2

1K 11 0
                                    

*DAVID POV*

Entah kenapa sejak tadi aku memperhatikan lauren tersenyum bahagia, aku fikir ia sedang mendapatkan sesuatu

"What are you thingking?"

"Aku tidak memikirkan apa apa, aku hanya senang karna kau datang ke rumah" -Lauren

"Hei, aku datang ke rumah ini bukan yang pertama kali nya, bahkan aku tau setiap inci rumah ini, dari pintu ingin kekamarmu ini, dengan mata tertutup pun aku bisa"

"Ntah lah vid, aku merasakan sangat bahagia hari ini, apa kau akan menginap malam ini?" -lauren

"Tentu saja, aku akan tidur di kamarku, kenapa?"

"Bagus lah kalo begitu, apa nanti malam kau ingin menemani ku bermain?" -Lauren

"Bermain? Oh no no no, jangan bilang kalau kau ingin mengajak ku bermain seperti saat kita kecil?"

"Tidak, kau salah berfikiran bung, aku ingin mengajak mu bermain ps, apa kau mau? Aku baru saja mendapatkannya dari paman anto" -Lauren

"Sepertinya terdengar sangat seru, baiklah aku akan bermain malam ini dengan mu"

"Apa kau tidak bosan?" -Lauren

"Dalam hal apa?"

"Berada di rumah ini? Aku sangat bosan, aku ingin mengunjungi negara negara diluar, aku bosan dengan suasana ini" -Lauren

"ayolah berhenti berhayal, orang tua kita tidak akan mengizinkannya, apa kau sudah makan?"

"Belum, dan tidak ingin" -Lauren

"Mengapa seperti itu? Kau harus makan, apa kau ingin makan berdua denganku?"

"Makan berdua? Seperti apa? Duduk di meja makan secara masing masin dan meninggalkanku di meja makan?" -Lauren

"Hahah tidak seperti itu, aku akan mengambilkan makanan, kita akan makan dengan satu piring berdua, kebetulan nenek di bawah sedang memasak ayam goreng kesukaan kita untuk ayah ku, nenek pasti mengizinkan kita memakannya satu"

"Baiklah kalau seperti itu, kau yang mengambilkan ya?" -Lauren

"Kenapa harus aku? Kan kau yang wanita, seharusnya wanita yang menyiapkan makanan, bukan laki laki"

"Hei kita bukan suami istri! Dan itu tidak berlaku di kehidupanku, kecuali saat aku memiliki suami nanti, lagi pula aku sedang tidak ingin keluar dari kamar, jadi kau saja yang menyiapkan nya" -Lauren

"baiklah aku selalu kalah jika berbicara denganmu, aku akan mengambilkan nya untuk kita berdua, jadi tunggulah"

Aku pun keluar dari kamar Lauren dan bergegas menuju dapur

*DAVID POV AND*

*LAUREN POV*

Aku menunggu david mengambilkan makanan, dia mulai berjalan menuju dapur, dan perlahan dia membuka pintu, lama kelamaan punggung nya sudah tar terlihat dari sebrang pintuku

Ntah kenapa aku benar benar senang hari ini, tapi aku juga mulai merasakan seperti nantinya kita akan berpisah untuk selamanya dan dia akan meninggalkanku, maka dari itu aku mengajaknya untuk menghabiskan waktunya bersamaku, tak lama aku mendengar nada dering dari sebuah telfon, aku mengecek telfon ku, ternyata telfon ku tidak berdering, dan aku melihat telfon milik david berbunyi, telfon itu berdering karna sebuah panggilan dari mamah nya, dengan segera aku pun bergegas mengangkat telfonnya

"Iya halo, ada apa bi?"

"halo lauren, apa ada david di sana?"

"Tidak bi, dia sedang di dapur apa kau ingin menitip pesan untuknya? Akan ku sampaikan pesan mu"

"Oh baiklah, bilang padanya untuk menelfon ku nanti, aku ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting, baiklah sudah dulu ya lauren, bibi merindukanmu"

"Iya bi, aku juga merindukan mu"

Saat aku ingin menutup telfon dari bibi ku atau ibu nya david, tiba tiba saja suara kerak pintu berbunyi, menunjukan jika ada orang di balik pintu, tak lama terlihatlah sosok david di balik pintu, ia membawa makanan, pemedas rasa atau biasa di sebut saus, dan ia membawa sekotak rumput laut

"Hai lauren, makanan nya sudah siap, ayo kita makan, jangan menghabiskan waktu" -david

"Ayolah, aku juga sudah sangat lapar, oiya vid, tadi mamah mu menelfon, dia berpesan agar nanti kamu menelfon nya lagi, karna ada yang ingin dia sampaikan padamu"

"Baiklah, nanti akan ku telfon, yang terpenting sekarang kau harus makan, agar kau tidak mudah sakit" -david

"Iya iya, aku akan memakannya"

Sesudah aku makan denganya, ia pun menelfon mamanya kembali, yang membuatku heran, ia tidak menelfon nya didepan ku, melainkan ke teras kamarku, ini kali pertamanya ia berbuat seperti itu, aku berusaha untuk berfikiran positif, mungkin saja di kamar ku sinyalnya buruk.

Tak lama david pun masuk kekamarku lagi, raut wajahnya beda dengan raut wajah yang sebelumnya, raut wajah yang sebelumnya adalah raut wajah yang bahagia, namun setelah ia kembali raut wajahnya berubah menjadi sedih

"Apa yang kau bicarakan bersama bibi di telfon?"

"Tidak aku tidak membicarakan apapun" -david

"Benar kah?"

"Benar lauren" -david

Aku tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan, aku pun mengalihkan pandanganku menjadi pandangan menuju televisi

"Lauren, apa aku boleh membicarakan sesuatu?" -david

"Bicarakan saja, akan ku dengarkan apa yang kau ucapkan" kataku tanpa mengalihkan pandangan

"Aku ingin berbicara serius" -david

"Tentang apa?"

"Matikan televisi nya terlebih dahulu, aku akan berbicara tanpa ada suara kecuali suara dari mulut ku dan mulutmu" -david

Aku tak abis fikir, knpa dia bisa berbicara dengan nada seserius itu, dengan rasa penasaran aku pun mematikan televisi dan kembalikan badanku menjadi di hadapanya

"Boleh aku menanyakan sesuatu?" -david

"Tanyakan"

"Jika nanti kita berpisah, apakah kau sanggup?" -david

"Maksud mu?"

.
.
.
.
.
.

BERUBAH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang