*Bacanya pelan-pelan*...
Aku bukanlah penggemar musik, ataupun seorang pemain musik. Namun, walau aku hanya mendengar samar-samar suara petikan gitar yang terdengar dari arah gudang sekolah, aku dapat mengetahui bahwa sang pemain adalah seseorang yang ahli.
Seperti saat ini.
Aku memang jarang melewati gudang belakang sekolah, karena berbagai alasan. Dan daerah sekitar situ memang jarang dilewati oleh para murid termasuk diriku. Namun yang kali ini adalah pengecualian.
Beberapa menit yang lalu, aku mendengar suara petikan gitar, dan kau tahu apa, aku mengikuti asal suara tersebut yang ternyata berasal dari dalam gudang lama itu. Dan kurasa, rasa penasaranku sanggup membuatku melangkah masuk ke dalam gudang tersebut untuk mengetahui siapa pemain gitar itu.
Ya, aku benar-benar melakukannya.
Dengan hati-hati kubuka pintu usang di hadapanku, dengan suara gitar yang tetap mengalun.
Krieettt...
Suara gitar terhenti.
Oh tidak, apa yang sudah kulakukan...
Kuberanikan diri untuk menatap ke dalam ruangan itu, mengamatinya dari sudut ke sudut, sampai akhirnya pandanganku tertuju pada si pemain gitar.
Seorang murid laki-laki, aku tidak mengenalinya. Mungkin ia merupakan kakak kelasku.
"Sedang apa kau di sini?" tanyanya heran.
Aku yang sedang memperhatikan dirinya hanya terdiam menatapnya.
"Kau mencari sesuatu?" tanyanya lagi. Mungkin ia bingung karena aku terus saja memandangi dirinya.
"A..ah, tidak.." jawabku gugup. "Aku hanya, mengikuti suara gitarmu." Aku menampilkan seulas senyum yang sedikit dipaksakan, untuk berjaga-jaga kalau saja ia marah padaku.
"Oh.." responnya singkat. Pandangannya kembali tertuju pada gitarnya, namun ia tidak memainkannya.
"Mm... Gitar itu, warna biru?" tanyaku setelah menyadari warna gitar tersebut yang agak tidak biasanya.
"Ya." jawabnya. "Dan gitar ini, hanya ada satu di dunia." ujarnya.
"Eh, kenapa?" tanyaku sambil menyentuhkan jariku di atas permukaan gitar tersebut.
Laki-laki di depanku tersenyum. "Ceritanya panjang." ucapnya.
"Tidak apa-apa, aku akan mendengarkannya." balasku.
"Baiklah kalau begitu..."
"Dulu, sekitar 7 tahun yang lalu, ada seorang murid laki-laki yang pandai bermain gitar. Kemampuannya memainkan dan menyerasikan setiap melodi bisa dikatakan sudah melebihi remaja seusianya. Namun sayang, orang tuanya tidak memperbolehkannya bermain gitar dan menjual satu-satunya gitar yang ia miliki.
Dengan terpaksa, ia harus menabung untuk membeli sebuah gitar, yaitu gitar ini, dan hanya dapat memainkannya di sekolah secara diam-diam agar orang tuanya tidak mengetahuinya.
Lalu, pada suatu hari, ketika ia sedang bermain gitar di ruang musik saat pulang sekolah, seorang murid perempuan tidak sengaja memasuki ruang musik tersebut dan melihatnya bermain gitar.
Murid perempuan itu terpana oleh permainan si murid laki-laki tersebut. Walau pada awalnya ia tidak begitu menyukai musik, namun setelah mendengar permainan gitar si murid laki-laki, perempuan itu menjadi ingin belajar memainkan gitar.
Alhasil, si murid laki-laki tersebut mengajarkan perempuan itu cara bermain gitar. Setiap pulang sekolah mereka bertemu di ruang musik, dan bermain gitar bersama. Mereka semakin dekat satu dengan yang lainnya, semakin sering mengobrol, menghabiskan waktu berdua, sampai-sampai timbul suatu perasaan spesial di dalam diri mereka berdua.
Mereka menyadarinya, bahwa mereka saling mencintai dan saling ingin melengkapi. Perasaan cinta itu semakin kuat, dan mengakar dalam diri mereka berdua.
Sampai pada suatu hari, orang tua si perempuan tersebut mengetahui hubungan mereka. Mereka menentang dengan sangat hebat hubungan itu dengan menjadikan keadaan ekonomi si murid laki-laki sebagai alasan.
Karena si murid perempuan tetap keras kepala ingin bersama murid laki-laki itu, dengan terpaksa, orang tuanya harus memindahkannya ke kota lain, agar ia tidak bertemu dengannya lagi.
Akhirnya, dengan berat hati, si murid perempuan itu mengikuti kehendak orang tuanya dan meninggalkan murid laki-laki itu."
"Lalu, apa murid laki-laki itu membiarkan perempuan itu pergi begitu saja?" selaku.
"Yah, ia tak bisa berbuat apa-apa pada saat itu. Akan tetapi, pada saat hari perpisahannya dengan perempuan itu, ia memainkan sebuah lagu untuk perempuan itu dengan gitar ini. Kemudian sebelum ia benar-benar pergi, ia berkata,
"Seandainya gitar yang memulai pertemuan kita ini hancur sekalipun, aku tidak akan pernah melupakanmu!
Karena itu tunggulah aku."
Namun, sebelum si murid laki-laki itu sempat menyelesaikan kalimatnya, perempuan itu sudah dipaksa untuk masuk ke dalam mobilnya, sehingga ia tidak dapat mendengarkan kalimat terakhir yang diucapkan oleh si murid laki-laki tersebut.
Walau begitu, si murid laki-laki tetap yakin bahwa dirinya dan si murid perempuan itu akan dipertemukan kembali suatu saat nanti.
Pada awalnya, si murid laki-laki memang terus menunggu perempuan itu. Akan tetapi, harapan tersebut semakin lama semakin berkurang. Si murid laki-laki merasa putus asa, dan memutuskan untuk melupakan perempuan itu.
Sampai kira-kira sekitar 1 tahun yang lalu, perempuan itu kembali ke kota asalnya setelah lulus kuliah untuk bekerja. Dan entah kebetulan atau apa, ia bekerja di tempat yang sama dengan si pemain gitar itu. Namun sayangnya, ia tidak tahu bahwa laki-laki yang pernah dicintainya juga berada di tempat yang sama dengannya.
Kemudian, pada suatu hari, perempuan itu mendengar suara petikan gitar. Sama seperti dirimu, ia mengikuti suara yang sepertinya terdengar familiar itu sampai pada asal bunyi itu dihasilkan. Dan betapa terkejutnya ia, ketika melihat sosok seorang laki-laki yang sudah tak asing lagi baginya sedang memainkan gitar yang penuh nonstalgia itu dengan indahnya.
Dengan langkah lambat, didekatinya laki-laki itu, kemudian dipanggillah namanya.
Laki-laki itu terkejut bukan main setelah mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yang sudah lama ditunggunya itu. Untuk sesaat, mereka berdua terdiam dan saling menatap satu sama lain, seolah hendak mengembalikan semua kenangan indah yang pernah terlupakan.
Kemudian perempuan itu tersenyum, begitu juga dengan laki-laki itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia memeluk erat perempuan itu, dan kurasa kau bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya."
Aku termenung sesaat.
"Kisah yang sangat mengharukan, ya..." ujarku kemudian. "Tapi, bagaimana kau bisa tau sampai sedetil itu?" tanyaku heran.
"Yaa, itu karena laki-laki yang kuceritakan tadi tak lain adalah kakakku."
"Ehh???? Aku tidak menyangkanya sama sekali..." responku. "Pantas saja gitar itu bisa ada padamu."
"Tidak, barusan aku melihatnya tersimpan di dalam gudang lama ini. Karena aku tahu bahwa ini milik kakakku, aku ingin mencobanya. Tapi kakakku memang berkata padaku kalau ia menyimpan gitar itu di tempat ini yang dulu merupakan ruang musik setelah mereka berdua bertemu kembali."
"Eh, kenapa disimpan di sini?"
Ia tersenyum lagi sambil menaruh gitar itu.
"Mungkin saja, itu karena mereka ingin agar kisah cinta mereka melalui gitar ini terulang kembali."
"Atau malah, sedang terulang?"
End.
Terinspirasi dari temen gw yg bbrp hari lalu mau ngajarin gw gitar. Thx wkwk.
N cerita ini gw buat pas di sekolah :v
Semoga suka :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Navy Blue ( Cerpen & Oneshoot )
Short Story#37 cerpen 11-01-19 Di saat jarum jam berhenti berdetak dan semua orang terperangkap di dalamnya, aku akan memutar balik waktu, dan mengulang semuanya dari awal. Sekedar kumpulan cerita" yang ditulis berdasarkan imajinasi - Kalo mau baca liat daftar...