03

14 9 1
                                    


Virgoun - Bukti




~

~~

Tidak terasa satu minggu telah berlalu di mana hari sabtu ini Avril benar-benar pulang.

“Pagi semua.”

“Pagi sayang. Wah anak kebanggaan Ayah udah bagun, duduk ka." Fauzan menunjuk kursi yang ada di pinggir sebelah kirinya.

“Tumben ka,” sang Ibu-Ana tersenyum padanya, yang Avril lihat Ana sedang menyuapi ubung.

“Iya nih Bu, kakak gak bisa tidur lagi.” Memang benar, setelah di pagi buta ia lari pagi bersama Fauzan. Avril langsung masuk kembali ke dalam kamarnya, hanya saja ia tidak bisa tidur kembali seperti hari-hari libur biasanya yang ia selalu habiskan dengan tidur dan bermalas-malasan.

“Adek mana bu?”

“Paling masih tidur.”

“Dih. Mentang-mentang gak lagi sekolah." Avril terkekeh.

Setelahnya Avril hanya meminum susu coklat kesukaannya lalu ia berkata “Bu. Yah. Kakak ke kamar lagi ya,” ia beranjak dari duduknya.

“Loh gak jadi ka, sarapannya?” tanya Fauzan.

Avril menunjukan gelas yang ada di tangannya sambil tersenyum. “Ini.”

“Tiap pulang ke rumah, Ibu jadi sering liat kakak gak makan loh ka. Kamu kurusan. Gak enak lagi ya makanan Ibu? Atau kakak udah nemu makanan yang lebih enak dari masakan yang biasa Ibu bikin?”

“Ih gak gitu Bu. Mungkin gara-gara kakak jarang makan atau makannya dikit mungkin. Ah gak tau Bu, kakak kalo laper pasti makan ko gak pernah ditahan-tahan.”

“Gak baik loh ka makan gak tepat waktu. Setidaknya kamu harus boros dikit demi kesehatan sama kesenangan kamu jangan terlalu dibawa beban soal keluarga. Masih ada Ayah,” sahut Fauzan.

Jika boleh jujur Ayah yang Avril kenal itu sudah 70% hilang dari dirinya, jika dulu Avril selalu menunjukan deretan gigi putihnya jika ia membahas soal ayah.

Sekarang ia hanya bisa tersenyum tipis melihat kenyataannya, jujur Avril tidak pernah menyalahkan. Tetapi jika Avril boleh untuk menyalahkannya mungkin ia bisa menyalahkannya.

Bukan propesi yang Avril lihat. Avril hanya akan selalu melihat dan bangga pada sang Ayah yang menghasilkan uang yang halal dan cukup, dengan rajin dan penuh semangat saat mencarinya. Hanya itu.

Tetapi titik masalah yang Avril hadapi setelah ia terjun ke dalam dunia yang lebih dewasa di mana ia mengharuskan diri bekerja karena sang Ayah yang hanya mempunyai uang lumayan dengan waktu  yang lumayan juga. Dua kali dalam 1 tahun. Atau dua hari sekali yang akan habis hanya untuk makan sehari-hari saja.

Pernah sekali Avril debat dengan sang Ayah soal masalah keuangan karena posisi Avril sekarang sama seperti tulang punggung keluarga.

Yah. Jujur Avril udah cape kalo kaya gini terus Yah. Maafin Avril kalo Avril durhaka sama Ayah. Tapi jujur Yah.”

Avril masih ingat jelas disaat itu ia tidak bisa menahan tangis dan sesak di dalam hatinya lagi.

Jujur. Ayah yang Avril selalu banggakan tidak akan memandang orang lain Yah. Sekarang Ayah gimana? Liat Adik dari Ibunya Ayah yang kerjanya gak cape tapi uang nyamperin terus? Yah. Semua rejeki udah di atur sama yang di atas. Gak perlu liat orang apalagi pengen kaya orang tersebut yang belum tentu benar. Ayah jangan gampang panas, plis Avril mohon.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang