sixth week

921 211 62
                                    

seminggu terakhir sejak kejadian hyunjin datang ke rumah bersamaan dengan changbin, si laki-laki seo itu nyaris tidak pernah menghubungi seungmin lagi.

bahkan kegiatan rutin les mereka pun dibatalkan untuk sementara—changbin bilang ke nyonya kim bahwa ia ada urusan dan tidak bisa mengajar untuk sementara waktu.

padahal, changbin bisa saja langsung mengirim pesan pada seungmin alih-alih ibunya. ya, kecualikan fakta bahwa pesan yang dikirim seungmin padanya pun tidak sama sekali dibalas.

hari ini sabtu lagi. genap tujuh kali dua puluh empat jam sudah changbin dan seungmin tidak berhubungan via apapun. si bocah kim tertunduk lesu memandangi ponselnya, tidak punya ide apapun untuk memperbaiki masalah yang ia bahkan tidak mengerti tentang apa.

setahu seungmin, changbin orang yang dewasa. jika ia memang merasa cemburu, mengapa tidak langsung memberitahu saja? atau paling tidak balas pertanyaan seungmin terkait dimana ia tinggal agar laki-laki yang sudah berstatus kekasih ini bisa menemuinya.

"kamu nggak kemana-mana?"

suara sana kim terdengar dari arah dapur. seungmin menopang dagunya di pantry, bibir mengerucut.

"pengennya. tapi nggak ada temen." gerutu seungmin. "hyunjin juga nggak bales chat-ku."

wanita paruh baya yang berparas bak dewi itu tersenyum hangat. mematikan kompor yang ia buat untuk memanaskan air, sebelum mendekat ke anak semata wayangnya dan mengelus surainya pelan.

"jalan sama mama aja mau?" tanyanya ria, sebuah senyum super cantik terukir di wajah.

raut seungmin yang sendu mendadak menerang dengan lima kata tawaran yang sebenarnya tidak begitu menarik namun ia tidak punya opsi lain.

"oke, ayo!"

akhirnya hari sabtu malam seungmin pun sedikit lebih baik daripada hanya menunggui pesannya terbalas oleh sang kekasih atau sahabat yang entah menghilang kemana.

sang ibunda menyetir mobilnya kemanapun seungmin mau. ia juga pergi berbelanja beberapa hal yang seungmin tidak mengerti. paling tidak melihat senyum sana membuat hati si anak tunggal jauh lebih tenang.

semuanya akan berakhir baik, nyari sempurna. hingga mereka sampai di destinasi terakhir dimana seungmin bilang perlu membeli beberapa buku latihan tambahan karena yang lama sudah diselesaikan.

kemudi berbelok ke salah satu toko buku yang cukup besar di pusat kota. sana bilang akan pergi ke stan sebelah untuk membeli kue, membiarkan seungmin pergi sendirian.

baru selangkah si bocah kim masuk ke toko buku, sebuah pemandangan yang sama sekali tidak ia ekspektasikan berhasil membuat degup jantungnya berhenti dan mata memanas dalam seketika.

jadi, changbin menjauhinya bukan karena ia cemburu akan hyunjin.

melainkan karena yang ingin ia dekati dari awal adalah hyunjin.

seungmin menelan pahit kesimpulan yang ia buat sebelum mundur, menjauh dari changbin dan hyunjin yang sedang berpegangan tangan erat dan tertawa bersama di balik salah satu rak buku.

𝙨𝙖𝙩𝙪𝙧𝙙𝙖𝙮 𝙣𝙞𝙜𝙝𝙩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang