sabtu ini genap dua minggu changbin tidak menghubungi, dan seungmin tidak perlu bertanya untuk tahu alasannya.
pikirnya hubungan super singkat ini sudah habis sendiri tanpa perlu diujar kata. hilang ditelan malam-malam penantian yang tidak berujung apapun.
seungmin sudah putus harapan, hendak mengirim pesan perpisahan saat ponselnya berbunyi terlebih dahulu.
matanya terbelalak melihat bar notifikasi menunjukkan nama seo changbin dengan satu pesan.
seungmin, ayo jalan sama aku
kalimat itu terlampau sederhana, tapi mampu membawa seungmin kembali ke enam minggu sebelumnya dimana changbin pertama kali datang dengan motor matic beserta dua buah helm, mengulas senyum termanis dan mengajaknya pergi.
kata-katanya persis sama, tapi dengan perasaan yang jauh berbeda. mau tidak mau, seungmin harus percaya bahwa changbin tengah bersandiwara mengenai ajakan tersebut.
bagaimana tidak, jika ternyata changbin sudah menemukan tujuan awalnya. hwang hyunjin, alias teman dekat seungmin sendiri.
harusnya seungmin sadar sejak awal, bahwa setiap perilaku manis seo changbin hanyalah palsu semata. semua berjalan mulus sesuai rencana, karena seungmin masuk dalam drama dimana hyunjin menjadi peran utama.
changbin menginjaknya sebagai batu untuk mencapai hyunjin. tanpa harus bersusah payah, ia berhasil mencapai target utama.
changbin dan hyunjin menukar tawa, sementara seungmin seorang diri merajut lara.
"ayo sayang, kita berangkat."
suara sana menggema di rungu yang penuh kekosongan, dan yang bisa seungmin usahakan adalah sebuah senyum dingin yang terpatri penuh paksa di atas garis bibirnya.
"ayo, ma."
ia mengiyakan ajakan sang ibunda untuk pergi berdua. jari mengetikkan empat kata sebagai balasan, membiarkan tanda 'dibaca' menjadi sebuah jawaban akhir bagi hubungan sepihak mereka.
kak, ayo putus aja