untuk apa gue diciptakan kalau hanya untuk kehidupan yang seperti ini.
***
Setelah melihat Laporan Hasil belajar atau Raport Gio selama 2 semester, Evan menyimpannya dengan kasar ke meja yang ada didekatnya, Evan mengusap mukanya kasar. Ia masih tidak habis pikir kepada anaknya itu. Semua keinginannya selalu ia penuhi, tapi ini hasilnya.
Anak itu masih sibuk dengan game online yang ada di hpnya dan earphone yang terpasang ditelinganya. Sama sekali tak memperdulikan respon sang ayah terhadap Laporan hasil belajarnya yang dibagikan tadi siang.
"Gio" panggil Evan dengan nada tinggi.
Yah, anak lelaki itu masih sibuk dengan aktivitasnya.
Evan beranjak dari tempat duduknya, lalu menghampiri anaknya. Ia spontan langsung melepas earphone yang dipakai anaknya itu dan membuangnya.
Perlakuan lelaki paruhbaya itu sangat mengganggunya. Gio beranjak dari tempatnya, dengan menampakan wajahnya yang sangat kesal.
"Ada apa sihh?"
Pertanyaan Gio itu sangat membuatnya semakin marah. Bisa bisanya anak ini tidak meliki rasa bersalah sama sekali.
"Kamu masih tanya kenapa?"
Evan mengambil raport tersebut dan memperlihatkannya.
"Kamu malu maluin papa! kenapa bisa sampai tidak naik kelas?"
Anak itu tak memperdulikan kemarahan ayahnya itu, Ia mengambil hpnya kembali dan melanjukan gamenya.
"Gio, Papa itu nyekolahin kamu itu biar kamu pinter, Papa sekolahin kamu ditempat yang mahal. Apapun keinginan kamu selalu dipenuhi."
Evan menarik nafasnya, "Dan hasilnya ini? kamu malah tidak naik kelas, nilai kamu Anjlok." jelas Evan menasehati Gio.
Semakin tak nyaman dengan ocehan papa nya itu, Gio melempar ponselnya.
Gio beranjak, "Gak usah so peduli!" Jelas Gio.
Plak
Sebuah tamparan cukup keras mendarat tepat dipipi Gio. Yah, Evan menampar anaknya itu. Ia sangat kesal mendengar ucapan anaknya tadi.
"Selama ini papa kemana?, disaat Sekarang Gio gak naik kelas papa nyalahin Gio. Papa seharusnya instropeksi diri, apa pernah papa perhatiin Gio?, gak pernah kan pah. Bahkan yang bawa Raport Gio kesekolah Bu nia. selama ini Gio tinggal sama papa, tapi Gio ngerasa Gio gak punya orang tua lagi. Papa lebih sayang dengan pekerjaan papa." jelas Gio ke Evan.
Evan terdiam mendengar ucapan anaknya, dia akui dia memang tak pernah memperhatikan anaknya. "Gio papa kerja buat kamu, papa mau semua kebutuhan kamu, keinginan kamu terpenuhi." ucap Evan.
Gio membuang nafasnya kasar "Gio butuh papa yang selalu ada buat Gio" Ucap Gio dan langsung meninggalkan papanya.
Gio langsung berlari menuju ke kamarnya, dilantai 2.
"Gio" Tegas Evan.
Gio tak memperdulikan ucapan papanya, dia langsung masuk ke kamarnya. dan menutup pintu kamarnya dengan kasar.
________
Nia, sang Asisten rumah tangga dirumah Gio melihat dan mendengar pertengkaran antara Ayah dan anak tersebut. Memang ini menjadi pemandangan yang sudah tidak aneh lagi baginya.
Melihat Gio yang langsung masuk ke kamarnya, Nia berniat untuk menghampiri Gio. Setelah Evan kuluar rumah dan berpamitan untuk pergi keluar kota, untuk mengurusi pekerjaanya. Nia langsung menghampiri Gio dikamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR DESTINY (S-3)
Novela JuvenilKetika takdir berlaku tak adil. RAZVAN ARFAGIO ALEXANDER sebut saja dia Gio. seorang laki laki berumur 17 tahun yang masih duduk dikelas 11 SMA. Menurut orang orang sih dia Badboy, tapi memang benar pada kenyataannya dia seorang Badboy. Broken Home...