Siapa Sangka?

8 1 0
                                    

Kita tidak pernah tahu apa yang Tuhan tuliskan dalam kisah kita, kita hanya boleh bergerak, tanpa bicara.

Semakin hari aku semakin menyibukkan diri dengan tugas tugas yang menggunung. Belum lagi beberapa hari lagi aku harus berangkat mengikuti sebuah lomba. Aku butuh seseorang yang dapat membantuku.

"Ari, aku menemukan orang yang tepat untuk membantumu." Salah seorang temanku datang membawa kabar baik.

Ya, aku memang membutuhkan bantuan seseorang dalam membantu persiapanku. Jadi, aku meminta tolong kepada salah satu temanku untuk mencari orang yang dapat ku mintai bantuan dan bergabung dalam tim ku.

"Baguslah! Lalu orang itu dimana?" tanyaku tak sabar

"Ah dia masih berada di ruang konferensi. Masih ada beberapa hal yang harus ia selesaikan."

"Dia tampak sibuk. Apa kau yakin dia bisa membantu tim kita?"

"Ya, dia memang sedikit sibuk, tapi kau jangan meremehkannya, ah menurutku dia orang yang tepat. Dia pasti bisa membantu tim kita, lagipula dia pernah berkata kepadaku bahwa dia ingin bergabung dengan tim kita, tapi kita sudah menyebar berita penuhnya kuota."

"Kau kenal dekat dengannya?"

"Ya, kami sekelas."

Aku tidak menanggapi perkataan temanku. Hingga sebuah suara yang tak asing bagiku kini terdengar lagi oleh telingaku.

"Permisi. Maaf, urusanku baru selesai." Katanya dengan santun.

"Ah, Tari akhirnya kau datang. Kau tahu, dari tadi Ari tidak sabar untuk melihatmu."

"Aku tidak berkata seperti itu." Kataku datar.

"Hai, aku Tari." Sapanya dengan ramah, juga senyuman manis khas seorang Tari, yang ia iringi dengan uluran tangannya.

"Ari." Sahutku singkat tanpa membalas uluran tangannya.

"Ah, Tari, maafkan Ari, dia memang suka begitu. Dan dia tidak terlalu memperdulikan orang lain."

"Ah iya, tak apa. Semoga kita bisa menjadi tim yang baik."

"Cepatlah! Kau mau bantu tidak?" kataku dengan menghardik.

Ah apa yang ku lakukan? Aku sudah bersikap kasar kepadanya. Maafkan aku Tari.

Dan mengapa saat aku memutuskan untuk pergi, dia hadir di hidupku.

Oh ini menyiksa. Dan hari-hari selanjutnya akan lebih menyiksa lagi.

"Berusaha tidak memperdulikanmu dengan hati yang masih mencintaimu, ternyata lebih menyakitkan dari sekedar patah hati."
~Tarisa Salsabilah.

EpiphanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang