"Kemana saja tiga hari ini? berkali-kali menghubungi nomor handphonemu tidak aktif. Aku pikir terjadi sesuatu, baru saja aku mendatangi apartemenmu sama sekali tidak nampak batang hidungmu. Hingga akhirnya aku mampir ke cafe ini, ternyata kamu masih panjang umur. Apa kamu sengaja menghindariku, tidak butuh sahabatmu lagi?" Haris hanya tersenyum menanggapi perkataan sahabat karibnya.
"Kamu mau pesan apa? Ada cappucino rasa original atau kopi khas Lampung ala tradisional," kata Haris menawari kawannya minuman hangat mengingat cuaca di luar sangat dingin.
"Up to you," sambut Median pelan. Lalu Haris memberi kode pada pelayan kafe untuk memberinya satu kopi tambahan.
"Aku sedang diantara dua suasana yaitu sedih dan bahagia," lanjut Haris.
"Hm ..., ada judul baru untuk cewek virtual itu, ya?" Median menimpali.
"Itu tidak benar. Sudah tiga hari aku menjauh dari cewek virtual itu dan aku diliputi kesedihan," ucap Haris pilu.
"Dan apa yang membuatmu bahagia sekarang?" tanya Median penasaran.
"Aku bertemu perempuan yang wajah dan namanya sama. Aku tidak tahu ini suatu kebetulan atau perasaanku saja."
"Saat kami makan sup di kafe Diamond, Aulia mengatakan bahwa ia lebih jago daripada koki yang membuatkan sup itu."
"Maksudmu ia akan membuatkan sup untukmu," sahut Median.
"Iya," jawab Haris ceria.
"Selama ini aku tidak dapat menyentuh cewek virtualku itu. Tapi baru tiga hari ini Aulia kulihat nyata di pelupuk mata. Aku gemas memandangnya, kedipan matanya begitu memukau. Ingin aku mencubit pipinya dan menarik hidungnya. Aku gugup saat Aulia berbicara sambil menatapku.
"Syukurlah, Sang pecinta cewek virtual cara berfikirnya sudah mengalami kemajuan sekarang." Median menimpali santai.
"Harusnya kamu lebih agresif dari cewek itu, baru ditatap saja sudah gerogi. Kalau kamu mengalami hal semacam itu rasanya sudah kadaluarsa. Seringnya reaksi itu muncul ketika kamu berada di masa bangku Sekolah artinya sudah telat." Sindiran Median mengena dan membuat pemuda yang wajahnya mirip orang Korea itu jengkel memukul paha sahabatnya, Pak!
"Oh sakit. Jangan kaku seperti salju," kata Median tak kuasa menahan tawa sembari menutupi pahanya takut ada serangan dadakan dari Haris.
"Jangan salah, salju juga dapat mencair sewaktu-waktu," jawab Haris tak mau kalah.
"Kamu suka Aulia?" tanya Median menyelidik.
"Sayangnya dia sudah bertunangan," balas Haris nampak kecewa.
"Rebut saja dari tunangannya dan nikah dia. Apa aku harus menunjukkan jurus berani untuk menaklukkan Aulia," Median menimpali sambil mengedipkan matanya.
"Aku bisa melakukannya sendiri. Maaf ya aku harus pulang, mempersiapkan apa-apa yang harus ku kerjakan besok," ujar Haris begitu terburu-buru.
"Wah, pekerjaan apa? Aku tahu, malam ini kamu mau memilih baju, celana dan parfum yang sesuai untuk dipakai esok,"
"Sebenarnya ada yang lebih penting dari urusan itu," sambut Haris setengah berbisik.
"Apa?" Median mendekatkan telinganya pada bibir seksi cowok ganteng itu.
"Inginku urungkan niat untuk liburan. Tapi bagaimana caranya?"
Bersambung...
Mohon berikan saran dan kritik serta komentarnya. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dikarenakan masih dalam proses belajar. Thanks with your attention. Wassalamualaikum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Cinta Cewek Virtual
FanfictionMencintai sesuatu yang semu itu terlihat aneh. Tapi itu terjadi pada Haris. Tak hanya suka tapi pemuda mapan ini juga sedang mencari pendamping hidup dan berusaha untuk mengungkap jati diri Si cewek virtual hingga membuatnya begitu penasaran. Ikuti...