kok. Ayah tidur lagi aja ya? Jihoon ngurusin mereka dulu, Jihoon sayang ayah." Jihoon ngecup dahi ayahnya pelan, terus keluar dari kamar ayahnya.

Jihoon mulai nyiapin sarapan buat ibu dan sodara tirinya. Gak lupa nyiapin bekal buat sekolahnya.

Habis itu, dia siap siap juga buat berangkat sekolah. Pamitan sama ayahnya, terus berangkat naik bus ke sekah deh!

"Pagi ucup," sapa Jihoon. Cowok cantik itu langsung duduk di tempatnya.

"Kemana aja lo dari kemarin kemarin? 3 hari gak masuk sekolah, untung gue sekretarisnya, jadi gue isi sakit aja. Ntar lo bisa diskors kalo alfa sampe 3 kali," jelas Hyungseob panjang lebar.

"Whaatt?! Makasih ucupkuuu! Makin sayang deh hehehe."

"Jawab pertanyaan gue woi! Lo kemana aja?!" 

"Ayah sakit."

"Lah?! Sakit apa?"

"Kemarin kemarin demam doang. Terus katanya pusing. Terus tambah suka muntah muntah. Tambah batuk," ujar Jihoon. Suaranya parau, dia takut kalo ayahnya bakal pergi nyusul bunda.

"Udah dibawa ke dokter?" tanya Hyungseob.

"Udah, ayah udah minum obat. Tapi malah sakitnya makin parah. Gue... Gue takut hiks. Mana mak lampir sama anaknya itu gada bantuin ngerawat ayah, mereka malah makin seenaknya sama gue, hiks." Jihoon mulai nangis.

Hyungseob kicep

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyungseob kicep. Dia bingung juga mau bantuin gimana. Sekarang ini dia cuma ngelus punggung Jihoon bermaksud menguatkan.

"Em.. Ji, gue ke toilet dulu ya sebentar." Hyungseob pamit terus jalan keluar kelas setelah Jihoon ngangguk.

Pluk

Tiba-tiba ada sapu tangan jatuh di atas meja Jihoon.

"Eh?" dia ngedongak. Ada Guanlin yang natap dia datar.

"Gue bukannya peduli. Tapi gue benci liat orang nangis. Apapun alasannya."

Jihoon syok kawan kawan. Itu kalimat terpanjang yang dia denger dari Guanlin.



TBC


Huhuhu maaf baru update. Aku nyusun alur cerita ini sampe akhir dulu. Biar ntar bisa selesai dengan sempurna.

Semoga tidak mengecewakan :")


[btw aku ada draft. Tapi ratednya agak anu :v ]

c i n d e r e l l a [panwink] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang