8. Alvino Daffa - Mengagumi Dalam Diam

290 66 3
                                    

[At The End — Lee Changsub]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[At The End — Lee Changsub]





Nadse menaiki tangga menuju ruang studio mau mengerjakan tugas sketsa. Saat memasuki ruang tersebut, suasananya sangat sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa, dan mereka berbeda jurusan dengan Nadse.

Langkah kaki cewek itu berjalan ke pojok ruangan, tempat favoritnya. Kemudian duduk selonjoran tepat di bawah dinginnya AC. Tempat yang sangat strategis mengingat cuaca akhir-akhir ini makin panas saja.

Nadse memindahkan tabung gambarnya ke depan, sambil mengibas-kibas kerah kemeja. Hendak membuka tabung gambar, tiba-tiba ia mendengar suara aneh. Entah dari mana asalnya membuat bulu kuduknya merinding seketika.

"Anjir, masih jam 11 masa ada hantu?! Yang bener aja elah!" katanya tak ingin percaya.

Ia mengamati sekeliling. Jarak antara tempat ia duduk dengan mahasiswa lain di ruangan tersebut memang sangat jauh. Dan tidak mungkin suara aneh yang didengar tadi berasal dari mereka yang sibuk mengerjakan tugas.

"Bodo, ah!" Nadse mengedikkan bahu tidak peduli dengan suara aneh yang tadi didengar. Lambat laun hilang dengan sendirinya.

Nadse mengeluarkan kertas gambar dan merentangkannya di lantai yang dilapisi karpet hijau. Tetapi, lagi-lagi suara aneh itu terdengar. Nadse segera bangkit berdiri dan berkeliling mencari asal suara tersebut. Helaan nafas lega keluar dari mulutnya mengetahui suara yang membuat bulu kuduknya berdiri itu tak lain adalah dengkuran seorang cowok yang sedang tertidur pulas di balik meja besar menutupi tubuhnya. Letak meja itu tidak jauh dari tempat duduk Nadse tadi.

Nadse berjongkok dan memeluk kedua lulutnya menatap dalam diam cowok yang selalu membawa kamera analog di hadapannya itu. Bahkan di saat ia tidur pun kamera kesayangannya dikalungi di leher. Alvino Daffa. Iya, itu Vino. Terbaring damai di atas kursi yang sudah dijejer rapi sedemikian rupa.

"Seonggok manusia ini sempet banget ya tidur di studio," gumam Nadse terheran, sambil berpangku dagu menatap lamat-lamat wajah Vino dari dekat. Gurat lelah dan kantung mata yang sudah menghitam jelas sekali terlihat. Itu berarti Vino akhir-akhir ini sering begadang, yang pikir Nadse mungkin saja karena tugas kuliah.

"Lo pasti kecapekan kan?" monolog Nadse samar-samar mengulum senyum. Entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa damai melihat wajah tenang itu.

"Ih, Nad! Lo apa-apaan deh. Nggak... nggak boleh," ucap Nadse menggelengkan kepala. Menepuk-tepuk pipinya menepis rasa yang mulai menggelayuti hati. Ia segera beranjak namun sebuah lengan tiba-tiba mencengkramnya kuat dan menariknya hingga ia kembali berjongkok.

"Jangan pergi. Temenin gue, bentar aja. Ya?"

Nadse melebarkan mata mendengar kata-kata cowok itu. Seketika ia menahan nafasnya ketika kedua matanya bertemu dengan mata Vino dalam jarak dekat. Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya memanas. Merah padam seperti kepiting rebus.

[TAMAT] Nadse & Her Bodyguards✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang