Pertemuan

5 1 0
                                    

Rasanya aku asing disini. Melihat sisi kiri dan kananku seakan beribu-ribu canggung menjadi beban bagiku.
Mataku celingukan mencari bibiku.
Berkali-kali kuhubungi, tapi tak ada jawaban.
Aku duduk di bangku dekat kios kecil yang tak jauh dari tempat pemberhentianku tadi.

Aneh rasanya,
Sesaat aku melihat sosok pria dua tahun lalu berjalan memasuki bus berwarna hijau bertuliskan kopaja.
Mataku seolah melesatkan peluru yang membidik tepat  sasaran.

"Nuhad!!" Gumamku pelan.

Mataku tak bisa lepas dari arah bidikanku.

'Apa itu benar Gemara Nuhad?'

...

"Hey!!" Ujar seseorang dari belakang menepuk pundakku pelan.

"Bibi!!" Ujarku kaget.

Ia hanya cengengesan melihatku kaget tak karuan. Wajarnya aku setengah berteriak jikalau tetiba orang datang mengagetkanmu.
Parah bukan.

Aku kehilangan sosok pria tadi. Hanya dengan kejadian yang sontak membuatku tak karuan.

Kenapa menghilang begitu cepat...

setelah makan malam, aku merebahkan tubuhku diatas tumpukan busa lembut. Sesekali aku mengecek ponselku, tepatnya mengecek pesan yang beberapa minggu lalu aku kirim. Masih abu-abu.
Apa dia sesibuk itu sampai-sampai tidak sempat membuka pesan.
Rasanya, aku lemah. Rasanya aku tidak terima.
Mungkinkah aku terjangkit egoisme rasa. Kumohon jangan sampai aku mengidap virus ego itu.

  ...

Sebagaimana rencana kemarin, aku dan bibiku mengunjungi kampus UPI, Bandung.
Aku cukup menikmati perjalanan menyenangkan ini. Menghabiskan waktu liburan semester lima. Menambah pengalaman pribadi dalam sejarah hidup.

Bertemu dengan orang-orang kritis, pandai, nan luas pandangan. Aku banyak tersenyum ketimbang pilunya.
Beruntung, pilu yang dirasa tak merebak dimana-mana, tak merebak di hati.

Setelah perbincangan hangat dengan beberapa idola kampus. Aku pergi mengunjungi perpustakaan tempat ini. Luar biasa memang.
Kesan pertama yang tidak akan pernah terlupakan.

Bagaimana tidak?
Aku berjumpa dengan orang yang selalu aku tanyakan, orang yang selalu aku pikirkan. Orang yang membuatku jatuh hati dalam waktu enam bulan terakhir dan mengikis perasaanku pada orang yang selama enam tahun ini aku tunggu.

Gemara Nuhad,
Perawakannya tiada berubah. Hanya dia terlihat lebih dewasa lebih dari biasanya. Optimisnya meningkat pesat dalam sudut pandangnya.

Aku menyaksikannya memilah-milah lembaran demi lembaran dari tiap buku tebal yang ia kumpulkan.
Ia tengah seorang diri, memahat kesunyian dalam kesibukannya. Terlihat acuh pada lingkungan sekitar. Buktinya ia tidak tahu dan tak merasakan kehadiranku.

Aku tidak tahu jika ia mengganti pilihan pertamanya saat memilih prodi dari tiap jurusan. Setahuku dulu ia memilih universitas lintas pulau. Nyatanya ia masih dekat dengan jarak keberadaanku.

Ingin sekali menyapa. Namun, aku malu jikalau harus memulai duluan. Bisa-bisa ia tidak mengenaliku sama sekali, dan ujung-ujungnya mengabaikan aku lantas pergi meninggalkan aku semacam skenario sinetron di tv-tv.

Ekspetasiku menjelajah setiap senti otakku. Ia menciptakan bayangan semu bak fatamorgana yang seenaknya merangkai cerita berlakon kisah romantis aku dan dia yang tidak sengaja bertemu dan berbincang di koridor saat ini juga.

Fantastis, sanubariku menggolak bak terkena lelehan karamel beraroma matcha.

...

"Tsana!"

Aku terlonjak kaget mendengar namaku disebut seseorang. Suaranya yang berat membangunkanku dari mimpi belaka ini.
Melihatnya seperti terjebak tatapan medusa, yang merubah siapa saja menjadi batu kala melihatnya.  Dan ini terjadi padaku, aku dibuat mematung melihatnya.

"Ia masih ingat aku!"

Padahal aku baru mengenalnya. Padahal aku tak sedekat rekan-rekan yang lain. Entah perbincangan apa yang dulu memulai pengenalan ini. Sehingga ia masih mengenalku. Apa perbincangan singkat dibalkon kala itu atau kejadian lain yang aku hilangkan dalam memori ingatan. Jujur aku lupa.

"Wa'alaikum salam!" Ujarnya tersenyum lega.

"Maaf, baru sekarang aku membalas pesanmu berminggu-minggu lalu "Tambahnya seakan menyesali kesalahan.

Mulutku dibuat diam. Mataku tak berkedip.
Rasanya perbincangan ini seperti penawar rindu dua orang kekasih yang di pisahkan oleh jarak dan waktu.

'Entah kenapa aku senang melihat kakak disini!'

Haru biru tak selamanya menjadi sembilu.
Adakalanya haru bisa menjadi penawar rindu.

. . .

Pertemuan yang tak terencana ini seakan membuka gerbang peluang. Meraih kesempatan untuk satu jawaban yang dulu aku tanyakan pada sosok Gemara Nuhad.

Liburan ini seakan pengantar.
Menjadi jalan untuk kepenasaranku.
Tentang hal yang selalu aku tanyakan mengenai Gemara Nuhad.

Hanya dengan melihat sorot matanya. Aku ingin menangis. Dengan melihatnya aku diajak menyelami gambaran kehidupan yang ia alami. Tapi aku selalu bertanya-tanya, 'ada apa?'
Dengan itu, timbullah rasa aku ingin membuatnya bahagia, tanpa harus aku tahu alasan aku suka pada dirinya.

...

∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞∞

*Ruang Author
Pertemuan dengan orang yang disuka itu, bikin girang bangetkan? Rasanya pengen berlama-lama mengikat masa untuk terus bersama.

Oke, makasih sudah berkunjung. Ditunggu kritik dan sarannya ya guys 😘😘😍

ナム ケ    ケ モ ワ   ナム ケ   ち ム ソ (Dimana Cinta Harus diawali Dengan Perkenalan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang