( 2 )

82 1 0
                                    

Tangerang telah beranjak sore. Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB, Rafa baru saja tiba di rumahnya.

Sebenarnya tempat tinggalnya bukan lah rumah yang besar dan megah, hanya sebuah rumah kontrakan yang terdiri dari tiga ruangan. Sangat cukup lega untuk di tinggali seorang diri. Rafa termasuk anak yang santai, rumahnya penuh dengan seni dan sedikit berantakan. Walau demikian , Rafa adalah pribadi yang menyukai kebersihan. Jadi rumahnya selalu dia bersihkan. Dia menyukai anime, dan ada foto dirinya yang di buat versi anime tertempel jelas di salah satu ruangan. Foto tsb sedang tersenyum manis sekali. Jadi dia berharap siapapun yang datang kerumahnya akan merasakan kenyamanan dan kehangatan.hehe.


Rafa telah selesai mandi, kemudian melaksanakan kewajiban. Setelah sholat, dia langsung bergegas melepas baju kokonya. Kemudian dia mengenakan jaket Levis, Tas Selempang kecil pun telah siap di punggungnya. Dia sedikit membersihkan sepeda motornya di bagian lampu depan dan Jok motornya agar terlihat lebih bersih serta nyaman di kendarai. Rafa kemudian diam beberapa saat di atas motornya sembari berdoa. Setelah itu dia pun langsung tancap gas.


Sepanjang jalan Rafa masih tidak percaya bahwa dia akan bertemu Hilma, karena sebelumnya sama sekali belum pernah ngobrol ataupun bertatap muka secara dekat. Dan sebelumnya diapun tahu kalau Rafa dekat dengan temannya. Rafa takut Hilma mengira bahwa dia adalah pelarian semata, Rafa merasa tidak enak dan takut di nilai laki laki kurang ajar yang dengan mudahnya melupakan wanita yang di cintanya. Rafa berhenti di sebuah minimarket, guna meyakinkan hatinya, dia menelfon Hilma. Ternyata Hilmapun benar benar serius ingin bertemu,dan dia tengah dalam perjalanan menuju tempat mereka sepakati. Mendengar hal itu, Rafapun mantap dan melanjutkan perjalanannya untuk bertemu Hilma.


Rafa telah sampai terlebih dahulu di sekitar tempat perjanjian. Ternyata kisamaun adalah surga pagi para pecinta kuliner dan jajanan. Disana ada banyak sekali tempat makan yang sangat menggugah selera. Tempatnya sangat ramai dan penuh sesak dengan orang orang yang sedang berburu kuliner untuk makan malam. Rafa menelfon Hilma, dan Hilma menjawab bahwa dia sebentar lagi sampai. Hati Rafa semakin berdebar. Dia berhenti di depan sebuah optik, lalu memberi tau Hilma lewat pesan singkat bahwa dirinya menunggu di depan Optik.


Rafa masih duduk di atas motornya dan enggan beranjak, dia gelisah dan melihat sekitar berharap bisa melihat kedatangan Hilma. Namun tiba tiba Hp nya berbunyi, ada panggilan dari Hilma, Rafa bergegas menjawab panggilan tersebut,

"Halo , Hilma, kamu dimana?"

"Di samping kamu, coba tengok kiri!!".

"(Rafa menengok ke kiri). Lohh (kaget) , udah lama disitu?".

"Rafa kan?,(menunjuk ke arah Rafa). Belum lama kok, Ayuk turun! Kita jalan dari sini gak apa apa kan??". Hilma langsung berjalan meninggalkan Rafa.

"(Bergegas turun dari motor dengan tergesa gesa). Gak apa apa kok, tapi motorku parkir sini gak apa apa kan?" . Rafa berlari kecil mengimbangi Hilma yang berjalan cepat.

"Gak apa apa kok." Hilma menengok ke belakang sambil tetap berjalan.


Rafa terus mengimbangi Hilma yang berjalan begitu cepat. Rafa terlihat lucu berlari kecil di belakang Hilma, dia berulang kali ingin menarik Hilma yang berjalan seolah olah dia yang punya jalan itu, padahal banyak sekali mobil yang ingin lewat.

Dari belakang Rafa juga tersenyum senyum memperhatikan penampilan Hilma. Sangat terlihat berbeda dengan foto foto yang ada di akun sosial medianya. Rafa justru langsung suka dengan sosok wanita yang seperti itu. Jujur, Hilma adalah perempuan pertama yang paling sederhana penampilannya yang pernah dia temui. Bahkan untuk moment penting ini, dia hanya memakai sandal karet, dan tas kecil yang sangat terlihat simple.

Tak lama berjalan mereka sampai di tempat makan. Ternyata tempat itu adalah milik kakak dari sahabatnya, jadi dia terlihat akrab dengan orang orang di sekitarnya. Hal itu makin membuat Hilma menarik di mata Rafa.

"Ayuk duduk sini!! Ini nih ayam Taliwang yang aku bilang itu, kamu suka pedes kan kemaren?. Cocok nih buat yang suka pedes".

"Iyah,hehe. Aku juga lagi pengen makan yang pedes pedes, biar fresh pikiranku".

"Jiahh, mikirin si dia yahh, hehe. Udah kamu mau pesen yang level berapa?. Aku udah pesen nih".

"Haha, Ok Ok, aku pesen nih".
(Pesanan sedang di persiapkan untuk di sajikan).

"Rafa, (tersenyum kecil). Jam berapa dari rumah tadi?" . Tanya Hilma.

"Selesai sholat aku langsung kesini tadi. Jadi ini toh yang namanya Kisamaun, aku mah sering lewat dulu kalau abis jemput keluarga dari kalideres".

"Iya ini Kisamaun, jadi tau kan.hehe."
(Mereka saling menatap beberapa saat)

"Kenapa Rafa, liatin aku kayak gitu, jelek yah? Beda kan sama yang di foto?". Hilma meledek.

"Hahah, enggak kok, gak jauh beda sama yang di foto". Senyum Rafa terlihat makin lepas.

(Makanan datang)

Mereka menikmati hidangan pesanan mereka sambil bercerita banyak hal. Dan ternyata Hilma pernah kuliah di salah satu universitas ternama di Purwokerto. Bahkan pernah KKN di sebuah desa di Cilacap. Tempat itu lumayan dekat dengan tempat tinggal Rafa di Sidareja. Rafa memang seorang perantau dari Sidareja, Cilacap.

Obrolan mereka semakin asik dan nyambung. Rafa merasa sangat bersyukur, dia bertemu gadis yang sangat pintar, Hilma pandai menyikapi permasalahan hatinya. Dia sama sekali tak mau menyinggung dan menanyakan tentang Mantan Rafa yang notabennya pertemuan mereka adalah untuk membahas soal itu. Dia gadis yang baik.

"Hilma, kamu pintar. Kamu meleburkan pikiranku tentang dia menjadi tentang kamu". Rafa berkata dalam hati sembari menatap Hilma dengan tersenyum.


Ketika Tuhan Menerbitkan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang