Haris membawa seseorang ke kafe langganannya pada jam istirahat kerja untuk makan siang.
"Ini saja yang dapat ku beritahu. Hanya ada trik sedikit saat ada klien yang sulit diajak untuk bernegoisasi, kamu bisa mengajaknya bersantai di tempat ini," kata Haris dengan mata elangnya menatap tajam wajah berkharisma yang tak lain adalah Aulia.
"Sejauh ini aku menilai kerjamu cukup bagus. Aku yakin kamu bisa menggantikan posisiku saat pergi nanti,"ucap laki-laki menawan yang memiliki tahi lalat dekat hidungnya menjadi daya tarik Aulia untuk melirik berulang kali.
"Saya senang bekerjasama denganmu, apalagi kalau kamu membatalkan kepergianmu," pinta Aulia. Keinginannya sama persis dengan apa yang diharapkan Haris.
"Kamu ini ada-ada saja," Haris menimpali walaupun dibenaknya berkata: "Akupun begitu."
"Bagaimana tunanganmu, apa dia sudah tahu kamu bekerja di sini?" tanya Haris menyelidik.
"Sudah dua minggu ini aku belum berjumpa dengannya," jawab Aulia seakan tidak senang dengan pertanyaan yang dilontarkan pemuda berambut cokelat itu.
"Andai saja dirimu belum bertunangan, saat pertama kali kita bertemu ingin sekali aku menikahimu," kelakar Haris sengaja mengamati respon apa yang akan dijawab cewek idaman yang dinantikannya selama ini.
"Tapi Ricky sudah mendahuluinya," balas Aulia pelan.
"Jodohmu yang mengatur bukan aku, kamu atau Ricky. Tidak ada yang tahu siapa pria beruntung yang akan menjadi pendampingmu kelak kecuali Dia Rabb," ujar Haris dengan pesona senyum tak biasa.
"Ya, kamu benar. Aku juga berharap yang menjadi suamiku kelak yaitu orang yang saat ini duduk bersamaku," sambut Aulia memandang Haris dengan bulu mata lentik menghiasi bola mata indahnya sehingga menambah suasana hati pemuda itu diliputi nuansa cinta.
"Tiga minggu lagi kami akan melangsungkan pernikahan di Jepang. Dan Ricky akan menjemputku setelah kamu pulang piknik," lanjut Aulia sedih.
"Semoga kalian berbahagia," Haris menimpali tanpa reaksi seperti prajurit pemberani.
"Hanya itu saja, tidak ada kata-kata lain yang lebih bermakna," kata Aulia kesal.
"Apa maksudmu aku tidak mengerti," ucap Haris polos.
"Sudah lupakan saja!" seru Aulia geram melihat Haris kurang cekatan menangkap sinyal darinya.
"Aku harus jujur padamu, bahwa aku menyukai gadis yang mirip denganmu. Sudah tiga tahun lamanya kami memadu kasih. Aku juga sudah bertunangan tapi sayangnya dia cewek virtual," ujar Haris berkaca-kaca.
"Apa! Ha ha ha ... lucu sekali aku geli mendengarnya," kata Aulia tercengang.
"Maka dari itu aku berusaha untuk menjadi laki-laki normal. Jalan satu-satunya adalah melupakannya," ucap Haris nampak gelisah.
"Jadi, cuti liburan termasuk bagian usaha untuk mengakhiri kisah cintamu itu. Sungguh cerita cinta yang tragis. Aku turut berduka cita," kata Aulia tidak dapat menahan tawa.
"Kamu anggap apa yang terjadi padaku itu lucu,"sahut Haris jengkel dan meninggalkan Aulia sendirian di Kafe Beringin Cinta.
"Haris! Haris!" teriak Aulia. Pemuda mapan itu pergi menuju parkiran mobil tidak menghiraukan panggilan Aulia.
"Dasar orang aneh," ujar Aulia mengakhiri kalimatnya dan akibat perbuatannya melukai perasaan Haris terpaksa membayar tagihan makan siang dari pelayan Kafe.
Bersambung...
Berikan saran, kritik dan komentarnya dan mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam penulisan dan gaya bahasanya karena author masih dalam proses belajar. Thanks with your attention.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Cinta Cewek Virtual
FanfictionMencintai sesuatu yang semu itu terlihat aneh. Tapi itu terjadi pada Haris. Tak hanya suka tapi pemuda mapan ini juga sedang mencari pendamping hidup dan berusaha untuk mengungkap jati diri Si cewek virtual hingga membuatnya begitu penasaran. Ikuti...