nyatanya changbin baru benar-benar diperbolehkan datang ke rumah sakit sabtu depannya. entah apa alasan sana, tapi wanita itu berhasil membuat changbin terkejut bukan main atas informasi mengenai seungmin yang ia dapat.
tuberkulosis, katanya.
jadwal check-up kim seungmin terdaftar setiap hari sabtu sore. dan terhitung sudah lima minggu berturut-turut ia melewatkan kegiatan rutinnya ini.
"dia pengen nunggu kamu dateng katanya, mau jemput dia buat jalan bareng."
penjelasan sana menjadi latar belakang keheningan di kursi tunggu depan kamar tempat seungmin dirawat. changbin sesekali menoleh ke dalam, sekedar untuk menyaksikan respirasi seungmin masih berjalan baik di tengah tidurnya.
sana tersenyum tipis setiap kali bertutur bagaimana ia dibalut perasaan dilema melihat tingkah seungmin setiap sabtu sore.
ia senang melihat putra tunggalnya yang jarang tersenyum karena teringat sakit yang diderita itu jatuh cinta pada seseorang, namun di sisi lain ia juga khawatir jika seungmin akan lupa meminum obatnya.
"obat tbc harus diminum rutin, nggak boleh kelewat, atau harus diulang dari awal." ucap sana lagi. "dulu dia susah banget buat disuruh minum rutin. udah dua bulan lancar, tapi sekarang kambuh lagi. dia nggak mau bawa obatnya kalau lagi jalan sama kamu, katanya malu."
sebongkah besar kepahitan ditelan changbin mentah-mentah. rasanya ingin bersujud di depan kaki sana, meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kebodohan yang ia lakukan.
changbin tidak pernah berpikir bahwa menjadikan seungmin batu pijakan untuk mendapatkan hyunjin bisa berakhir sefatal ini.
"s-saya, minta maaf tante. saya..."
si bocah seo kehabisan kata-kata. ia bahkan tidak tahu harus memulai dari mana. kesalahannya terlalu banyak untuk dihitung jari.
sebuah tepukan pelan datang di pundak changbin. sana mengelusnya lembut, senyum tidak berhenti untuk diulas.
"nggak usah minta maaf. kamu nggak salah, kok. nggak ada yang salah disini. everything happens for a reason."
kalimat itu berusaha menenangkan changbin, tapi gagal meski ia memaksakan bibirnya untuk menguntai lengkungan ke atas sekedar sebagai balasan yang pantas. changbin tidak lega sama sekali. ia merasa terlalu berdosa.
"sekarang kita sama-sama doain seungmin aja ya, biar dia cepet sembuh."
changbin mengangguk, tidak menyadari bahwa kedua pipi mulai dialiri air.
ketika menengok ke dalam, entah matanya yang salah atau apa. seungmin menatapnya sedetik sebelum kembali memejamkan matanya dengan penuh paksaan.