"MAMPUS! Telat nih, telaaaat!"
Carlotta berulang kali berdialog dengan dirinya sendiri. Waktu menunjukkan pukul 7.29 pagi. Masih ada satu menit sebelum bel masuk dibunyikan.
Kriiiiiiiing
Suara bel masuk berhasil membuat gadis yang baru saja memarkirkan sepedanya di
samping sekolah buru-buru berjalan cepat menuju gerbang.Pak Supar sudah bersiap untuk menutup pintu gerbang utama sekolah dan hal itu berhasil membuat Carlotta mempercepat langkahnya. Ia nyaris berlari dan tidak peduli. Ia harus menyebrangi jalan raya.
Sementara itu, tanpa direncanakan, dari arah berlawanan, mobil yang dikendarai Lucy melaju dengan kecepatan tinggi karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan dan bel masuk pasti sudah dibunyikan.
Lucy menatap lurus ke depan tempat di mana sekolahnya berada sebelum tikungan
jalan."Damn it!" makinya begitu ponsel yang sedaritadi ia pegang terjatuh ke kolong. Dengan
bersusah payah ia berusaha mengambil benda itu dengan satu tangan tetapi hasilnya
selalu gagal.Kembali lagi pada Carlotta, dia masih sibuk meneriaki satpam yang mulai bergerak
menutup pintu gerbang dengan suara paniknya."PAAAK, TUNGGU BENTAR PAAAAK!" teriaknya tak berarturan. Ia berlari
menyebrangi jalan sampai dari arah kiri, sesuatu mendorong tubuhnya hingga ia merasa
terpelanting beberapa meter ke samping.BRAK!!
Carlotta memejamkan mata, merasakan sakit disekujur tubuh terutama kakinya. Ia
berteriak dan sampai bagian kanan tubuhnya menyentuh aspal lebih dulu. Semua teriakan orang-orang seperti dengungan nyamuk yang terdengar samar-samar.Carlotta membuka matanya perlahan dan melihat bagaimana sikunya berdarah, kakinya
nyeri dan kepalanya seperti berputar-putar, ia mengerjapkan mata berkali-kali karena
pandangannya mulai berkunang dan beberapa detik kemudian, semuanya berubah menjadi
gelap.Sementara Lucy sudah menahan nafasnya sejak lima detik lalu. Matanya tidak berkedip
sama sekali, bibirnya terbuka. Ia terperangah begitu menyaksikan tubuh perempuan itu
terpelanting dan terkapar di tengah jalan.Ia menelan ludah berkali-kali dan jakunnya terlihat bergerak naik turun.
"Shit!" desisnya nyaris tak terdengar. "Aku nabrak orang."
***
RUANGAN berbentuk kubus ini terasa pengap untuk Pak Yanuar. Bayangkan saja, baru masuk ruang kerja dan duduk di bangku kebesarannya sebagai Kepala Sekolah, dia langsung dihadapkan dengan masalah baru.
"Kamu ini maunya apa?" tanya Pak Yanuar. Kini, di tempat inilah Lucy duduk. Berhadapan
langsung dengan orang nomor satu di sekolahnya."Saya bingung harus menghukum kamu seperti apa,Luc. Sekarang kamu ceritakan bagaimana
kejadiannya!"Lucy tertegun. Dia bukannya tidak mau membuka mulut dan menjawab. Hanya saja, Lucy
kebingungan karena dia sendiri bahkan lupa-lupa ingat dengan kejadian beberapa puluh
menit lalu yang sempat membuat heboh satu sekolah.Kejadian sangt cepat. Sampai Kavi tidak tahu harus mulai dari mana.
Mata elang Pak Yanuar masih belum berpindah. Ia menatap Lucy seolah siswa itu adalah
sasaran empuk untuk makan siang nanti. Lalu gebrakan kecil membuat Lucy tersentak
dari bangkunya."Jawab Saya!"
"Saya juga bingung, Pak. Kejadiannya itu cepet banget." Lucy mengangkat bahu sambil
menggeleng jujur. "Sumpah dah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boom In Heart
Teen FictionYakinlah bahwa kehidupan yang kalian kejar cukup bergarga untuk diperjuangkan hingga ajal menjemput. Yuk mampir sebentar ke ceritaku. Happy reading 😉😉😉