[Jessica ft Krystal — Butterfly]
Awal-awal ospek adalah masa tersuram bagi seluruh mahasiswa baru (MABA). Terlebih bagi mereka yang lolos di fakultas Teknik. Banyak rumor yang beredar, ospek Teknik itu terkenal menyeramkan. Nadhifa Salsabila. Nadse, panggilannya. Memercayai rumor tersebut pada awalnya saja. Namun setelah dijalani, Nadse pikir tidak semenyeramkan apa yang dirumorkan oleh orang-orang. 'Menyeramkan' yang dimaksud hanyalah untuk tugas-tugas yang diberikan oleh para mentor, yang mana seluruh maba harus siap fisik dan mental disuruh begini dan begitu. Apalagi dimarahi saat evaluasi tugas.
Singkat cerita. Kegiatan ospek seluruh fakultas teknik memasuki hari kedua—menjadi ospek gabungan terakhir dan sebentar lagi akan ditutup. Langit oranye mulai turun, pertanda hari itu sudah sore. Maba masing-masing jurusan teknik bersiap memasuki ospek jurusan. Para mentor menyuruh mereka bergabung dengan teman-teman sejurusan sebelum berbaris rapi di ruangan studio ditemani oleh panitia MC. Mereka menunggu sambil duduk-duduk menjelang bapak wakil dekan datang memberi kata sambutan selamat datang untuk para maba arsitektur. Singkat saja arsi.
Setelah acara penyambutan itu selesai, mereka disuruh berkumpul per kelompok yang telah ditentukan oleh panitia. Nadse kebingungan mencari anggota kelompoknya. Ia tidak begitu hafal wajah teman-teman barunya. Beruntung saat itu ada kakak mentor yang berbaik hati membantu Nadse menemukan kelompoknya, ternyata sudah berkumpul di sudut ruangan dan duduk melingkar.
"Ingat-ingat nih anak buah lo. Jangan sampe hilang," kata kakak itu kepada dua mentor kelompok Nadse.
"Thank's," hanya dibalas singkat oleh salah satu mentor yang wajahnya terkesan dingin, jutek, pokoknya menyeramkan sampai-sampai Nadse tidak berani beradu pandang dengannya. Nadse disuruh duduk, dan mentor tadi mulai memperkenalkan diri.
Mentor pertama bernama Leo. Mentor tatib alias mentor 'jahat' yang biasanya selalu marah-marah setiap ada evaluasi tugas kelompok. Sementara mentor 'baik' merupakan mentor utama dalam kelompok. Namanya Clarisa. Si kakak cantik yang memiliki senyum magis buat hati siapa saja berdebar-debar karenanya. Jangan coba-coba untuk mendekati Clarisa, sebab ia sudah punya pacar omong-omong.
Clarisa menyuruh adik-adik maba untuk saling mengenal agar lebih akrab, karena selama 4 tahun ke depan wajah-wajah baru inilah yang akan menjadi teman seperjuangan, bersatu tuju meraih cita-cita.
Sejauh ini, Nadse hanya hafal beberapa wajah saja. Pertama, si cewek manis berpipi bulat namun ekspresi wajahnya terlihat datar. Tatapannya dingin dan menusuk tajam. Jauh dari kesan imut yang terlintas dibenak Nadse. Cewek itu adalah Anindya Izzati.
Kedua, Defera Kinanti. Nama yang sangat cantik, persis seperti orangnya. Dari ujung kaki sampai ujung kepala, Nadse bersangsi cewek yang dipanggil Fera itu memakai barang-barang branded. Lihat saja jam tangan dari kulit asli di pergelangan tangan kirinya, Daniel Wellington. Lalu sepatu hitam tepleknya, Tony Burch. Bahkan kemeja putih dan rok hitamnya tidak mungkin beli di toko-toko baju pinggir jalan. Jelas saja The Executive. Nadse punya beberapa setelan formal yang berlabel sama. Fera yang semodis itu kurang cocok rasanya dengan image amburadul dan sangar anak teknik yang kebanyakan memang begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Nadse & Her Bodyguards✔️
ФанфикIni cerita Nadse yang dikelilingi oleh 4 cowok ganteng. Siapakah yang akan memenangkan hati Nadse? In collaboration with @moccachinos26