Act XVIII. Seulgi dan Irene

715 167 57
                                    

"Kok diem aja rene?"

"..."

"Di makan dong satenya"

"..."

"Nanti gue habisin loh"

"..."

"..."

"Seul"

"Hm?"

"Gue ga ngerti"

"Lo emang selalu gamau ngerti, ngertiin gue apalagi"

"Apasih markonah malah curhat"

"Kenapa emang, ga ngerti apa?"

"Kenapa lo se-aneh ini?"

"Anehnya dibagian mana ya mba?"

"Semuanya, mungkin otak lo terbuat dari sekumpulan sisa-sisa atom yang dulunya membentuk ketek dinosaurus"

"Atom? Kacang atom?"

"Teori atom Seul"

"Ngomong apa sih?"

"Democritus, gatau ya?"

"Ha?"

"Yaudah deh, gue gak ngerti aja kenapa lo aneh. Malem-malem ngajak gue jalan naik sepeda, beli sate dan ini bagian baiknya karna ternyata gue dikasih makan, syukurlah. Tapi datang lagi bagian yang tolol, kenapa kita harus makan sate di lapangan kompleks?"

"Sepi rene"

"Ih lo pikirannya mojok sih"

"Ga bego, apaan sih. Gue maunya gini biar kita bisa menikmati keheningan malam tanpa kemegahan ibu kota"

"Huek"

"Eh serius rene, karna keheningan kayak gini, di malam minggu susah di dapetin di kota besar"

"Tapi serem Seul, kau tengok lah sepanjang mata memandang hanya ada lapangan kosong yang gelap"

"Gak gelap-gelap amat kok rene"

"Ya itu lo, matanya ada senter. Nah gue? Gue manusia biasa Seul"

"Kok daritadi ngegas mba?"

"Ngajak kencan di tempat yang waras lah Seul, bukan gelap-gelapan gini. Kita itu pacaran dan tau gak orang ketiganya siapa?"

"Valak?"

"Nah itu tau!"

"Kenapa? Takut tergoda ya?"

"Ga!"

"Lah terus?"

"Ya karna gue punya prinsip Seul, dua orang yang saling di mabuk asmara ada baiknya jangan berada di tempat sepi berduaan doang. Perasaan yang menggebu-gebu itu bisa membutakan semuanya"

"Khawatir banget mba"

"Iya"

"Padahal disini terang loh rene"

"Serah lu"

"Iya terang, karna kamu cahayanya"

"..."

"Dan tenang aja rene, gue hormati lo. Cinta ini dilandaskan dengan ketulusan bukan nafsu. Santai aja, gue bakal jagain lo bukan merusak lo"

...

"Makan lagi rene, makan lagi"

"Udah ah kenyang"

"Diet?"

"Kenyang Seul"

"Atau masih laper tapi pura-pura kenyang. Jaim gitu kan anda"

"Lo mancing emosi daritadi ya, usus gue kecil weh."

"Ah ya bener, pantas bantet ya"

"Bantet dan jago santet"

"Ampun yang meriah"

"Yang mulia!"

"Daritadi gabisa santai sih"

"Lo nyebelin, kadang suka kelewat kurang ajar"

"Diajarin lah mba, biar gak kurang ajarannya"

"Hmm"

"Ya lo paling bisa kan ngajarin gue rene"

"..."

"Ngajarin gue untuk tetap jatuh cinta tiap hari apalagi. Itu keahlian lo"

"Iya dan lo juga paling bisa ngajarin gue bersabar. Lo pakar"

"Iya dan cinta gue gabisa ditakar"

"Apasih ga nyambung"

"Nyambung kok, berima sama kata-kata terakhir lo barusan"

"Apaan sih, gue gak lagi baca puisi"

"Iya emang gak, karna lo puisinya rene"

"Huh?"

"Alasan dari jutaan puisi tercipta. Karna rasanya setiap kata yang termaktum pada setiap baris puisi ditulis untuk lo"

"Apa maksudnya?"

"Pikiran gue selalu melayang ke lo setiap kali gue baca puisi rene."

"..."

"Atau baca sesuatu"

"..."

"Sebegitu hebatnya lo di pikiran ini rene, sampe-sampe kalo liat sesuatu gue selalu mengaitkan itu dengan lo"

"..."

"Liat cokelat dan gue mikirnya, eh Irene suka ini"

"..."

"Liat baju, ah ini baju yang dia cari-cari. Tapi pas liat price-tag nya gue langsung kabur, beneran rene harganya horor"

"Pelit"

"Lalu liat sate, kayaknya Irene bakal suka kalo gue beliin sate terus bawa dia ke lapangan deket kompleks"

"Gue ga suka"

"Ah dan ternyata Irene ga suka"

"..."

"..."

"Liat apalagi terus mikirin gue?"

"Langit, langit-langit kamar rene"

"Huh ohya?"

"Ya"

"Kenapa tuh?"

"Gue selalu memikirkan, membayangkan dan merencenakan sesuatu dengan menatap langit-langit kamar. Tiduran lalu nengok keatas, di kamar gue tempat yang paling tinggi itu ya langit-langit.. Di langit-langit kamar gue itulah segala keinginan dan mimpi-mimpi gue tergantung"

"Lantas kaitannya?"

"Yang harus lo tau rene, di langit-langit kamar itu ketika gue lagi merancang mimpi, ada lo disana"

"..."

"Lo bagian dari mimpi yang harus gue wujudkan."

***

Pada malam itu, di lapangan yang gelap, Irene pun menemukan cahayanya.

Dan Seulgi?
Kita semua tau, Irene adalah bagian dari mimpinya yang sudah terwujud.

***

https://my.w.tt/TTA5WWz3bU
(Baca ff baru saya ya)

Dialog; SeulReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang