"Langsung cabut, kamu?" tanya Rea teman sebangku Carlotta yang super perhatian kayak biasanya.
"Mau ke kelas temen dulu, kamu duluan aja," sahut Carlotta tanpa menoleh ke arah Rea. Tangannya masih sibuk memasukkan novel ke dalam tasnya.
"Hah, kamu punya temen selain aku?" tanya Rea kaget sendiri.
Carlotta menghajarnya dengan novel yang masih ia pegang. Rea kalo ngomong emang suka bener. Tapi, Carlotta 'kan ada teman lain yang super setia dan sangat disayangkan, Carlotta suka banget sama dia. Kalau dipikir-pikir, temen deket Carlotta itu dikit banget. Hampir nihil! Sampe sekarang aja, Carlotta masih mikir-mikir apakah Rea temen deketnya atau mereka deket karena sebangku aja. Gimana kalo mereka nggak sebangku?
Mungkin Carlotta deket sama temen sebangku yang lain, bukannya Rea.
"Udah ah, berisik banget kamu kayak kaleng rombeng," sahut Carlotta seraya berdiri dan meninggalkan kelas, sementara Rea di belakang terkekeh geli melihat tingah teman sebangkunya.
Carlotta paling nggak suka jalan di koridor sekolah yang rame khas pulang sekolah. Banyak orang yang hilir
mudik sana-sini. Ada juga cewek-cewek menyebalkan super berisik yang kebelet eksis, sering teriak-
teriak cari perhatian, membuat semua orang melihat mereka dengan tatapan risih. Ada juga segerombol
cowok duduk di tepi lapangan, main basket atau sekedar ngobrol aja ngabisin waktu.Mungkin itu hanya pandangan Carlotta aja, mengingat dia introvert. Mungkin mereka baik, namun Carlotta belum
mengenal. Sama seperti kasus Zhean. Dulu, Carlotta mengira cowok itu menyeramkan karena sering mendadak
terdiam sambil melihatnga. Tanpa Iris tahu, dulu Zhean melakukan itu karena dia tidak tahu apa yang harus
ia lakukan di depan Carlotta.Nyatanya, Zhean sangat baik sampai-sampai Iris pengen meluk. Eh.
Ketika Carlotta sampai di Lab.Fisika, ruangannya masih sepi. Bukan, bukan karena semua orang udah pulang. Tapi lagi-lagi guru ngambil jam pulang untuk murid-murid cerdas! Kebangetan rajinnya emang itu guru.
"Tugas yang tadi Ibu kasih harus selesai minggu depan, ditulis tangan dan kalau ada satu kesalahan saja, Ibu
nggak terima," sahut Bu Mitha yang terkenal galak banget itu, sebelas dua belas sama guru Fisika, Mr. Jhon.Semua anak di ruangan langsung ngeluh, membuat Bu Mitha melotot, dan keluhan itu surut seketika. Duh, untung Carlotta nggak diajar kayak gitu sama guru ini. Bisa mati berdiri Carlotta kalo diajarin dia!
Semua anak pun bersiap-siap pulang dan Carlotta menunggu Zhean di samping pintu. Begitu anak-anak keluar, Carlotta melihat satu persatu. Kok, Zhean nggak keluar-keluar, ya? Padahal Zhean ada di dalam lab.
Eh, yang keluar malah Alden.
"Hai, Carl!" sapa Alden sambil nyengir, "Kok, nggak pulang?""Lagi nungguin Zhean," jawab Carlotta singkat.
Alden pengen bilang, kenapa nggak nungguin aku aja? Tapi dia malah tersenyum dan bilang kalo besok Carlotta pengen belajar lagi, Alden pasti nemenin.
Carlotta setengah denger setengah nggak, jadi Alden dengan berat hati pulang, bertanya seorang diri apakah tadi siang ketika mereka salat bareng nggak ada artinya
bagi Carlotta. Dan tanpa Alden jawab pun, semesta tahu kalo di mata Carlotta, Alden itu nggak sebanding dengan Zhean.Dan Alden akan ngelakuin apapun supaya Carlotta melihatnya lebih dari sekedar temen dari sahabatnya.
Semua orang udah keluar kelas termasuk Bu Mitha, kecuali Zhean. Carlotta pun perlahan masuk dan berdiri di
dekat cowok berambut lurus itu. Zhean sebenarnya sudah siap berdiri dari mejanya, tapi dia malah termenung menatap papan tulis. Kayaknya Zhean udah tau, deh, kalo Carlotta mau ketemu sama dia."Zhe," sahut Carlotta pelan dengan kedua tangan saling bermain, entah kenapa Carlotta gugup sendiri. Wajah Zhean
itu selalu nyeremin kalo diam."Aku kira kamu nyari Alden," ketus Zhean tanpa tanggung-tanggung.
Carlotta lebih kaget denger suara ketus Zhean dibanding petir, "Hah? Maksud kamu apa?"
"Kamu yang apa," kata Zhean seraya berdiri, napasnya tidak beraturan, "aku tanya alasan kamu apa, kamu bilang nanti-nanti, dan akhirnya aku denger dari orang lain."
"Zhean, kamu denger apaan, sih?" tanya Carlotta sambil menaikkan satu alisnya.
"Nggak penting," sahut Zhean sambil mengibaskan tangannya.
"Sekarang ... sekarang aku cuma pengen kamu pergi dari aku. Ngeliat kamu di sini bikin aku muak."
"ZHEAN!"
Zhean pergi begitu saja tanpa peduli panggilan Carlotta. Sepertinya Carlotta salah tentang cowok bersepatu cokelat
tua itu. Sangat salah. Carlotta mengira Zhean nggak bakal berubah kayak Lucy. Carlotta masih punya sandaran, yaitu Zhean. Tapi nyatanya, semua orang bisa pergi tanpa Carlotta mendapat tanda, dan itu membuat Carlotta seperti dikhianati.Baru saja Carlotta hendak mengejar Zhean, ponselnya bergetar. Carlotta mendengus keras dan melihat layar
ponselnya.Nama Bu Aveny, guru BK Carlotta, membuatnya semakin merasa jengkel.
Carlotta lupa kalo dia dicariin sama guru BK yang super galak itu.
o0o
Zhean sedang mengerjakan tugas fisika yang menurutnya sangat sulit. Berkali-kali ia mencoba tapi tetap saja gagal.
Zhean mencoba menyambungkan kabel satu dengan lainnya. Sial, ia lupa kalau listriknya masih mengalir membuat tangannya merasakan setruman kecil.
Saat Zhean membasuh tangannya dengan air, tiba tiba sebuah tangan menyelesaikan pekerjaannya. "Harusnya yang ini jangan ikut disambungin," ucap seseorang yang menyelesaikan tugas Zhean.
"Kamu bisa pergi sekarang," ucap Zhean lagi. Carlotta menelan salivanya, lalu berbalik
menghadap Zhean.Matanya menatap cowok itu penuh kesal. Entah kenapa, tapi sekarang, Zhean seperti
seseorang yang tidak terjangkau. Membuatnya takut dan kesal karena kenapa ia bisa
menyukai Zhean. Kenapa tidak Edvan yang lucu, Alden yang cuek tapi baik, Varo yang selalu suka menolong, Dafa yang menyukainya, atau Irvan yang rajin menabung dan suka memberi? Kenapa harus Zhean? Seperti tidak ada cowok lain di
kelasnya yang bisa dia suka."Sekarang, aku jadi takut karena kamu misterius banget," sahut
Carlotta cepat dan menurunkan pandangannya tepat di dada Zhean.Tinggi Carlotta memang hanya sebatas dada Zhean. Dan membuat gadis itu harus rela
mendongak untuk menatapnya."Kenapa kamu kayak Chanyeol, sih?" gumam Carlotta sangat pelan.
Zhean mengerutkan alisnya tidak mengerti. "Siapa Chanyeol?"
Carlotta yang seolah sadar bahwa Zhean mendengar ucapannya itu mendadak tergagap.
Namun tak urung juga membalasnya. "O-oh itu ... Personil EXO. Keren banget, tahu Zhe."
"Oh gue baru sadar kalau lagi bicara sama anak kpop," balas Zhean gamblang lalu
melepaskan tangannya yang sedari tadi memegang tangan gadis itu."Btw, Zhe, kamu kenapa sih?"
"Apa?" tanya Zhean cuek.
"Enggak apa-apa. Aku mau ketemu Bu Aveny."
TBC...
![](https://img.wattpad.com/cover/174460277-288-k514368.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Boom In Heart
Novela JuvenilYakinlah bahwa kehidupan yang kalian kejar cukup bergarga untuk diperjuangkan hingga ajal menjemput. Yuk mampir sebentar ke ceritaku. Happy reading 😉😉😉