7. Ada apa?

8 3 0
                                    


"Nungguin kamu itu nggak ada abisnya. Sama kayak kamu nungguin dia. Coba aja hati bisa milih. Dari
dulu aku ingin memilih yang bukan kamu, yang mencintai aku seperti aku mencintai kamu."

(Hati, Hampa, dan Hancur)
• • •

Carlotta bosan setengah mati. Bisa-bisa dia terjun payung dari lantai lima. Tapi yang sekarang ia lakuin cuma duduk di kelas dengan tangan terlipat dan pipi tertempel di mejanya yang dingin. Matanya menatap ke arah anak-anak lain yang sibuk belajar sendiri-sendiri. Cukup mudah dimaklumi pemandangan seperti ini karena ulangan harian fisika beberapa jam lagi.

"Carl, aku ada rapat, nih," sahut Rea di sebelahnya dengan pandangan mata bersalah, "Abis ini aku bareng sama kamu, deh."

Tetep saja iming-imingan ditemani Rea setelah rapat OSIS-nya berakhir tidak membuat bibir Carlotta melengkung ke atas. Malah, semakin tertekuk ke bawah dengan wajah nelangsa.

"Carl, lebay banget, dah. Kayak baru ditinggal seminggu aja," kali ini Rea meledek sambil menjitak kepala Carlotta.

Carlotta sih, cuma bisa meringis, namanya juga lagi miris.

Setelah Rea pergi meninggalkannya, biasanya Zhean bakal datang menghampirinya untuk mengacam atau apapun itu sampai Carlotta muak. Tapi ternyata Zhean nggak dateng ke sini. Dia hanya menatap Carlotta dengan manis sebelum keluar dari kelas, mengikuti jejak Rea. Carlotta nggak tau, sih, Zhean bakal pergi kemana. Kalo nggak ke masjid buat salat dzuhur, paling ke kantin bareng Alden.

Nyatanya Carlotta salah besar ketika tak lama kemudian, Alden berada di ambang pintu dengan raut wajah mencari. Matanya jelalatan ke seluruh penjuru kelas tanpa menyadari bahwa nyaris seluruh populasi
cewek di kelas Carlotta menatap Alden dengan terkagum-kagum. Nggak mengejutkan, kok, mengingat Alden
memang ganteng dengan mata cokelat dan wajahnya yang kalem, baik, soleh, dan cerdas itu.

"Mia, liat Carlotta, nggak?" tanya Alden pada salah satu teman sekelas Carlotta yang kebetulan duduk dekat pintu
kelas.

Eh, mampus. Ini cowok nyariin gue? batin Carlotta.

"Tuh, yang di pojok, sendirian kayak jones," celetuk Mia sambil menunjuk Carlotta.

Rasanya Carlotta ingin menenggelamkan diri ketika semua mata kini tertuju padanya dengan penasaran.
Apalagi Alden udah berjalan mantap ke arahnya sambil tersenyum simpul. Pokoknya, semua yang ada di
wajah Alden itu nggak bisa Carlotta baca! Bahkan Carlotta sendiri keki kenapa Alden mencari dia. Jangan-jangan ....

"Carl, pulpen bokap gue ketinggalan di kafe kemarin, nih. Lo simpenin, nggak?" tanya Alden langsung.Kemaren Carlotta meminta Alden untuk mengajarinya fisika untuk ulangan harian hari ini karena kebetulan Alden adalah salah satu sahabat Zhean.

Edan, ini mah aku yang ge-er duluan! lagi-lagi, Carlotta membatin.

Tanpa Carlotta tahu, Alden udah keringat dingin saking gugupnya berada sedekat ini dengan perempuan yang
dikaguminya. Semuanya seperti mimpi ketika Carlotta 'melihatnya' sebagai seseorang. Bukan lagi teman dari sahabatnya yang tidak akan Carlotta kenal karena itu bukan hal yang penting-penting amat.
"O-oh, pulpen," sahut Carlotta gagu sendiri.

Tangannya mengambil tempat pensilnya yang tergeletak di sudut meja dan mulai mencari pulpen Alden yang ia simpan. Pulpen itu tertinggal di kafe tadi sore dan Carlotta terpaksa menyimpannya, jaga-jaga Alden
meminta.

Carlotta pun menyodorkan pulpen itu ke arah Alden, "Nih."

Ada jeda beberapa detik. Mereka cuma saling ngeliat satu sama lain dengan tatapan bingung. Carlotta yang bingung kenapa Alden masih di sini. Dan Alden yang bingung harus berbuat apa sehingga bisa lebih lama
bersama Carlotta.

Boom In HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang