try-out seungmin sudah selesai di hari kamis. sabtu ini changbin mengajaknya menonton film terbaru sebagai hadiah, meski sebenarnya nilai seungmin belum juga keluar.
tidak mengapa. tidak ada yang memprotes. terutama seungmin, yang sudah menanti-nanti kedatangan changbin sejak siang hari.
"seungmin."
changbin memanggil nama yang lebih muda saat mereka tengah duduk berdampingan di salah satu restoran cepat saji—mengisi perut yang lapar lantaran menahan diri untuk tidak membeli makanan bioskop yang mahal tadi.
"ya?" jawab seungmin, kepalanya menoleh ke arah changbin yang tengah mengulas senyum gugup. "kenapa, kak?"
makanan mereka sudah habis sejak beberapa menit yang lalu. seungmin masih belum menyeruput habis sodanya—karena ia tidak terlalu suka—sehingga mereka pun memilih untuk beristirahat terlebih dahulu di sana sekalian.
"seungmin." ulang changbin saat alih-alih melekatkan mata padanya, seungmin justru kembali sibuk menyesap sedikit demi sedikit minumannya.
yang lebih muda pun mundur dari posisi condongnya ke meja. ia kini resmi menengok, menatap balik changbin yang duduk di sebelah kirinya.
"kenapa?" tanyanya lagi.
entah kenapa ia bisa menyaksikan garis wajah changbin menegang selama beberapa saat, secara tidak langsung menularkan suasana gugup kepadanya karena menanti-nanti apa yang ingin changbin sampaikan.
laki-laki yang lebih tua berdehem sekali, sebelum kembali menatap manik hitam seungmin dengan seribu persen atensi.
"seungmin, aku suka sama kamu."
kalimat changbin selanjutnya boleh dibilang terlalu terdengar santai untuk ukuran makna yang begitu serius. seungmin terbelalak kaget, mungkin akan menyemburkan soda jika mulutnya tengah penuh akan minuman.
"aku... juga kok?" jawab seungmin ragu, tidak yakin dengan apa yang changbin inginkan. "aku suka, kak changbin baik, pinter, suka traktir aku, ngajak aku j—"
"nggak, bukan! bukan itu yang aku maksud." potong changbin saat arah bicara seungmin bukan seperti yang ia bayangkan. "maksudnya, aku naksir sama kamu. kamu mau nggak jadi pacarku?"
pertanyaan changbin yang dilontar langsung itu resmi membuat jantung seungmin meledak di tempat. ia membeku, merasa ingin mengubur diri saking cepatnya debaran yang ia rasakan di dada. jemarinya meremas satu sama lain, pipinya memanas.
"h-hah..." respon seungmin lebih terdengar seperti robot yang rusak. "m-mau..."
sekon berikutnya, ujung bibir changbin naik secara dramatis, memunculkan senyum terlebar yang pernah seungmin lihat. maniknya memancarkan kilatan yang berbeda, dan seungmin pikir bertemu changbin adalah hal terbaik yang pernah ia alami.
"thank you." ucap changbin kemudian, dan tanpa sempat seungmin berpikir lebih jauh, ia sudah maju untuk mencuri satu ciuman singkat di bibir laki-laki yang lebih muda. "i love you."
otak seungmin mungkin sudah berhenti bekerja, tapi senyumnya tidak bisa ditahan untuk tidak ikut mengembang. wajahnya merah, semerah bunga-bunga yang tengah bermekaran di dalam dada.
seungmin pikir sabtu pertama yang ia lalui dengan changbin tiga minggu lalu adalah yang terbaik, namun ternyata sabtu ini masih jauh lebih baik lagi.