( 4 )

53 2 0
                                    

Satu hari telah berlalu dan Rafa masih intens berkomunikasi dengan Hilma. Itu membuat Hilma semakin penasaran kepada Rafa. Sebenarnya apa tujuan dia mencoba dekatin aku, dalam hatinya berkata seperti itu.

Hilma bukanlah pemula dalam hal percintaan, bisa di bilang dia paham sekali tentang modus seorang cowok kepada cewek. Apalagi pesan pesan Rafa itu tergolong sangat manis.

Sejak pertama chatan dengan Rafa, Hilma menahan rasa geram akan pesan pesan Rafa yang begitu perhatian.

Akhirnya suatu malam, Hilma memutuskan untuk menelfon Rafa.

" Halo assalamu'alaikum Rafa, aku gak ganggu kan?"

"Wa'aikum salam, gak kok Hilma, ini aku lagi tiduran. Tumben nih nelfon! Ada apa?"

"Hmm, ada hal yang pengen aku tanyakan sih. Sebenarnya sejak awal kamu nge chat, aku tu ngrasa kamu perhatian banget sama aku. Maaf yah, bukannya aku sok kepedean, tapi maksudnya apa yah?

"Loh Kamu ngrasa terganggu yah?, kamu gak suka? , maaf."

"Bukan begitu, tapi aku sebagai perempuan juga berhak untuk segera tau, apa tujuanmu berlaku manis dan perhatian sama aku. Aku bukan anak kecil fa, dan aku lebih dewasa dari kamu. Salah kalau kamu memperlakukan aku seperti itu, sekarang kamu mau atau tidak menemui Ayahku?."

"Baiklah, tapi tolong jawab dengan sangat jujur pertanyaanku ini. Seperti apakah pernikahan impianmu?. Apakah Yang meriah, megah, di gedung, dan banyak Yang hiburannya?."

"Kok kamu malah tanya hal kaya gitu?."(suara Hilma bergetar)

"Jawab saja sejujur jujurnya Hilma, tapi pasti pengennya Yang meriah, dan dengan mas kawin Yang mahal kan?."
Suasana menjadi sangat serius. Bahkan keduanya sangat gugup.

"Pernikahan impianku yang penting sesuai syariat islam. Semua rukunnya terpenuhi. Dan untuk mahar, aku serahkan padamu, aku ikhlas menerima.

(Rafa terdiam. Jawaban itulah yang selama ini Rafa tunggu.
Rafa semakin yakin menjadikan Hilma sebagai pendamping hidup).

"Rafa...? Kok kamu diem?, kenapa? Ada yang salah yah dari ucapanku?. Aku udah capek fa, dan aku gak mau main main di umurku yang sudah tua ini. Kalau memang kamu serius, mau kah kamu ketemu ayahku?". Hilma berkata dengan sangat lembut.

"Baiklah, kapan aku bisa menemui Ayahmu?".

"Ya Allah, serius kamu fa? Kamu beneran mau? Alhamdulillah. Bgaimana kalau weekend ini".

"Baiklah sabtu ini." Jawab Rafa singkat.

"Kamu gak merasa di paksa kan fa?, dan semua ini tidak terburu buru menurutmu kan?". Tanya Hilma.

"Dipaksa? Dan terburu buru?!, enggak lah Hilma. Kamu kan dari awal sudah bilang, di umurku dan umurmu yang sekarang ini, sudah bukan waktunya untuk menunda nunda. Aku selama ini juga sudah lelah memperjuangkan orang yang sama sekali tidak percaya padaku. Masalah ayah kamu suka atau tidaknya denganku itu urusan belakangan. Dan aku percaya sama Allah. Jodoh juga bukan soal cepat atau lama kita saling mengenal, tapi tentang percaya dan ikhlas, dua hati yang saling mnyambut dan menerima. Dan tentunya jalan Yang telah Allah mudahkan. Bukankah kamu tau bahwa menikahlah dengan yang Allah mudahkan. Aku bangga, dan bersyukur, aku berterima kasih pula kepadamu. Kamu tidak melihatku dari pekerjaanku, latar belakang pendidikanku, serta harta yang aku miliki. Sejujurnya aku tidak mampu mewujudkan resepsi pernikahan impianmu dalam waktu deket. Tapi aku bisa memberimu kepastian dan mewujudkan pernikahan impianmu dalam waktu deket sesuai rukun dan syariat islam.".

"Ya Allah Rafa, Aamiin ya robbal Alamin. Semoga Ayah suka terhadap kepribadianmu fa. Dan semoga apa yang menjadi tujuan kita di mudahkan oleh Allah SWT. Aamiin ya robbal Alamin."

"Aamiin ya robbal Alamin, ya sudah. Ini sudah malam. Selamat istirahat, besok kita kerja." Assalamu'alaikum. "

"Wangalaikumussalam wr.wb."

Jodoh akan datang tepat pada waktunya. Tidak peduli Rafa dan Hilma baru ketemu dan mengobrol sekali. Tapi Allah telah menggerakkan keduanya dan memberi jalan.

Tapi yang pasti bagi Rafa, penghormatan terbesar kepadanya dari seorang perempuan yang terkasih, adalah kepercayaan untuk menemui Sang Ayah, guna meminta doa Serta ijin dengan terhormat untuk mncintainya dengan cara yang terhormat pula.

Hanyalah Hilma. Yang menghargai Rafa. Dan percaya pada Rafa.

"Penghormatan terbesar untuk mu dari sang kekasih adalah bukan saat kau di akui sebagai kekasih, tapi saat dia memintamu untuk menemui Ayahnya. Demi cinta yang terhormat."

Al Rafaeyza.
"Siapa sangka"

Ketika Tuhan Menerbitkan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang