STAY

3.7K 466 74
                                    

My one
.
.
.
.
.

Jungkook berdiri kaku di tengah-tengah ruang tamu apartemen Arthur, sedangkan kapten polisi itu terlihat buru-buru memasuki kamar dan menutup pintunya rapat.
Banyak suara gaduh dari dalam kamar Arthur, suara kaleng yang ditendang, plastik dan kertas yang diremas paksa serta dentingan piring dan sendok yang ditumpuk menjadi satu.
Mengabaikan suara-suara rusuh dari dalam kamar polisi itu, Jungkook memilih mengamati sekeliling ruangan di apartemen Arthur sekarang. Disebelah kiri ada dapur minimalis yang dibatasi meja marmer yang berfungsi untuk meja makan dan dibagian depannya ada tiga kursi tinggi bar disana.
Sebelah kanan ada sofa putih yang menghadap ke layar LED besar. Jungkook takjub, anak itu baru pertama kali melihat TV sebesar ini seumur hidupnya. Selama ia berada di kasino Dominic, laki-laki mungil itu hanya dikurung di dalam kamar. Jungkook keluar hanya jika Dominic yang memberi perintah dan langsung dalam pengawasannya.
Manik mata Jungkook masih mengamati sekitarnya saat pria dewasa pemilik hunian ini keluar dari kamarnya. Arthur keluar dengan membawa sekantong besar sampah di tangan kirinya sedangkan tangan kanan pria itu membawa piring-piring kotor.
Jungkook terkesiap lalu menghampiri Arthur dan meraih piring kotor yang dibawa pria itu.

"Biar aku yang mencuci ini, Arthur."
"Alright dan jangan panggil aku dengan sebutan nama langsung."

Jungkook yang mendapat peringatan tiba-tiba seperti itu langsung termegap merasa tidak enak hati sekarang.

"Josonghamnida Arthur sajangnim." Jungkook berkata dengan pelan, tubuhnya sedikit membungkuk di hadapan Arthur.

"What the hell, Jungkook. You can call Lucas with hyung and then me?! Don't dare you, kid."

Jungkook mungkin sudah lelah mendapat bentakan dari Arthur atau mungkin laki-laki mungil itu sudah kehilangan kesadarannya, dengan berani Jungkook menghentakkan kakinya dan memicingkan kedua matanya yang sipit.

"Lalu aku harus panggil kau apa?" Suara Jungkook berubah gemas di akhir kata. Ia hanya lelah dan butuh berbaring sekarang.

Arthur yang melihat tingkah Jungkook seperti kelinci liar hanya mendengus menahan geli, bibirnya mati-matian ia pertahankan segaris mencegah senyumnya muncul.

"Panggil aku seperti kau memanggil Lucas saja." Suara Arthur berubah tidak jelas, pria itu bergumam seperti sedang menelan sesuatu di dalam mulutnya tapi keadaan apartemen yang sepi membuat suara sekecil apapun dapat didengar oleh Jungkook.

"HYUNG!!!" Jungkook berseru tepat di telinga kanan Arthur, kakinya bahkan harus berjinjit untuk mencapai telinga polisi itu. Setelahnya Jungkook melangkah ke arah dapur untuk mencuci piring yang ia rebut dari tangan Arthur.

Arthur mengusap telinga kanannya sambil ber-huh senang lalu kapten kepolisian Seoul itu berjalan meninggalkan Jungkook untuk membuang sampah. Pria dewasa itu memutuskan membeli beberapa makanan ringan untuk camilan di mini market seberang jalan serta membeli buah strawberry, pisang dan kiwi untuk dessert mereka berdua mungkin karena dalam perjalanan pulang tadi ia dan Jungkook sudah makan dua porsi kimchi jjigae, porsi anak-anak untuk Jungkook. Laki-laki mungil itu memesan porsi kecil karena takut tidak dapat menghabiskan makan malamnya, dasar bocah pikir Arthur.

Saat memasuki apartemennya lagi, Arthur melihat Jungkook sedang menyusun beberapa piring dan gelas yang telah selesai laki-laki mungil itu cuci.
Arthur meletakkan belanjaannya di meja makan, perbuatan pria itu menarik atensi Jungkook.

FANTASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang