Zhean dan Carlotta masih berada di dermaga sore ini. Cahaya matahari sudah hampir sepenuhnya tenggelam.
Beberapa saat kemudian sudah ada setumpuk batu di dermaga. Zhean telah berganti pakaian dan tiduran berbantalkan tas sekolahnya. Carlotta memilih batu yang dianggapnga bagus. Ia masukan ke dalam tasnya. Sisanya ia lemparkan kembali ke laut. Satu per satu.
"Kamu nggak dicari sama ibu kamu, Carl?" Zhean bertanya dengan posisi yang masih tiduran dan memejamkan mata.
"Aku udah besar, Zhe, ibu aku nggak mungkin nyariin."
"Tapi ibu kamu pasti khawatir anak gadisnya belum pulang."
"Bodo." jawabnya singkat.
"Kamu nggak mau pulang?" Zhean membuka matanya. Ia melihat wajah gadis itu tertunduk.
"Aku juga selalu nggak mau pulang. Tapi akhirnya pulang juga," kata Zhean lagi.
Carlotta masih tetap menunduk. Ia duduk di salah satu tonggak dermaga. "Aku nggak mau pulang," desahnya lirih.
Zheab nyaris tak mendengarnya. Matahari doyong kebarat. Cahayanya membias di permukaan laut. Cemerlang. Zhean bangkit, memakai ranselnya. "Aku mau pulang, Carl. Kamu juga harus pulang. Jangan lama-lama disini."
Carlotta menggeleng tanpa mengangkat wajahnya. Zhean duduk disebelahnya.
"Kenapa? Ada masalah dirumah?" tanya Zhean menatap Carlotta yang masih tak bergeming. Carlotta lagi-lagi menggeleng.
"Kalau begitu aku pulang duluan ya. Aku laper. Pengen makan masakan Lucy." Carlotta bergeming. Zhean melangkah.
Carlotta mengangkat wajahnga, memandang Zhean. Seperti ada sesuatu yang tertahan di dalam dadanya.
"Aku pulang dulu. Cepet pulang. Jangan lama-lama disini."
Carlotta memandang punggung Zhean yang semakin mengecil dati penglihatannya. Matanya berkaca-kaca. Carlotta mengedipkan matanya. Air mata itu jatuh di pipinya yang mulus.
"Untuk apa pulang ke rumah kalau dirumah nggak ada yang menginginkan aku ada, Zhean?" ucapnya sambil menundukan kepala. Ia melihat kakinya yang menggantung nyaris menempel air laut.
Carlotta menarik napasnya panjang kemudian menghembuskannya cepat. Dengan cepat Carlotta menghapus air mata di pipinya. "Gue nggak cengeng. Lo kuat Carlotta. Tunjukan ke dunia kalo lo kuat."
Carlotta bangkit dari posisinya. Ia mengambil sepatunya dan menendengnya. Tak lupa dengan tansel putihnya yang disampirkan di pundak kanannya.
Sesampainya di tepi pantai, Carlotta memakai sepatunya dan menaiki sepedanya. Dengan pelan ia mengayuh sepedanya menuju rumah. Jarak dari rumahnya sekitar enam kilometer. Mungkin habis isya ia baru sampai rumah.
-.-.-
Belakangan ini, Zhean suka sekali meluncurkan kata-kata yang membuat gadis itu mati kutu. Sebenarnya apa yang salah? Atau, apa yang sedang terjadi? Kenapa juga dia harus memusingkan omongan Zhean? Bisa saja cowok itu hanya bercanda. Kalau benar cowok itu hanya bercanda, mengapa jantungnya selalu berdebar-debar kencang setiap Zhean mengucapkan kalimat-kalimat aneh.
"Menurut ayah, apa aku bisa membuat gadis ini mencintaiku?"
Suara itu menggema di kepala Carlotta. Tanpa disadari, dia tersenyum kecil.
"Menurutmu, apa aku bisa menyukaimu, Zhean Riga Oliverion?" gumannya pelan. Dia mengangkat tangan kirinya. Memperhatikan sebuah gelang kulit bertulisan 'Z&C'. Gelang yang sama dengan Zhean. Bibirnya membentuk sebuah simpul. Kenapa cowok itu selalu membuatnya merasa istimewa?
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Menampakan sosok wanita setengah baya. "Kamu senyum-senyum sendiri kayak orang gila aja. Cepet makan. Jangan cari penyakit!"
Carlotta memutar bola matanya malas kemudian menghembuskan napasnya keras. "Iya, iya. Nanti aku makan! Udah sana ibu duluan aja."
Sebagai anak broken home, kamarlah yang menjadi dunia Carlotta. Dia bebas disana. Ketika dia keluar dari kamarnya, wajah ceria dan ramahnya hilang. Berganti dengan wajah datar tanpa ekspresi. Namun begitu ia menjekkan kakinya di luar pagar rumah, wajah ramah dan ceria itu kembali hadir. Semua itu hanya karena ibunya. Ibunya yang selalu acuh padanya, mengekangnya, mengatur hidupnya tanpa memikirkan perasaannya. Dan Carlotta benci itu.
-.-.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Boom In Heart
Teen FictionYakinlah bahwa kehidupan yang kalian kejar cukup bergarga untuk diperjuangkan hingga ajal menjemput. Yuk mampir sebentar ke ceritaku. Happy reading 😉😉😉