fifth week

1K 218 15
                                    

genap seminggu berstatus sepasang kekasih, seungmin sudah tidak perlu lagi dibalut rasa cemas setiap sabtu malam tiba.

tidak usah menunggu akhir pekan—setiap hari pun, changbin akan sangat-sangat bersedia datang ke kediaman kim meski tanpa melakukan atau mengajak si anak tunggal kemanapun.

duduk bersebelahan di teras dengan dagu seungmin ditopang tangan dan mata seratus persen fokus ke yang lebih tua, konversasi ditukar seadanya tapi penuh kalimat manis. atau mungkin memeluk lutut masing-masing di atas karpet, dengan televisi menyala entah menunjukkan apa—keduanya tidak peduli karena sibuk untuk saling mencuri lirik.

semuanya begitu sederhana, tapi kehadiran changbin di sisinya membuat palet sehari-hari seungmin menjadi berpendar membentuk warna-warna yang menyenangkan.

meski langit gelap, tapi seungmin yakin motor changbin akan berada di balik pagar saat ia mendengar suara mesin yang serupa.

senyum lebar sudah dipajang, di kepala terbayang changbin mengukir ekspresi sepadan sesaat setelah ia membukakan si pintu besi. maka ketika yang ia lihat adalah cengiran khas milik seorang bocah hwang, seungmin terkejut bukan main.

"loh, hyunjin? tumben kesini?"

yang namanya disebut tidak menjawab dengan kata-kata yang jelas. alih-alih, ia berjalan mendekat untuk menggandeng lengan seungmin dengan santai—manik seungmin otomatis berkeliaran untuk memastikan changbin belum terlihat di sekitar.

"aku sendiri di rumah, ditinggal ke rumah nenek gara-gara pulang sekolah terlambat." adu hyunjin alias teman sebangku yang sudah menjabat sebagai sahabat seungmin selama beberapa tahun terakhir.

"o-oh..." sahut seungmin ragu, terutama ketika ia samar-samar menyaksikan jaket army changbin yang dipakai pemiliknya sambil berkendara mulai mendekat.  "boleh sih, jin. tapi..."

"tapi kenapa? ih, aku ganggu ya? kamu ada acara?"

pertanyaan hyunjin semakin menumpuk dan seungmin tidak bahkan punya ide atau niat untuk menjawab. figur changbin terlihat jelas sekarang, mata menatap lebar sembari turun dari motor dan menenteng helm di sebelah tangan.

"seungmin?"

melihat lengan kekasihnya dikait kasual oleh laki-laki yang lain, changbin lantas berkerut heran. langkahnya pelan mendekat, tapi sorot mata tidak bisa berbohong bahwa ia perlu sedikit penjelasan.

"eh, kak changbin!"

seungmin yang notabene sudah berpikir yang tidak-tidak itu pun lantas melepas hyunjin darinya, pindah ke kiri sedikit agar lebih dekat kepada changbin sembari diam-diam mengulurkan telapak padanya untuk digenggam erat.

meski masih bingung, changbin menerima ketika jemari hangat seungmin menyelip diantara miliknya. ia memandangi seungmin dan hyunjin bergantian.

"ng, ini hyunjin! temen sebangkuku, hehe."

perkenalan yang dilontar seungmin di tengah keheningan itu terdengar dipaksakan, tapi bagaimanapun setidaknya mampu untuk mendorong changbin lepas dari atmosfer heran lalu mengulurkan tangannya kepada hyunjin.

"changbin." ucapnya singkat, senyum simpul dibuat sealami mungkin.

hyunjin juga ikut ragu—masih belum yakin sebenarnya identitas changbin disini siapa—saat menjabat tangan laki-laki yang paling tua diantara mereka. ujung bibir naik sedikit demi sebuah kesan pertama yang ramah.

"hyunjin, temennya seungmin." ulang hyunjin kendati tidak mengerti guna embel-embel dua kata di belakang namanya itu.

seungmin berusaha tersenyum dan menyambungkan kembali dialog mereka bertiga. hatinya membuncah pelan membayangkan jika changbin mungkin sedikit dibakar rasa cemburu.

perasaan yang aneh, tapi mampu membuat dadanya bergetar sedikit lebih kencang. entah kenapa seungmin suka sensasi itu.

𝙨𝙖𝙩𝙪𝙧𝙙𝙖𝙮 𝙣𝙞𝙜𝙝𝙩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang