"Udah siap?"
"Udah"
"Naik gih"
"..."
"Rene"
"Hm?"
"Naik ayo"
"..."
"Kok diem?"
"Gue ga ngerti"
"Apanya?"
"Ya sama anda, serius mau ngajakin gue jalan pake sepeda?"
"Serius"
"Heh!"
"Ya gapapa kan, sepeda itu ramah lingkungan rene"
"Bilang aja kalo situ mau hemat"
"Hehe iya rene, dompet gue emang lagi menipis. Tiket balik kemari yang kemaren mahal loh rene"
"..."
"Mau naik atau jalan kaki aja?"
"Masa iya, lo ngajak gue kencan dengan jalan kaki?"
"Yaudah kalo gamau, naik aja udah. Se-simple itu tapi lo mikirnya terlalu lama"
"Seulgi ih, kok naik sepeda?"
"Emang kenapa?"
"..."
"Malu?"
"Ih gak, ngapain malu?"
"Yaudah naik"
"..."
"Rene ayolah"
"Iya deh iya, ini gue naik nih"
"Nah gitu dong, pegangan ya.. Eh gak deh, peluk peluk. Peluk gue"
"Ga, gue megang baju aja, lagi malas meluk orang"
"Kalo jatoh gue gak tanggung jawab"
"Emang bisa jatoh? Secepat apa sih sepeda ini Seul?"
"Ya secepat gue jatuh cinta sama lo dulu"
"Huh? Kita udah sama-sama dari kecil, dan lo udah cinta gue sejak saat itu?"
"Bukan rene, maksud gue itu ketika gue udah ngerti apa itu cinta, baru lah gue jatuh kedalamnya"
"Terus ngertinya sejak kapan?"
"Sejak saat itu, di suatu pagi ketika gue lagi siap-siap ke sekolah"
"Terusin"
"Di pagi itu, ketika gue lagi nungguin lo untuk berangkat bareng ke sekolah. Gue lagi duduk di teras rumah lo terus gak lama kemudian lo keluar dari rumah, rambut agak berantakan dan lo keliatan buru-buru masangin jepit di rambut lo yang tergerai itu.. Dan disitu, gue cuma bisa duduk liatin lo, lo yang lagi panik karena saat itu kita udah telat, lo terus aja minta maaf ke gue, entah berapa kali lo sebut kata itu. Gue bilang udah gapapa. Terus lo geleng-geleng dan bersikeras kalo lo bakal traktir gue kalo nantinya kita bakal dihukum. Gue.. Gue cuma bisa ngangguk rene, karna entah kenapa pada saat itu, ada yang menggelitik di perut—gak, gue gak geli tapi ada sesuatu yang lain aja pada saat itu.. Dan ketika lo tarik tangan gue untuk berdiri, dada ini berasa kayak disetrum, gue pikir mungkin lo mutan yang kekuatannya bisa menghantarkan listrik.."
"X-Men dong tapi terusin.."
"Pagi itu kita lari ke halte bus rene, berharap bahwa ada angkutan umum yang kebetulan lewat disana.. Kita lari, lo masih megang tangan gue, gue gabisa fokus ke jalan yang ada di depan, masa bodoh kalo gue bakal jatoh karna saat itu gue terlalu betah liatin lo. Kening berkerut, bibir digigit, dan mata yang bersinar.. Dan saat itu gue bertanya ke diri gue; lo kemana aja Seul? Ternyata surga sedekat ini—"
"Lebay deh Seul"
"Jatuh cinta rene, fase itu memang berlebihan"
".. Lalu?"
"Oh masih mau lanjut?"
"Iyalah, gue suka kalo lo flashback kayak gini."
"Yaudah gini lanjutannya.. Lo sedekat itu rene, pada pagi itu, ketika kita lari-larian sambil pegangan tangan, gue jatuh. Bukan jatuh ke tanah, tapi jatuh untuk seseorang, jatuh untuk lo."
"Jangan jatuh Seul, jatuh itu sakit"
"Itu resikonya rene, konsekuensi dari jatuh adalah rasa sakit. Kalo jatuh cinta maka harus siap patah hati juga."
"Pernah patah hati karna gue gak?"
"Sejauh ini, syukur gak. Karna patah hati itu urusan yang lebih serius, nyembuhinnya butuh waktu yang lama. Tapi kalo bikin gue sakit hati, lo sering."
"..."
"Lo pernah bikin gue sakit hati tapi itu wajar karna gak ada yang sempurna. Sekuat apapun manusia mencoba menjaga perasaan seseorang akan ada satu titik dimana kita bakal nyakitin, sadar atau gak sadarnya. Karna kita masih di dunia, dan hidup gak selalu bahagia, karna kebahagiaan yang mutlak hanya berada diatas sana"
"Surga?"
"Ya, tempat yang indah"
...
"Nyesel gak Seul?"
"Apanya sayang?"
"Tentang kita, adanya kita. Nyesel kah?"
"Pertanyaan macam apa itu?"
"Pertanyaan yang kebetulan lewat tapi harus lo jawab"
"Gini ya rene, kalo lo memperjuangkan sesuatu atau seseorang dan itu berlangsung cukup lama, ketika usaha lo membuahkan hasil dan lo bahagia dengan keputusan lo, keputusan untuk memperjuangkan itu, dan lo mau jaga itu semua karna itu adalah salah satu hal yang bikin lo bahagia. Dan sekarang gue tanya, lo nyesel gak?"
"Mana bisa?"
"Nah makanya, mana mungkin gue nyesel yang ada malah bersyukur rene"
"Ohya?"
"Iya, bersyukur karna bisa mendapatkan seseorang kayak lo"
"..."
"..."
"Lo masih berada di fase itu gak?"
"Jatuh cinta?"
"Iya"
"Percayalah rene, kalo sama lo gue jamin, fase itu gak akan ada habisnya."
"Beneran?"
"Fase yang tercipta karna ada nya lo, dan yakinlah diantara kita fase itu akan bertahan seumur hidup"
***
Dan dengan itu, Irene pun melingkarkan lengannya di perut Seulgi dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog; SeulRene
Historia Cortadi·a·log n [1] percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); [2] tulisan yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. -KBBI -------------------------------------------------- Kumpulan percakapan Seulgi dan Irene yang...