Virgoun - Bukti
Hari demi hari terasa begitu cepat.
Hari libur dua hari ini, terasa begitu singkat.
Bahkan suara-suara binatang kecil-pun mulai terdengar di telinga orang yang mulai merasa tidurnya sudah tidak nyenyak lagi. Suara-suara ayam yang sedang mencari makan, mulai terdengar di luar rumahnya.
"Ya tuhan, aku masih mengantuk," ucapnya dalam hati dengan mata yang masih mengantuk.
Ruangan kecil yang menjadi tempat terfavoritnya, terlihat masih gelap gulita. Pintu yang selalu dikunci dikala pemiliknya ada di dalam ruang tersebut belum terdengar ada yang mengetuk untuk sekedar membangunkan sang pemilik ruangan.
Dengan sedikit gerakan sang pemilik ruangan mencoba mencari benda tipis yang selalu menemaninya.
Setelah merasa bahwa apa yang ia cari itu ada, dengan gerakan lihai ia menekan salah satu tombol yang berada di sebelah kanan benda tipisnya dan dengan sekejap ia merasakan terang yang menyorot ke arah depan muka karena cahayanya.
Meski terlihat seperti enggan untuk membuka mata. Tetapi pada akhirnya tetap ia memaksakan untuk membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah jam 04:30.
"Masih pagi," ucapnya lagi dalam hati.
Dengan gerakan gusar ia menarik selimutnya yang berada di pinggangnya lebih tinggi untuk menyelimuti seluruh badannya.
Dan waktu-pun tak terasa, di mana ia mulai merasa akan kembali ke alam mimpi jika saja suara ketukan pada pintunya di luar sana tidak terdengar.
"Ka bangun udah pagi. Kamu gak akan kerja?"
"Hm," suara gumaman malas terdengar menggema di seluruh ruangan kecil tersebut.
"Udah jam lima ka. Bangun," suara tenang tadi pun mulai terdengar kembali.
"Aish. Iya Bu aku bangun. Aku bangun," ia hanya berguling ke kanan dan ke kiri. Sekali lagi ia melihat benda tipisnya yang memperlihatkan jam besar pada layarnya tersebut.
"Jam lima apanya. Kurang lima belas menit lagi," gumamnya.
Dengan berat ia mulai mencoba mendudukan tubuhnya, "Aish. Deminya aku masih ngantuk," rengeknya dengan kedua tangan yang mengacak-acak rambutnya terdengar oleh dirinya sendiri.
"Ka...." Belum selesai terucap suara yang di luar kamarnya, ia sudah menjawab, "Iya Bu. Avril bangun. Ini udah bangun ko."
Ia benar. Namaku Avrilia Anathasya Prasetyo, umurku 19th.
Dan memang benar jika aku baru lulus SMA tahun kemarin, jika kalian menanyakan mengapa aku tidak melanjutkan sekolahku ke jenjang yang lebih tinggi aku hanya akan tersenyum.
Itu akan lebih baik jika aku harus menjawab.
Sedikit menyesal? Mungkin nanti, tetapi untuk saat ini aku belum menyesalinya.
Yah aku tau jika kita diam itu bukan menyelesaikan masalah tetapi hanya meredam masalah yang sewaktu-waktu akan muncul seperti bom yang mulai tak kuat untuk tidak meledak.
Keluarga-ku sederhana.
Amat sederhana.
Kita bisa dibilang keluarga yang berkecukupan? mungkin.
Dan aku sekarang memiliki 3 adik. Kedua adikku masih sangat kecil.
Itu sudah cukup jelas untuk menjawabnya bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen FictionIni cerita Avril. Anak pertama dari keluarga sederhananya Prasetyo. Menyukai cowo yang lebih muda 1 tahun darinya, yang masih berstatus pelajar dan bersekolah di sekolah yang sama dengan adiknya. Ini bukan cerita yang akan dapat langsung menemukan...