Bunga Lily yang Terlambat

58 8 0
                                    

Namaku Krina, seorang mahasiswa baru teknik. Jika kulihat dari segi karakter ada beberapa didiriku yang cocok sebagai mahasiswa teknik dan ada pula yang tak cocok. Banyak yang mengatakan aku berubah semenjak masuk teknik. Aku menganggap diriku adalah perpaduan si dominan dan si pendiam atau lazim dikenal dengan ambivert. Tapi banyak orang menilaiku adalah sosok introvert. Memang aku tak banyak bicara diluar sana. Kau hanya membutuhkan kejelian untuk menyelami diriku.

Tetes terakhir hujan pada hari ini merupakan penanda bahwa aku jatuh cinta. Biar kuberitahu aku telah melanggarnya. Aku payah karena terjebak lagi disituasi yang sama.

Kelulusan SMA merupakan puncak kesedihan didiriku karena aku tak dapat masuk ke universitas yang kuinginkan dan pada saat itu pula hatiku digores luka oleh seorang pria yang aku cintai selama 3 tahun. Tapi sekarang kesedihan itu berubah menjadi sebuah warna yang indah dalam hidupku. Aku telah berjanji dan menuliskannya di dalam kotak kecil yang kusimpan di hati bahwa aku tidak akan jatuh cinta lagi pada seorang pria yang merupakan teman kelasku.

Tiga tahun lalu adalah masa yang paling indah bagiku. Aku tahu sebenarnya aku tak yakin mencintai Defor. Hal yang sangat sepele membuatku menyukainya. Sampai sekarang aku selalu tersenyum ketika mengingat alasan aku menyukainya. Tidak perlu melihat sosoknya aku langsung tertarik. Mungkin dapat dikatakan aku mudah untuk jatuh cinta. Tapi bukan itu, Defor mengingatkan akan cinta pertamaku. Namanya yang sama membuat diriku tertarik. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah aku tidak mencintai Defor. Defor merupakan bias bayangan cinta pertamaku. Hatiku kosong selama 2 tahun yang merupakan jarak pertemuanku antara cinta pertama dan Defor.

Cinta pertama sama dengan cinta monyet, kurasa memang begitu. Dan kurasa Deforlah cinta pertamaku yang sebenarnya. Alasanku yang mengatakan bahwa aku menyukai Defor karena namanya sama dengan cinta pertama adalah tameng saja. Dan memang baru kusadari setelah satu tahun kami bersama. Rasanya berbeda, rasanya luar biasa ketika jatuh cinta. Ini benar-benar yang pertama kalinya.

Defor adalah teman sekelasku di SMA kami bersama-sama selama 3 tahun. Entahlah kenapa kami selalu bersama di kelas selama 3 tahun. Bukan keanehannya yang membuatku bingung, tapi karena kami berada diruangan yang sama membuatku tidak bisa berpikir jernih setiap ia ada. Baiklah aku akui bahwa Defor adalah sosok yang dikagumi banyak wanita. Pemain basket, drummer, gitaris, dan pintar yang semua wanita diluar sana tahu bahwa itulah tipe ideal sesosok pria. Tapi tidak bagiku, jujur saja kesan pertamaku dengan dia begitu buruk. Aku menilai dia sebagai sosok pria yang angkuh dan memandang rendah diriku. Segalanya yang ada didirinya terlihat seperti debu dimataku karena karakternya tersebut. Rasa tertarikku karena namanya lenyap seketika ketika aku tahu karakternya.

Hampir semua pelajaran terdapat kelompok dan 3 diantaranya aku bersama Defor. Kami tak pernah berbicara sebelumnya karena memang aku tak berbicara jika kurasa tidak perlu.

"Krina, gue sekelompok sama lo ya fisika?" Defor menghampiri mejaku.

"Kayaknya" Jawabku datar meskipun kaget dia mengajakku berbicara.

"Mau ngerjain dimana Na?" Defor bertanya lagi dengan nada yang pelan.

"Disana aja Def" aku menunjuk meja paling belakang di sisi sebelah kanan.

Saat kerja kelompok aku benar-benar tak bisa fokus. Kenapa aku merasa senang ketika ia bertanya padahal aku membencinya. Dan dari situlah aku tak merasakan keangkuhan yang aku lihat biasanya. Hatiku terus melawan sugesti diriku tentang dirinya.

Dua bulan pertama menjadi siswi SMA di sekolahku mengadakan acara menginap di suatu villa kawasan Jawa Tengah. Disana terdapat air terjun di dekat villa kami menginap. Aku tak suka berfoto saat itu, ketika di air terjun aku mendengar suara teriakan seorang pria dari kejauhan.

SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang