5 - Apa lagi ?

33 8 9
                                        

Happy reading❤

🍃🍃🍃


Bel rumah terus berbunyi saling menyahut dengan ucapan salam dari seseorang yang berada di balik pintu rumah rinai.

Yunita berjalan dari arah dapur menuju pintu utama, ketika membuka pintu yunita menyipitkan mata nya mengingat siapa kah pemuda berkemeja navy polos lengan panjang yang di lipat sampai siku di padu celana jeans dengan senyum lebar yang tengah berada di depan nya ini.

" Assalamualaikum tante " ucap pria itu mengulurkan tangan dan sedikit membungkuk untuk mencium punggung tangannya. Yunita menyambut uluran tangan tersebut dengan hangat.

" Waalaikumsalam " jawab nya tersenyum lembut. " kamu fabian ? " tebak yunita tampak ragu.

Fabian membalas senyum nya dan mengangguk " Iya tante ".

"Waaah ganteng ya" pujinya. "ayo masuk masuk".

"Hehe tante bisa aja"

Yunita terkekeh "duduk dulu nak, biar bunda buatin minum".

"Ga usah tante,ngerepotin "

" Ngga kok tunggu sebentar ya " ucap yunita berlalu menuju dapur.

Beberapa menit kemudian wanita setengah baya itu kembali menghampiri fabian dengan nampan yang berisi secangkir teh dan satu piring penuh berisi keu basah. Yunita menyimpan cangkir berisi teh manis itu pada meja di depan bian.

"Terimakasih tante" ucap bian sungkan yang di balas senyuman oleh yunita.

" sama-sama, ga usah sungkan gitu " fabian hanya unjuk gigi menampilkan gigi bergingsul nya. " Yaudah kamu minum teh nya keburu dingin nanti ga enak, biar bunda panggilin dulu rinai nya".

" Iya tante " fabian mengangguk mengiyakan.

Sepeninggal bunda rinai fabian tampak memutar pandangan nya menelusuri seisi rumah yang terlihat sederhana namun terkesan sangat elegan dan nyaman itu. Di sisi dinding terdapat beberapa lukisan dan foto rinai bersama bunda nya dan seorang perempuan yang di perkirakan lebih dewasa dari rinai, mungkin kakak rinai fikir bian. Tapi dari beberapa foto bian sama sekali tidak menemukan foto rinai kecil dan juga tidak ada foto bersama ayah nya.

Ketika fabian tengah bergelut dengan fikiran nya, yunita datang menarik lamunan bian tentang foto-foto tadi.

"Udah bunda panggilin, rinai bilang sebentar".

" iya ga papa bun eh tante " yunita terkekeh mendengar kalimat sungkan fabian.

"Panggil bunda aja ga papa kok".

" hehe jadi malu" cengir bian.

" loh kenapa malu, katanya kamu suka malu maluin ".

" aduh bunda tau aib bian dari mana " ujar bian mengundang tawa dari yunita.

" Bunda bisa baca fikiran orang " yunita mengatakan dengan berbisik.

" Waaah kaya roy kioshi dong " timpal fabian dengan berlebihan.

" Lebih dari itu, dia aja belajar sama bunda"

" Kalo gitu bisa dong ajarin bian "

" Wani piro " canda yunita dan mereka tergelak karena pembahasan yang unfaedah itu.

Bian meminum teh yang berada di depan nya. Lalu beralih mengambil kue basah yang berada di samping cangkir teh nya.

" Itu nama nya putu ayu, masih anget bunda baru bikin barusan ". Wanita setengah baya itu seperti mamah nya ramah dan agak cerewet.

[WNP] SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang