4. Alvino Daffa - Sebuah Rasa

358 79 4
                                    

[The Script — Never Seen Anything Quite Like You]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[The Script — Never Seen Anything Quite Like You]




Acara yang ditunggu-tunggu oleh para maba setelah kegiatan ospek berakhir adalah malam inagurasi. Merupakan ajang unjuk kemampuan maba dalam bidang seni, yang meliputi tampilan kreatifitas tiap-tiap kelompok seperti drama, puisi, cerita, pantomi, bahkan sampai ke fashion show. Para panitia dan UKM Fakultas Teknik pun turut memeriahkan malam inagurasi ini.

Tiap kelompok wajib mengirimkan perwakilannya untuk tampil ke atas panggung. Kelompok Nadse sendiri ada Fera yang ikut fashion show. Ipul dengan lawakan garingnya berani stand up comedy di hadapan banyak orang. Anin dan Rofiq unjuk bakat dengan membawakan beberapa lagu medley yang hits pada tahun 2016. Tentu saja Rofiq sebagai gitaris yang mengiringi suara merdu Anin. Terakhir adalah Bian, basis salah satu band indie terkenal di kalangan anak sekolahan, khususnya murid SMA. Ia diminta memeriahkan acara bersama anak band arsi. Sisanya hanya sebagai tim hore saja.

Vino diam-diam mengawasi Nadse dari jauh. Matanya tak pernah lepas dari Nadse yang kini sedang bercanda bersama teman-teman cowok Indi dari jurusan lain. Tak ada Shania di situ. Entah pergi kemana ia sampai meninggalkan Nadse bersama Indi yang semua orang tahu cewek itu tipe seperti apa.

Vino berdecak kesal, gerah melihat tingkah cowok yang berdiri di samping Nadse seperti sengaja melakukan kontak fisik. Kasarnya kalau orang lain bilang, mepetin badan. Nadse sendiri pun merasa tidak nyaman, tapi Indi tidak menyadarinya karena ia asyik merokok dan ngobrol bersama pacarnya.

Bangsat! umpat Vino dalam hati. Menggertakkan gigi dan mengepal kuat tangannya mengetahui cowok hidung belang itu merangkul pundak Nadse. Vino sudah akan beranjak pergi ke sana namun langkahnya terhenti karena Kevin sudah lebih dulu menyusul dan membawa pergi Nadse berkumpul bersama anak-anak cewek arsi. Vino merasa lega sekaligus kecewa dalam waktu yang bersamaan.

Waktu terus bergulir dan berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah di penghujung acara. Semua panitia yang bekerja keras mendidik dan memperkenalkan kehidupan kampus kepada maba beserta MC pun mengucapkan rasa terima kasih mereka sebelum mengundurkan diri. Acara ditutup dengan menyanyikan mars Teknik bersama-sama.

Kemudian satu per satu maba mulai berhamburan pulang. Karena ramai dan desak-desakan, Nadse terpisah dari rombongan. Ia celingak-celinguk mencari teman sejurusan tapi hasilnya nihil. Kevin yang tadi bersamanya juga tidak terlihat. Shania apalagi. Cewek itu entah di mana sekarang dan seenaknya saja meninggalkan Nadse yang hampir menangis dibuatnya.

Tubuh Nadse tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Hampir saja memekik kalau Nadse tidak cepat menyadari Vinolah yang bersamanya kini.

"Vino..." ucap Nadse sudah berkaca-kaca, merasa haru bertemu dengan cowok itu dalam situasi yang membuatnya takut berada di tengah keramaian.

"Lo tuh udah dicariin malah ngilang! Makanya diam aja sama Anin sebelum dia ke panggung sama Rofiq!" bentak Vino tanpa sadar membuat Nadse menangis terisak. Vino panik bukan main.

"So-sorry, Nad. Gue nggak bermaksud ngebentak lo barusan. Please, jangan nangis. Maafin gu—"

"Gue nangis bukan karena lo ngebentak gue, No. Tapi karena gue senang lo tiba-tiba datang kayak superhero di saat gue ngerasa takut gini," ujar Nadse menjelaskan.

Vino terdiam mencerna kata-kata Nadse barusan. Sejurus kemudian jadi salah tingkah. Telinganya memerah, tanda ia malu.

"Gue mau pulang," kata Nadse sambil menyeka air mata. "Tapi Nia kampret malah ngilang!" sebalnya.

Vino menipiskan bibir. Menggaruk pipinya yang tidak gatal, ragu-ragu mengatakan, "Pulang sama gue... mau nggak?"

Nadse menatap wajah Vino yang tersentuh udara dingin malam. Sebuah anggukan menjadi jawabanbya setelah beberapa lama menimbang tawaran yang cowok itu berikan.

"Oke. Lo tunggu di sini bentar ya. Gue mau tukar motor dulu."

Secepat kilat Vino berlari mencari teman sekontrakannya. Menukarkan motor besar miliknya dengan motor biasa mengingat Nadse mengenakan gaun floral selutut yang akan mempersulitnya duduk dengan nyaman karena fisik motor yang tinggi.

Tak berapa lama kemudian Vino sudah kembali seraya membawa jaket milik temannya. Vino mengikatkan jaket itu ke pinggang Nadse lalu melepas jaket jeansnya dan memakaikannya ke tubuh Nadse. Memang sedikit aneh dilihat, tapi setidaknya—pikir Vino—Nadse bisa terlindungi dari dinginnya angin malam. Juga bagian bawah gaunnya tertutupi.

Perlakuan manis Vino tersebut tanpa sadar menimbulkan sebuah getaran dalam hati Nadse. Wajahnya tampak bersemu merah di bawah sinar remang lampu.

"Ayo," Vino menarik tangan Nadse dan menggenggamnya erat. Ia tak akan membiarkan Nadse ketakutan lagi di tengah keramaian yang mereka lewati.



 Ia tak akan membiarkan Nadse ketakutan lagi di tengah keramaian yang mereka lewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[TAMAT] Nadse & Her Bodyguards✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang