Malam yang Sepi

473 38 3
                                    

"Silahkan ambil kebahagiaanku sebanyak yang kau inginkan, itupun jika aku masih memilikinya"

*Bacanya pelan-pelan*

...

Hari ini aku kehilangan segalanya.

Semua yang kumiliki habis terbakar. Semua yang telah kuperjuangkan dengan susah payah hancur lebur dalam satu malam. Semuanya seolah pergi meninggalkan aku sendirian.

Orang tuaku meninggal akibat kecelakaan. Rumahku terbakar menjadi abu. Adikku mengidap suatu penyakit, kemudian meninggal beberapa bulan setelah ia dirawat. Uangku habis untuk biaya pengobatan adikku. Dan teman-temanku semuanya meninggalkanku.

Yang tersisa hanyalah dirinya.

Aku tidak tahu, apakah mempertahankannya adalah pilihan yang baik atau tidak. Aku tidak tahu, apakah ia memang benar-benar tetap ingin bersamaku atau tidak.

Malam setelah semuanya terjadi, aku berdiri di atas sebuah jembatan sambil memandang pantulan bulan di permukaan kolam. Kemudian ia menghampiriku dan berdiri di sebelahku.

Aku menarik napas panjang, lalu bertanya kepadanya, "Kenapa kamu tidak pergi meninggalkanku?"

Ia tidak menjawab pertanyaanku.

"Seandainya kamu memang sudah tidak ingin bersamaku, kau boleh pergi dan mencari orang lain." lanjutku.

Ia hanya terdiam. Nampaknya ia sudah membuat pilihan, namun tidak ingin mengatakannya padaku. Sehingga ia mengirimiku sebuah foto pada hari berikutnya sebagai jawabannya. Foto dirinya bersama pria lain.

Aku tidak terkejut.

Aku tidak merasa sedih ataupun marah.

Aku sudah menduganya dari awal, bahwa aku memang sudah kehilangan semuanya sejak malam itu.

Semuanya tampak berbeda sekarang. Semuanya tampak kosong dan tidak bernyawa. Aku tidak lagi bisa merasakan kebahagiaanku yang lalu. Aku tidak lagi bisa tersenyum bersama seperti dulu.

Sekarang aku sendirian, bersandar di sebuah dinding bangunan kumuh. Terduduk dan tersenyum pilu sambil memandang langit malam yang gelap.

Jika memang ada orang yang mengambil kebahagiaanku pada malam itu, aku ingin bertanya kepadanya, "apa lagi yang akan kau ambil dariku?" Jika memang ada orang yang memberiku kesedihan pada malam itu, aku ingin bertanya kepadanya, "belum puaskah kau melihat aku bersedih?"

Untuk sesaat, aku mengharapkan seseorang datang dan duduk disebelahku.

Aku pun tertawa kecil.

Bahkan setelah semua yang terjadi, aku masih terus berharap. Harapan yang dibuat oleh seseorang yang sedang mengalami kehancuran dan tenggelam dalam jurang keputusasaan.

Aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa dan memulai dari mana. Aku bahkan tidak sempat mengeluarkan air mata. Semua itu terjadi begitu saja. Semuanya menghilang dengan begitu cepat.

Walau hanya sesaat, rasa takut itu datang dan memenuhi pikiranku.

Apakah aku dapat melewati semua ini?

Yah, semoga saja.

End.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Navy Blue ( Cerpen & Oneshoot )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang