Bel tanda pelajaran sudah berbunyi sejak sepuluh menit lalu, tapi gadis berambut sebahu itu masih membisu menatap pantulan dirinya di cermin wastafel. Setelah upacara dibubarkan, gadis itu memilih untuk ke toilet sebelum kembali ke kelas. Wajahnya begitu mengkhawatirkan, lingkaran hitam dibawah matanya begitu mencolok, sehingga menambah kesan mengerikan. Akhir-akhir ini, dirinya memang sering terjaga di tengah malam. Bukan tanpa alasan, tetapi karena insomnia yang ia miliki. Dan itu sangat mengganggu.
Sesudah membasuh wajahnya dengan air dan mengelapnya dengan tissue, gadis itu segera keluar dan berjalan menuju kelasnya. Koridor terlihat sepi, wajar saja, sebab ini sudah memasuki waktu belajar mengajar. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti, saat seseorang memanggil namanya dari belakang. Gadis itu menoleh, mendapati sosok laki-laki berperawakan kurus.
"Kenapa?" tanyanya dengan sebelah alisnya yang terangkat.
Gadis itu menunduk. Ia memainkan jemarinya, pertanda jika dirinya sedang gugup.
"Harpika Hasyim?" gumamnya.
Sementara gadis itu mendadak sesak, ia tak terbiasa berduaan dengan laki-laki lain kecuali ayahnya. Niatnya untuk segera pergi gagal begitu saja, saat laki-laki bernama Alvian Satria itu menahan tangannya. Ah, panggil saja dia Pian.
"Are you okay, Pik?"
Terlihat jelas jika Pian mendadak khawatir melihat perubahan ekspresi Pika. Namun ia mencoba biasa saja. Menurutnya, Pika itu cewek kaku yang jarang sekali berbicara dengan seseorang, entah karena apa. Yang jelas, Pika terlihat sangat tertutup.
Pika menepis cekalan tangan Pian. Anehnya, rasa sesaknya sudah tak begitu terasa. Padahal biasanya jika dirinya sedang dekat dengan laki-laki, sesak itu seolah menyerangnya tanpa ampun. Pika menatap Pian sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya.
Siapa yang tidak mengenal Alvian Satria? Cowok pendiam yang sebenarnya tidak terlalu introvert, meski begitu dirinya di kenal banyak orang satu sekolah. Sikapnya yang humble membuat dirinya disenangi kawan-kawannya, tak terkecuali murid perempuan.
"Hmmm ka...kamu kenapa manggil aku?" tanya pika bingung.
"Mata kamu hitam gitu, Pik. Kamu sering begadang?" tanya pian sambil menaikkan sebelah alis nya.
"E..ehh hmm aku pergi dulu ya." Pika memilih pergi agar tak terlibat percakapan awkward lagi dengan Pian. Terlebih, Pika tak terlalu kenal dengan cowok itu. Selain begitu, ia juga tak mau ada orang tahu tentang masalahnya.
Pian hanya diam, ia merasa bingung dengan sikap Pika yang selalu menghindar setiap kali diajak bicara. Sikap Pika yang tidak ramah, membuatnya merasa aneh. Pian menduga, sepertinya Pika menyembunyikan sesuatu, yang mungkin tak ingin jika ada orang tahu.
🌃🌃
KRINGG!!!!....
Bel pulang menggema ke segala penjuru sekolah. Di ruang XII Ipa 3, Pika begitu terburu buru membereskan buku dan alat tulis nya ke dalam tas, lalu segera berjalan keluar menuju gerbang. Ia tak mau berlama-lama di dalam kelas, yang mayoritas teman-temannya selalu berbisik-bisik membicarakan dirinya. Yang semakin membuatnya takut berinteraksi dengan mereka.
Sampai halte depan sekolahnya, Pika mengayunkan tangan memberi kode agar angkot jurusan rumahnya berhenti. Jarak anatara sekolah dan rumahnya cukup jauh, membuat dirinya harus rela sampai rumah ketika langit berubah warna menjelang maghrib.
🌃🌃
Sampai rumah, Pika sempat merebahkan tubuhnya diatas kasur, sebelum membersihkan dirinya dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Rumah tampak sepi seolah tak berpenghuni. Hanya diisi suara-suara kecil binatang serangga, dan benda-benda mati yang menjadi saksi bisu kehidupannya. Semenjak ibu meninggal, Pika jarang melihat ayahnya berada dirumah. Yang Pika tahu, ayahnya sering pulang larut malam dalam keadaan mabuk dan berbau alkohol. Tidak tahu jelas apa yang dilakukan ayahnya, Pika menyadari itu bukanlah sesuatu yang baik.
![](https://img.wattpad.com/cover/174827059-288-k507977.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen MBP
Conto👑Kumpulan Cerpen Member My Beloved Pian dalam rangka anniversary 1st.👑 @penulisrahasia