Semakin hari bukannya semakin baik, namun malah semakin menjadi buruk. Bahkan menjadi sangat buruk.
***
Razvan
Gio membuka resleting tasnya. Hanya ada dua buku catatan didalamnya, Gio membawa salah satu bukunya tersebut. Entah itu buku pelajaran apa.Gio menatap kearah depan kelasnya, mencoba untuk memperhatikan Bu Irene guru sejarah yang sangat killer. Namun, setelah satu jam pelajaran berlalu tak ada sedikit pun materi yang menempel pada otak Gio. Entah apa sebenarnya isi dari otak lelaki tersebut.
Sudah satu jam bu Irene tak henti hentinya menjelaskan materi pembelajaran. Semua murid di kelas XI ips 1 nampak sangat sangat tak bergairah untuk mempelajari pelajaran ini. Padahal sejarah merupakan pelajaran yang menarik. Jika saja mendapat guru yang menjelaskannya dapat dengan mudah dimengerti.
Gio mengedarkan pandangannya sambil memainkan bolpoint yang bukan miliknya. Gio menatap Asha dan Ayya yang so bener memperhatikan Bu irene karena mereka takut akan diberi pertanyaan oleh bu Irene.
Gio kembali menatap bu Irene yang tengah menulis peta konsep di depan. Semua teman kelasnya spontan langsung menyalin peta konsep yang ada di white board. Namun tidak hal nya dengan anak ini, dia malah sibuk memainkan bolpoint yang ia pinjam dari Ayya sahabat Asha.
"Gio, kamu tak mencatat?" tanya Bu Irene.
"Ini juga mau nulis bu." jelas Gio berbohong. "Ya, kan bro." ucapnya kepada teman sebangkunya sambil menepuk pundaknya.
Bu Irene kembali menulis di depan. Dan tak memperdulikan muridnya itu.
Bel tanda pulang pun berbunyi. Semua murid dikelas ini langsung membereskan buku bukunya. Dan bersiap untuk pulang ke rumah masing masing. Bu Irene pun langsung keluar kelas, beruntungnya ia tak memberikan tugas. Memberi tugas ataupun tidak itu tak berpengaruh sama sekali terhadap Gio.
Sebelum pulang ia membuka hp nya, dan membuka aplikasi chatnya. Banyak sekali chat yang masuk ke apk chatnya itu. Entah dari mana orang orang mengetahui no.hp nya. Gio merasa privasi nya sudah banyak diketahui oleh orang banyak. Dan terlintas dipikirannya untuk mengganti No.hp. Yah mungkin itu lebih baik.
Gio menutup layar hpnya, dan memasukan benda pipih itu kesaku celananya. Ia beranjak, dan menatap isi kelasnya. Hanya tersisa 4 orang teman kelas perempuan Gio. Kemudian lelaki itu melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas ini, kelas yang sudah satu tahun ia tempati.
"Gioo" teriak seorang perempuan yang berhasil membuat Gio menghentikan langkahnya.
Gio membalikan badannya, Gadis itu mendekati Gio. "Mana bolpoint gue?" tanya gadis itu sambil mengulurkan tangganya.
"Besok gue beliin bolpoint satu pack."
"Gue gak butuh banyak, gue cuman mau pulpen gue." ujar gadis yang bernama lengkap Ayyara.
"cari aja dibangku gue." Ucap Gio sambil meninggalkan sahabat Asha itu.
Ayya mendecik sebal, karena sudah sangat sering Gio meminjam bolpoint kepadanya. Bukan meminjam lebih tepatnya menghilangkan. Kenapa juga bisa si Asha punya sahabat yang gak benernya minta ampun, pikir Ayya.
_____________________
Gio menyusuri koridor sekolah untuk menuju keparkiran sekolahnya. Gio berjalan dengan langkah tak terlalu cepat, ia berniat akan ke kantor papanya hari ini. Karena saldo ATM dan kartu debet nya, tinggal sedikit lagi. Kemarin lalu ia kalah dari balapan liar yang ia ikuti, sesuai perjanjian Gio harus membayar dengan uang yang tak sedikit nilainya.
Sesampainya diparkiran, Gio melihat mobil berwarna biru yang terpakir di belakang motor milik Gio. Menyebabkan motornya tidak bisa keluar. Gio mengedarkan pandangannya mencoba mencari pemilik mobil itu, walaupun ia tidak tahu sama sekali pemilik mobil itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR DESTINY (S-3)
Fiksi RemajaKetika takdir berlaku tak adil. RAZVAN ARFAGIO ALEXANDER sebut saja dia Gio. seorang laki laki berumur 17 tahun yang masih duduk dikelas 11 SMA. Menurut orang orang sih dia Badboy, tapi memang benar pada kenyataannya dia seorang Badboy. Broken Home...