Prolog

58 7 2
                                    

Uhuk..uhuk..

"L..le..ppas..kan..Ah..ku".

Gadis itu hampir sekarat, lantaran tangan yang mencekik lehernya, semakin diperkuat.

Hek..hek..hek..

"T..tto..long.. Aaaaaaa...".

Gabrukk!!

Dihempaskannya gadis itu dengan kasar. Hingga tubuh lemahnya menabrak meja kecil dan ambruk bersamaan dengan dirinya.

Hah..hah..hah..hah..

Napasnya tersenggal-senggal. Tenggorokannya terasa lepas dari anggota leher. Dihirupnya kuat-kuat udara disekitar. Dia benar-benar butuh banyak oksigen.
Keringat dingin mengalir hingga ke ubun-ubun. Tubuhnya bergetar, melihat manusia serupa iblis yang berdiri di hadapannya.

"Ss... siapa kamu sebenarnya?!".

Dia memberanikan diri untuk menyuarakan pertanyaan yang telah berkecamuk dalam otaknya.

"Siapa kamu sebenarnya?!!!" kali ini Laras menaikan nada suaranya.

"Ssst... Jangan berteriak. Jika kamu bertanya maka aku akan menjawab. Jadi tidak perlu teriak".

Iblis itu menyamakan posisinya dengan Laras. Sembari melekatkan jari telunjuknya diantara bibir Laras.

"Sebagian orang mengetahuiku, tapi tidak mengenalku. Dan sebagiannya lagi, dia mengenalku tetapi tidak mengetahuiku. Jadi... Kamu sebagian yang mana?".

Laras tidak menjawab. Sorot matanya menggambarkan ketakutan yang mendalam.

"Oh iya (menepuk dahi), sepertinya kamu bingung, kan?".

Dia menggaruk-garuk kepala seperti orang gila. Kemudian berdiri, berjalan kesana kemari layaknya manusia ditengah kesibukan.

"Mulai dari mana ya? Hahahahahah".

Ya! Dia benar-benar sudah gila. Dia tertawa tak henti-hentinya. Sedangkan Laras masih berada di posisi saat Ia jatuh tadi.

Sekujur tubuhnya terasa remuk, setelah beberapa waktu lalu Ia di siksa oleh makhluk tak berperasaan itu.

"Aha!" Dia menghentikan langkahnya sembari mengangkat telunjuk ke udara.

"Aku adalah orang yang terkenal di kalangan polisi dan orang-orang lemah. Aku ditakuti, juga disegani. Aku tidak pernah takut terhadap apapun. Termasuk kematian. Karena Aku adalah pembunuh berdarah dingin yang tak memandang apapun, siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Siapakah Aku?".

Suaranya begitu mengerikan. Serupa malaikat maut yang tengah membacakan mantra kematian.

"Bingung ya? Ha? Ha? Ahahahahaha.. Ahahahahahaha...".

"SHADOW!!!" -Laras.

Pekikan Laras membuat iblis itu berhenti tertawa. Untuk sepersekian detik, ruangan senyap. Sedangkan dalam hati Laras, Ia terus berharap jikalau dugaannya salah. Salah besar.

"Whoaaa...Prok..prok..prok..prok.. Ternyata aku sudah sangat terkenal di penjuru negeri. Asiiik..."-Shadow.

Dia berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil yang dibelikan mainan baru oleh ayahnya. Sembari bertepuk tangan, yang mengiringi senyum semringah di bibirnya.

Laras menangis sejadi-jadinya. Seolah Dia tau, apa yang akan terjadi setelah ini.

"Jadi selama ini, kamulah Shadow yang membuat gempar setiap kota? Yang membunuh insan tanpa alasan, membantai keluarga yang tak berdosa?"-Laras.

Laras berusaha bangkit sembari meringis kesakitan. Bahkan airmatanya masih terus mengalir.

"Apa kamu sudah tidak memiliki hati? Sebenarnya apa yang ada dipikiranmu?!"-Laras.

"Sssst... Kamu kenapa nangis? Jangan sedih, nanti aku ikut sedih juga. Hu hu hu..." -Shadow.

"Hah.. Sulit dipercaya!" -Laras.

"Hahahaha.. Benar! Aku tidak sedih sama sekali. Ya. Aku tidak punya perasaan, karena aku selalu bahagia setelah melihat orang-orang kehilangan sesuatu yang berharga baginya"-Shadow.

Pikiran Laras semakin kacau. Dia benar-benar merasa takut akan bayangan kematian yang di suguhkan oleh iblis ini. Keringat dingin tak berhentinya mengalir, membasahi sekujur tubuhnya.

"Aku sudah bilang, sebagian orang mengetahuiku, tapi tidak mengenalku. Dan sebagiannya lagi, dia mengenalku tetapi tidak mengetahuiku. Jika ada yang mengenaliku, sekaligus mengetahui siapa aku, she must died!" -Shadow.

"Please, dont killed me!"-Laras.
"Why not?"-Shadow.

Shadow melompat kearah Laras yang hendak melarikan diri. Namun perjuangan Laras sia-sia. Sebab Laras sudah kehilangan banyak tenaga.

Ditariknya lengan Laras hingga menjerit kesakitan. Kemudian Ia hempaskan dengan kasar sekali lagi.

Laras menubruk dinding di dekat jendela. Tangannya meraba-raba, mencari sesuatu yang bisa ia genggam. Untuk membantunya berdiri.

Dengan cepat, Shadow menghampiri Laras dan mencekiknya lagi. Laras meronta sembari memukuli Shadow dengan sisa tenaganya. Tubuhnya mulai mengejang hebat. Tapi bukan ini yang di inginkan Shadow. Dia ingin Laras merasakan yang lebih sakit lagi.

Ia tampar wajah Laras yang sudah penuh dengan memar, berkali-kali. Yang membuat ujung bibirnya sobek dan mengeluarkan darah. Laras ambruk sekali lagi.

Shadow masih belum puas. Ia jambak rambut Laras, kemudian menyeretnya ke arah jendela apartemen. Ditariknya dengan kuat sampai Laras berdiri menyamakan posisinya dengan Shadow.

"Please...!"-Laras.

Shadow menggeleng, menyunggingkan senyum liciknya. Dia menggenggam kuat kerah baju Laras syang sudah basah oleh keringat bercampur darah.

"Setidaknya beri aku alasan"-Laras.

"Kamu tidak akan mengerti!"-Shadow.

Pyaarr.. Aaaaa.. Bough..!!

Shadow telah menghempaskan laras keluar jendela. Membuatnya melayang hingga terkapar di atas permukaan tanah. Darah segar mengalir dari tiap sudut tubuh Laras. Membuat orang yang ada di sekitar apartemen, berkerumun dan menyaksikan Laras yang tewas mengenaskan.

Sebab ada ketenangan, bersamaan dengan hilangnya satu nyawa.

🍃🍃🍃

Assalamualaikum teman-teman sekalian. Salam kenal ya dari aku.

Aku baru belajar menulis nih, judulnya Shadow. Bukan liner apalagi blush on ya hehehe *garing.

Oh iya, untuk cerita Ashurajo kayanya dipending dulu deh hehehe. Tapi Insyaallah aku lanjutin kok ceritanya.

Yang pasti mohon dukungannya ya teman-teman semua. Karena aku masih pemula, jadi kritik, saran dan komentar kalian sangat berarti bagi aku. Dan jangan lupa vote ya teman-teman.

Happy reading 🤗
Big love, Janne❤

SHADOW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang