13. Erotic Dream

318 33 5
                                    

Warning :
Harap bijak dengan bacaan anda. Cerita bagian ini khusus untuk 20+.

Karena flitur private sudah tidak bisa digunakan, maka saya publish dengan peringatan di awal.

Saya tidak menerima komentar caci-maki, report negatif, dsb.

Enjoy read, love.

**

Berjalan sendirian tengah malam di temani dinginnya angin yang menusuk hingga tulang.

Jalanan sepi menyapa mata saat Rafa menyusuri jalan setapak. Kiri dan kanannya hanya pohon dan semak-semak.

Malam semakin larut. Ia sendiri bingung bagaimana bisa sampai ke sini, sedangkan seingatnya, ia sedang menonton film Dilan sekian-sekian di apartemen sembari menunggu Jeno pulang.

"Ah kenapa bisa di sini? Tempat apa ini?" gumam Rafa.

"Rafael." panggil suara yang tak asing.

Berbalik badan dan menemukan sosok lelaki dengan badan tegap yang tak asing.

"Jeno?" lirihnya hampir tak terdengar.

"Ngapain ke sini? Bukannya tunggu aku." menguar aroma musk yang ia hapal mati luar kepala merknya. Jeno berdiri tepat dihadapan Rafa.

"Ga tau. Tadi perasaan lagi nonton tv di apart, tapi kok sekarang malah di sini." adu Rafa dengan raut bingungnya.

"Apart? Kan kita lagi liburan di villa ayahku, Raf. Aku cuma pergi beli cemilan sebentar eh tau-tau kamu ga ada di sana." Jeno menunjuk rumah berdinding kayu dan perapian yang mengeluarkan asap.

"Hah?" oke, Rafa makin bingung.

"Kok ga pakai coat? Ini dingin, Raf." ingat Jeno.

Tersadar dengan keadaannya yang hanya memakai kaos putih tipis, celana pendek rumahan selutut dan tanpa alas kaki, seakan memanggil memori untuk mengingat pakaian inilah yang ia gunakan saat layang ingatan memanggil kejadian ia menonton tv di apartemen.

Jeno melepas mantel cokelat dan menyisakan baju lengan panjang serta sarung tangan.

"Pakai." ucap Jeno dengan nada paksaan walau dengan sorot mata melembut.

Diam. Rafa sedang memikiran bagaimana ia bisa sampai di sini. Tidak mungkin ia mempunyai kemampuan teleportasi atau adanya pintu kemana saja milik robot berwujud musang -emm maksudnya kucing- disalah satu sudut apartemennya.

Jeno memajukan badannya agar dapat menggapai Rafa. Jarak yang terkikis, deru nafas hangat yang beraroma lemon memberikan efek kejut pada Rafa.

Badan Rafa terlonjak kaget dengan mata besarnya membola saat sarung tangan Jeno menyentuh lehernya.

Kekehan ringan menyapa indera pendengaran Rafa, membangkitkan bulu roma yang ia miliki.

Tersihir kala jarak kian terpangkas dan tanpa sadar ia mendongakkan kepala guna melihat pemuda yang tidur sekamar dengan dirinya. Waktu seakan melambat. Mempermainkan tiap sekon lebih lama dari biasanya.

Mantel dengan imitasi bulu beruang sudah terpakai sempurna di badan Rafa yang setinggi dagu Jeno, namun jarak wajah kedua anak adam itu tak urung melebar, justru semakin menipis.

Pilihan Hati ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang