Awan hitam belum meninggalkan langit sore ini, air bekas hujan tadi siang bahkan masih menggenang menghiasi jalanan kota. Bulan sudah memasuki musim penghujan, yang artinya guyuran air itu bisa datang kapan saja. Angin berhembus dingin, menusuk hingga ke tulang, jaket tebal rasanya tidak cukup untuk melindungi diri dari serangan angin jahat itu.
Duduk di depan api unggun sembari membaca beberapa kisah cinta dan ditemani secangkir kopi hangat mungkin lebih nikmat, ketimbang harus berurusan dengan jalanan kota yang hanya membuat penat. Tapi sayangnya kenikmatan semacam itu tidak pernah ada dalam kamus hidup Ghinar, dia orang yang super sibuk. Bahkan dicuaca yang seperti ini ada saja yang harus dikerjakan.
Ghinar berjalan menyusuri koridor rumah sakit sembari meletakkan ponsel yang semula ia gunakan untuk menelpon, ke dalam tas berwarna hitam pekat yang dijinjingnya. Pakaian serba tebal sangat memungkinkan untuk terhindar dari dingin yang sejak tadi bersemayam di udara.
Meskipun cuaca sedang tidak bersahabat, aktifitas di rumah sakit tetap berjalan seperti biasa.Beberapa orang simpang siur di hadapannya, mulai dari perawat, dokter, maupun pasien. Tapi yang satu ini sepertinya tidak asing bagi Ghinar, pria yang baru saja bersimpangan dengannya. Ghinar memutar badan berbalik arah mengikuti pria tersebut lantas memberanikan diri menyapanya.
Puk
Ghinar menyentuh pundak pria yang diikutinya dan langsung membuatnya menoleh cepat.
"Ternyata benar. Kamu pria yang di kereta tempo hari kan?" kata Ghinar sambil mengembangkan senyum ramah.
"Maaf ?" Alvin, pria itu berusaha mengingat-ingat.
"Kita pernah bertemu di stasiun kereta dan melakukan perjalanan bersama dari Bogor ke Jakarta. Kamu kan, pria itu ? Yang pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun, termasuk terimakasih" cetus Ghinar yang sedikit sebal mengingat kejadian lalu.
"Oh iya, aku baru ingat, maaf saat itu aku terburu-buru dan tidak enak untuk menganggu perbincangan kalian, jadi aku memutuskan untuk pergi begitu saja. Sekali lagi maaf" pria itu membungkukkan badannya.
Seperti di drama korea saja !
Ghinar mengangguk, pertanda dia telah memaafkan Alvin.
"Apa yang kamu lakukan disini ?" ya, itu hanya pertanyaan basa-basi yang dilontarkan Alvin.
"Menjenguk teman" jawab Ghinar singkat. "Kamu sendiri ?" Ghinar memperhatikan penampilan Alvin dari ujung rambut hingga ujung kaki, kemudian berhenti pada kain putih yang ia sampirkan di tangannya. "Apa kamu petugas disini ?"
"Ehh umm iya, aku Alvin. Seperti yang kamu lihat, aku psikolog disini" Alvin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Yasudah aku duluan ya, buru-buru soalnya" Alvin sudah melangkahkan kaki, untuk kemudian berhenti lagi.
"Oh iya, namamu ?"
"Akan kuberitahu jika kita bertemu lagi".
Alvin mengangguk yang kemudian melanjutkan perjalanannya "Baiklah, akan kuberitahu juga kalau aku sudah mengetahui namamu, Ghinar" bahkan sekarang dia telah jauh dari pandangan Ghinar, bayangannya menghilang diujung lorong rumah sakit.
"Apa benar lelaki dingin seperti dia seorang psikolog? Bukankah ekspresinya itu justru akan menakuti pasien? Ah yang benar saja!"
Entah kenapa Ghinar justru merasa ada yang aneh pada Alvin, dan memutuskan untuk mengikutinya secara diam-diam. Alvin yang sadar diikuti mulai mempercepat langkah kakinya, dengan hati-hati.
Mau kemana dia? Bukankah gedung psikologi hanya di area lantai dua? Lantas mau apa dia ke lantai selanjutnya?
Ghinar mempercepat langkah kakinya mengimbangi kecepatan Alvin. Sayang sekali kali ini Ghinar kehilangan jejak Alvin di persimpangan antara kamar satu dengan yang lainnya. Ghinar masih berjalan, perlahan, menyelidiki kalau-kalau ada sesuatu yang mencurigakan dan bisa dijadikan petunjuk. Tiba-tiba, bough..
.
Aw
.
Sesuatu menghantam tubuh Ghinar dengan keras, membuatnya hilang keseimbangan sampai jatuh tersungkur.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SHADOW
General Fiction"Jika pembunuh dan penyelamat saling jatuh hati, mungkin mereka bisa saling berkompromi. Atau mungkin menulis takdir mereka sendiri. Kamu, mau, menulis takdir itu bersamaku?". Sedikit aneh mungkin jika seorang psikopat memiliki rasa kasih dan sayang...