14.That's Funny Ex

257 26 6
                                    

Persembahan untuk satu tahunnya aku hadir di wattpad serta cerita ini lahir.

Enjoy read, Love.

.
.
.

"Heh, Mantan!" teriak mantan gue -Devano.

"Aduh ngapain sih teriak di koridor. Bikin malu aja nih biji nangka." kata gue dalam hati. Ga mencoba buat jalan ngehindar jadi gue cuma berdiri di posisi awal sambil nunggu gerak dia selanjutnya.

Gue liat Devano ga cuma teriak, tapi dia juga jalan ke arah gue. Cara jalan masih sama kayak pertama kali gue sadar eksistensinya.

Iya.. iya gue tau dia ganteng cuma gue ga kalah ganteng kok.

Gue sadar dia tinggi, eh kalo diliat-liat gue juga tinggi kok, sehidungnya dia sih, tapi lumayan lah.

"Sombong banget lu." tepukan di bahu gue dari Devano buat gue kaget. Untung ga sampe latah "ayam.. ayam."

Sifat hangatnya masih sama. Seperti dulu, saat dia memperkenalkan diri di depan anggota baru futsal dan saat kita masih terjebak bersama dalam waktu.

"Siapa juga yang sombong. Jangan halu deh." ketus gue tanpa sadar. Entah kenapa kalau berhadapan sama dia sekarang punya sensasi aneh di badan gue. Bukan rasa macam deg-degan tapi justru kesal emosi tanpa sebab.

Mata Devano ngedelik judes. "Lu berubah, sangat." suaranya makin lirih di telinga gue. Oke, gue ga mau geer, tapi ada keselip nada kecewa di sana.

"Emang gue power renger apa berubah segala. Masih gini aja hidup gue. Masih sama kayak pas kita kenal sampe..." gue ga sanggup ngelanjutin bahasan ini. Bagaimanapun terima atau tidaknya ia pada keadaan yang ada, kita sudah memiliki status tambahan selain teman dan anggota tim.

Gue bisa liat si mantan ketawa jail. Ada binar di mata caramel itu. "Sampe kita putus?" yang gue yakin itu bukan pertanyaan tapi pernyataan baginya. Ga mau bikin dia besar kepala gue balas tantang sinar jail di matanya.

"Awalnya sih sampe kita putus gue berniat buat ngerubah sesuatu tapi pas gue rasa-rasa nih ya kayaknya ga ada bedanya sampe putus sekalipun. Toh pas gue tau kalau lu mutusin gue karena lu sadar cuma penasaran doang gue ga sampe nangis alay. I'm fine. Really fine without you, Darl." ga sadar gue kasih dia smirk. Senyum miring yang gue tau dia benci itu.

Devano melangkah semakin dekat. Jarak tinggal dua langkah kecil. Dari sini gue bisa hirup parfum lama dia yang dulu pernah gue puji punya bau enak.

Angin kayaknya nyebarin aroma mint dari mulut si mantan. "Gue kira lu ga tau alasan itu. Well, iya sih itu alasan utamanya. Tapi, alasan lain adalah.." Devano menghembuskan nafas kasar, matanya jelalatan ngelirik sekitar yang lagi liatin kita dengan keponya.

Ya, siapa juga yang ga kepo. Kita pasangan fenomenal. Dua anak laki-laki dari tim futsal sekolah. Si ketua tim dan gue selaku anggota tim yang bertugas sebagai pencetak gol terbaik malah pacaran.

Hahaha... gue mau ketawa dulu.

Ini semua berawal pas main DOD alias dare or dare kampret dari si ketua osis yang iseng ikutan nongkrong bareng anak futsal. Pas botol cola nunjuk gue, si ketua osis seneng banget. Bisa diliat senyum lebarnya sampe kuping.

"Lu harus jadian sama Devano selama sebulan." finalnya. Telak bikin gue batuk karena kesedak ludah sendiri.

Ini ucapan paling ga masuk di otak gue yang segede kacang dalam sukro setelah
kalau makan buah sama bijinya ntar bisa numbuh di perut.

Gue menolak untuk ngebayangin itu. "Wah gila lu! Ogah ah! Palingan si Devano juga ga mau! Ya kan, Dev." gue ngomong sampe urat di leher keliatan.

Pas lagi gue ribut sendiri nolak tantangan itu, edannya Devano malah ngangguk santai kayak ga punya beban sedari orok. Sambil nyedot jus jeruknya dia senyum ke gue tanda dimulainya tantangan itu.

"Van! Wah ikut gila juga ya lu. Jangan diikutin ege." gue geleng kepala ribut. Masih menolak telak dengan segala upaya untuk menarik ucapan gila si ketos.

"Gue rasa itu bukan hal yang terlalu dibuat hiperbola kayak gini deh. Just do it for a month, my boyfriend." nada jahil terselip di sela senyuman manis itu.

Ini yang gue keselin. Selalu ga sadar muji dia dengan segala yang melekat padanya

Semua pada bubar ninggalin meja, sampe Devano jalan ke arah gue dan bisikin..
"It's just a game. Let's play, babe. Enjoy the our show " bisikan dengan nada suara rendah di kuping gue yang malah bikin bulu sebadan-badan berdiri ngeri.

Mulai saat itu dan seterusnya -easily, sampe kita putus, gue ga bisa liat Devano kayak dulu lagi. Ada yang beda dan sulit dijabarkan.

"-lu ga peka." ucap Devano ngembaliin gue ke situasi saat ini, dimana kita berdiri di tengah koridor dengan puluhan pasang mata natap penasaran ke kita.

Otak gue berjalan lambat sampai cuma hah doang yang mampu gue keluarin.

"Lu ga peka, Mantan." ulangnya dengan nada berbisik yang ngejek abis.

"Darimananya?" gue masih ga abis pikir sama jalan pikiran ketua tim gue ini. Kadang dia bisa sangat berkharisma dan kadang dia ga ada bedanya sama Mr.Bean-konyol.

"Lu ga peka pas gue bilang gue ga peduli sama tantangan itu. So far gue nikmatin yang ada sampai gue sendiri ga sadar kalau itu seharusnya ga masuk dalam tantangan." Devano bersedekap.

"Gaya gini aja ganteng." kata gue dalam hati.

"Itu apa?" Gue ga sanggup buat nanya. Dari tadi si mantan kalo ngomong setengah-setengah kayak nyicil utang.

"Hahaha.." Devano ketawa dengan suara kekehan berat "—tuh, lu aja ga peka atau malah ga sadar, emm atau malah mencoba buat ga pahamin yang ada," kalimatnya belum dilanjutkan. Dia natap gue sejurus.

"Cinta, Mantan. Yang gue maksud harusnya ga ada cinta di sana. Tapi pada akhirnya gue kalah. Haruskah gue minta hukuman ke ketos untuk itu?" usai itu Devano berjalan meninggalkan gue yang berdiri mematung.

"Kok lucu ya?! Lu yang gitu aja bikin gue jatuh!" teriak Devano. Dari balik punggung gue bisa gue rasain kalau jarak itu cukup jauh dan teriakan yang menggema pasti- sangat di yakini sepenuh jiwa dan raga- akan didengar manusia satu koridor saat ini.

Gue? Balik badan dan mencari sosok si mantan.

Gue mengambil nafas mau teriak "Kayaknya ga cuma lu yang jatuh! Gue juga Devano." balas gue ga kalah kencang.

=END=

First Publish : 1 Februari 2019
Edit : 8 Juli 2019

Pilihan Hati ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang