JOURNEY

3.7K 494 46
                                    

One step closer
.
.
.
.
.
.
.
.

Dulu saat masih menjadi mainan Dominic, Jungkook sering berandai-andai jika ia bisa lolos dari tempat ini Jungkook akan melakukan banyak hal yang belum sempat ia lakukan tapi saat impiannya terwujud nyatanya laki-laki mungil itu malah didera perasaan bingung.
Jungkook dan beberapa korban-para mainan- kasino Dominic sekarang berada di Rumah Sakit kepolisian Seoul untuk mendapat penanganan medis.
Laki-laki mungil itu sedang mendapat tindakan medis di sekitar pinggang dan perutnya yang hampir penuh luka bakar bekas sundutan rokok Dominic dua hari yang lalu. Jungkook meringis saat luka bakarnya dibersihkan dengan cairan saline dan diberi salep bioplasen pada lukanya yang masih basah.
Ada Arthur dan Lucas di samping kanan Jungkook, dua pria dewasa itu menunggui bocah kecil itu saat perawat melakukan medikasi di luka bakarnya.

"Capt, kau juga terluka. Anak ini biar aku saja yang tangani." Lucas berkata setelah mengamati lengan Arthur yang terluka cukup serius.

"No!" Arthur menjawab terlalu reflek atas kalimat yang di ucapkan Lucas hingga suara wanita yang familiar bagi mereka berdua menyela dengan nada marah.

"Tidak apanya? Ikut aku sekarang juga, oppa! "
"Aku sudah bilang tidak!"

Jungkook menatap wanita yang baru saja masuk ke bilik tempat ia diperiksa. Jungkook terpaku, laki-laki mungil itu menekuri wajah wanita di depannya ini. Rambut hitam panjangnya yang terlihat lembut, wajahnya yang putih bersih, bibirnya yang merah alami dan mata bulatnya yang indah.
Wanita tadi juga memanggil Arthur dengan sebutan 'oppa'. Jungkook tidak terlalu bodoh untuk mengetahui situasi macam apa yang terjadi sekarang ini.

"Aku dengan sajangnim saja." Jungkook bersuara lirih memecah suasana tegang yang terjadi, jemari kecilnya menapak di lengan kiri Lucas.

Arthur langsung menatap mata karamel Jungkook dengan tajam, sedangkan obyek yang ditatap Arthur membuang muka ke samping menghindari tatapan Arthur.

Mendapat penolakan dari Jungkook membuat emosi Arthur meledak, kapten polisi itu lalu meninggalkan bilik medis tanpa meninggalkan kata.

"Maafkan sikap Arthur oke?" Wanita tadi berkata setelah melihat tingkah Arthur yang emosi.
"Nope! Sudah biasa kapten emosi seperti itu, Sekyung-ah." Sahut Lucas lalu mempersilahkan wanita cantik tadi mengejar Arthur.

Keadaan bilik tadi berangsur sepi lagi setelah perawat yang menangani Jungkook selesai dan meninggalkan laki-laki mungil itu dengan Lucas.

"You okay?" Lucas bertanya setelah sepuluh menit berlalu dengan Jungkook yang hanya diam saja.
"N-nde." Jungkook menjawab dengan lirih.
"Kau masih mengingatku? Aku dulu yang sering beli kue tteok yang kau jual."
"Ah iya?" Tanya Jungkook tertarik, itu sudah lama sekali dan pria di sampingnya ini masih mengingatnya.
"Kau pasti tidak ingat ya?" Lucas tersenyum saat mengamati bocah laki-laki ini mengerutkan dahinya berusaha memutar memorinya mungkin.
"Tuan yang tidak kuat makan kue tteok pedas?" Jungkook bertanya dengan ragu, ia ingat ada salah satu polisi yang selalu menyeka ingus jika memakan tteok-nya dulu.
Lucas tertawa kencang saat mendengar perkataan Jungkook.

"Itu bagian memalukan jangan di ingat ya."
"Okay. " Jungkook menyahut dengan riang, aura polisi di depannya yang positif ternyata menular ke Jungkook hingga pipi gembil bocah itu terangkat saat Jungkook tersenyum lebar.

FANTASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang