Virgoun - Bukti
***
Tidak akan ada hal yang pernah kita duga sebelumnya.
Sama halnya aku yang bertemu dengan-mu.
~~~
"Hati - hati ya ka."
"Iya Yah. Makasih," Avril memberikan helm kepada Fauzan.
"Kakak berangkat," sahut Avril sambil mencium punggung tangan sang Ayah.
"Semangat kerjanya ka."
"Pasti yah." Senyum manis Avril perlihatkan.
Saat ini Avril sudah berada di depan gedung sekolah sang adik.
Sebelum benar-benar sampai, Avril mengharuskan diri untuk menyebrang terlebih dahulu.
Setelahnya ia menyebrang, baru merasakan bingung.
"Apa yang harus aku lakukan?" pikirnya.
Dengan langkah ragu ia mulai melangkah menuju gerbang sekolah bermaksud menuju pos satpam yang berada di dalam sekolah.
Belum sempat Avril melangkahkan kakinya benar-benar masuk ke dalam gerbang, ia melihat cowo yang bercelana abu-abu itu tersenyum ke arahnya.
"Ada yang bisa dibantu ka?" tanya salah satu dari penjaga gerbang. Dia berperawakan tinggi berisi dengan kaca mata yang bertender di hidung mancungnya.
Satu gerbang sekolah di jaga oleh 4 murid siswa di sekolah ini, mungkin ini piket anak osis.
Avril melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 06:45.
"Mending masuk dulu ka. Kasian yang pada mau masuk."
Avril menolehkan diri ke belakang bermaksud mengikuti arah pandang cowo yang bersuara tadi. Dan memang benar ia menghalangi jalan masuk untuk murid-murid yang lain karena gerbang hanya di buka seperempatnya saja oleh mereka.
"Oke, mungkin saat ini aku menghalangi jalan untuk masuk," ucapnya dalam hati.
Di saat Avril meluruskan padangannya kembali ke arah sumber suara, ia melihat tak jauh dari sana cowo dengan tinggi di atas rata-rata untuk siswa SMA mungkin sekita 175cm? tidak. ini lebih.
Tubuh yang proposional. Kulit yang putih dengan alis yang tebal, hidung yang mancung.
Jelas ini ada sedikitnya keturunan laur bukan?
Tidak mungkin jika lokal begini bukan?
Ya tuhan dia tampan.
Dengan mata yang tidak mau berkedip Avril dengan perlahan mulai melangkahkan kakinya kembali semakin dekat dengan gerbang bermaksud untuk masuk. Dan bahkan saat ini ia merasakan bahwa langkahnya sangatlah ringan.
"Ia melihat ku. Ya tuhan ia melihatku."
Cowo yang berkulit putih tersebut menatap Avril dengan sudut bibir yang tergerak sekejap "Ia tersenyum? ya tuhan," jerit Avril girang dalam hati."Ada yang bisa saya bantu ka?" ucap cowo yang berkaca mata tadi bersuara kembali.
Dan Avril baru sadar jika ia sudah sangat dekat dengan keempat cowo tersebut. Sungguh untuk ukuran yang sudah lulus tahun kemarin Avril terlihat seperti anak SMP yang ingin bertamu di sini. Sangat jauh tingginya dari mereka.
Mereka sangat tinggi terutama cowo berkulit putih yang tak mau melepaskan tatapan matanya pada Avril. Menyenangkan sekaligus tak nyaman.
"Saya mau mengantarkan HP adik saya yang ketinggalan." Avril sekilas melirik ke arah cowo berkulit putih dengan sudut ekor matanya. Dan benar apa yang ia rasakan, cowo itu terus menatapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Fiksi RemajaIni cerita Avril. Anak pertama dari keluarga sederhananya Prasetyo. Menyukai cowo yang lebih muda 1 tahun darinya, yang masih berstatus pelajar dan bersekolah di sekolah yang sama dengan adiknya. Ini bukan cerita yang akan dapat langsung menemukan...