Beta-edited by Andromeda no Rei
.
.
Drap!
Drap!
Drap!
Drap!
Kaki-kaki itu semakin cepat melangkah, menapak pada bumi yang basah oleh hujan yang sendari tadi menguyur sejak satu jam meninggalkan Konoha. Walau tanah penuh genangan air dan tampak becek, tak menyurutkan niat para remaja itu untuk terus berlari. Ah, tidaksebenarnya jika diperhatikan, hanya tiga orang yang berlari penuh semangat, sementara seorang lainnya terlihat mengernyit dengan wajah letih.
Pemuda beriris biru itu berusaha mengimbangi langkah ketiga rekannya, kakinya sudah kram luar biasa—seakan menjerit minta istirahat. Namun pemuda berambut raven itu tak menghiraukannya dan berusaha fokus pada jalanan di depannya.
Matanya tiba-tiba berkunang-kunang dan semuanya pandangannya meredup. Sai yang menyadari salah satu rekan barunya tidak berada di belakangnya menghentikan langkahnya. Benar saja, ia melihat Noctis terkapar di tengah jalan. Wajah pemuda itu nampak letih. Sai segera memanggil Naruto dan Sakura yang sudah berlari jauh di depan. Keduanya pun kembali dan membantu Sai menyadarkan Noctis.
.
"Noctis?"
"Noctis?"
Noctis bergerak, mengerakkan kelopak matanya agar terbuka walau perlahan. Hal yang pertama di tangkap korneanya adalah sosok gadis berambut pirang sepundak dengan iris biru keunguan. Gadis itu tersenyum lembut sembari mengelus pipi Noctis dengan jemari lentiknya, membuat pemuda itu mengerjab kebingungan.
"Stella?" gumamnya lirih.
"Noctis..." gadis itu tetap mempertahankan senyum di wajahnya, tak berhenti mengelus pipi Noctis.
"Stella?" bisik Noctis susah payah, sosok gadis bernama Stella itu tiba-tiba menjadi dua, lalu kembali menjadi satu, kemudian menjadi dua lagi, begitu seterusnya.
Noctis mengenggam erat tangan mungil Stella. Ia bertanya-tanya bagaimana mungkin gadis yang disukainya berada di tempat ini. Kepalanya masih terasa pusing saat ia berusaha mengerjab beberapa kali. Sosok gadis berambut pirang itu mengabur dan perlahan warna rambut yang sebelumnya pirang itu berubah menjadi merah muda. Sosok berambut merah muda itu kini menjadi jelas.
"Noctis?" sosok berambut merah muda itu menatapnya khawatir dengan iris klorofil miliknya. Tangan mungilnya mengelus pipi dan dahi Noctis, kemudian menyalurkan chakra yang berpendar kehijauan di telapak tangannya.
Noctis mengerjabkan matanya, "Sakura" bisiknya.
Sakura bernafas lega, tangan mungilnya beralih pada kaki Noctis yang selonjoran. Dialirkannya kembali chakra kehijauan itu, membuat kaki Noctis yang sebelumnya kram dan mati rasa berangsur-angsur membaik. Sementara Sakura tengah sibuk mengobati Noctis, Sai dan Naruto dengan sabar menunggu sambil memeriksa perlengkapan mereka. Sedangkan Noctis yang tergolek lemah hanya mampu memperhatikan kegiatan Sakura.
'Ternyata tadi hanya mimpi, ya?' Batinnya kecewa.
"Nah, kakimu sudah lebih baik." Ujar Sakura. Noctis mengerakkan kakinya yang sedikit kaku, lalu berusaha berdiri dengan bantuan Sakura.
"Kau tidak pernah berjalan jauh, ya?" tanya Naruto tiba-tiba.
Noctis menatap iris biru langit Naruto. "Pernah, tapi tidak dengan berlari. Biasanya aku berpergian jauh menggunakan mobil atau airship, kadang juga dengan motor," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Fate
FanfictionPertemuan yang telah diramalkan, antara seorang kunoichi muda dari Konohagakure dengan pangeran Lucis. Ketika takdir menggariskan pertemuan keduanya, dalam satu perjalanan yang saling melengkapi, sang kunoichi dengan masa lalunya dan sang pangeran d...