Hijrah Cinta PiPi

111 12 0
                                    

Dia Alvian Satria

Seseorang yang ku tau adalah seorang ketua ekskul teater di SMA Nusa Pekanbaru.

Orang yang lucu dengan tingkah konyolnya, banyak orang yang tidak suka dengan tingkahnya. Namun tidak sedikit pula orang yang menyukai kepribadiannya itu, contohnya aku. Aku Harpika Hasyim. Orang
yang sangat menyukai sosok Alvian Satria, yang selama ini diam-diam senang memperhatikan tingkah konyolnya serta selalu menyukai hal-hal yang ia lakukan.

***

"Kenape dikau jalan diam-diam begitu nak?" Bu Nova, guru pembina teater SMA Nusa
mengagetkan pika yang diam-diam memasuki ruang teater yang sedang sepi.

"Eh Bu, emm itu," jawab Pika gugup sambil melirik tas Pian, berharap surat tersebut tidak akan terjatuh dan tidak diketahui oleh siapapun.

"Kenape? Dikau nak bertemu Pian?" Bu Nova bertanya kepada murid perempuannya itu yang berdiri didekat kursi Pian.

"Eh enggak Bu, Pika permisi Bu" pamit Pika sopan namun tetap terlihat ada raut cemas disana.

"Dasar anak muda jaman sekarang. Sudah banyak handphone canggih, masih nak surat-suratan pule" ucap Bu Nova ketika melihat ada secarik kertas diatas tas Pian.

"I'm comeback!" Teriak Pian saat masuk ke ruang teater.

"Eh yan, tadi Ibu lihat ada sesuatu di tas kau nak."

"Apaan tuh?" Tanya Pian penasaran.

"Ibu pun tak tau lah,sudah kau pulang lah. Ibu pun sudah mau pulang."

"Ibu duluan saja, nanti ruang ini biar Pian yang beresin" ucap Pian lembut.

"Iye,hati-hati kau nak"

"Siap komandan."

Setelah Bu Nova pulang,
Pian yang penasaran melihat apa isi secarik surat tersebut. Setelah
membacanya, ada senyum yang
mengembang menampilkan lesung pipi nya sehingga membuat
wajahnya terlihat manis.

"Akan ku temui engkau wahai pengagumku" ucap Pian dengan
bersemangat.

Apapun Pian lakukan untuk mencari tau siapa sosok pengirim surat tersebut, tiap pulang sekolah Pian
selalu memaksa Sandi dan Tristan untuk membantunya mencari tulisan yang sama dengan si penulis
surat tersebut.

"Oii Pian! Ane capek meriksa nih buku satu-satu buat samain ini tulisan" teriak Sandi frustasi setelah
membolak-balikkan buku-buku tugas yang ada di meja Bu Ratih.

"Iya nih yan, nggak ada cara lain kah?" Kali ini Tristan ikut bertanya sambil tetap memeriksa buku-buku
yang ada di meja Bu Osnita.

"Ayo semangatlah wahai kawan sekota setanah air ku, bantulah kawan kalian yang sedang berbahagia ini" ucap Pian dramatis.

"Baru dapet surat segini doang ente sudah senengnya minta ampun."

"Ya gitu Rab, nggak pernah dikasih surat jadi gitu deh."

"Kita harus menghargai siapapun yang menyukai kita. Jadi, seorang Pian ini akan terus mencarinya," ucap Pian dengan semangat menggebu-gebu sambil terus memeriksa buku-buku tugas yang ada di meja guru.

"Ayolah kita pulang yan, ane bener-bener capek ini yan. Kalo ane tidak pulang sekarang, bisa-bisa mati
ane di marahin umi," pinta Sandi sekali lagi dengan nada memelas.

"Yasudah. Sabar ya wahai pengagumku, aku akan mencarimu di lain waktu," Pian berkata kepada
sepucuk surat yang berada di genggamannya.

***

"Eh tas ku! Tolonggg!!" Teriak seorang gadis didepan gerbang.

"Ada apa? Tunggu disini ya. Tenang-tenang." Pian langsung mendatangi dan menenangkan gadis
tersebut, lalu berlari mengejar si penjambret.

Cerpen MBPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang