Selepas pulang sekolah, Nara terdiam dibalik jendela kamarnya. Ia menatap ke luar menyaksikan rintikan hujan.
"Ayah, Nara rindu."
Memang sudah setahun ini Nara tidak pernah bertemu ayahnya lagi. Selain terhalang jarak, karena Fatma pun tidak mengizinkan Nara bertemu ayahnya.
Dibalik sikap Nara yang ceria, tersimpan luka yang mendalam. Ia menginginkan keluarga yang utuh seperti layaknya keluarga yang lain. Ia terlalu muak dengan pertanyaan,"Ikut ayah atau tinggal bersama Ibu?"
Jelas Nara ingin tinggal bersama keduanya. Tanpa harus memilih salah satu dari antara mereka. Tetapi mungkin sudah jalan takdirnya harus seperti ini.
Seketika lamunan Nara terpecah saat ia mendengar suara ketukan pintu,"Masuk aja pintunya gak dikunci."
"Sayang, lagi apa?" tanya wanita yang kira-kira berumur 45 tahun namun masih terlihat awet muda, dia adalah Fatma, Ibunya Nara.
"Mmm lagi duduk bu, baru pulang kerja?" tanyanya.
"Iya nih Ibu capek banget."
"Bu, Nara rindu ayah."Seketika raut wajah Fatma berubah. Terlihat jelas kekesalan dalam wajahnya.
"Buat apa kamu merindukan seseorang yang jelas sudah meninggalkan mu sejak kamu lahir."
"Tapi Bu dia juga tetap ayah Nara. Jujur saja Nara iri sama orang yang punya ayah, mereka bisa tahu gimana rasanya kasih sayang seorang ayah sedangkan Nara tidak pernah merasakan itu semua." ucapnya tersedu-sedu saat air itu tepat jatuh dipelupuk matanya.
"Cukup Nara! Ibu harap kamu bisa melupakan dia. Kamu harus bahagia bersama Ibu." Tegas Fatma sambil pergi keluar meninggalkan Nara yang masih terisak dalam tangisnya."Tuhan, mengapa takdir hidupku tidak seindah hidup mereka?
Sayapku hilang satu,--- hanya tersisa satu lagi
Apakah aku bisa terbang?
Tanpa belaian lembut seorang ayah
Terlanjur sayap itu patah--- sejak aku berada di bumi Mu
Jujur aku ingin menyerah
Nyatanya dunia terlalu kejam,
Perihal takdir yang kurasa sangat tidak adil.~"***
Waktu telah menunjukkan pukul 20.00 WIB, Nara merasa lelah mungkin karena sedari tadi ia terus menangis. Seketika ia membaringkan tubuhnya diatas kasur. Lalu mengecek handphone-nya. Saat dilihat, tak ada satu pun notifikasi yang muncul.
"Hmm . . beginilah nasib jomblo berkelas." gumamnya.
Saat ia sedang memainkan sosial medianya, tiba-tiba ada satu kiriman status yang mencuri perhatiannya. Status itu bertuliskan,
"Bagaimana bisa aku menembus waktu?
Sedang dirimu lebih memilih berlalu . .
Bagaimana bisa jarak menggapai asa
Sedang rindu tetap mengharapkan temu.
--Mstrs--"Seketika Nara merasa ingin tahu, siapa yang telah menulis status itu. Kata-katanya sederhana namun memiliki makna yang mendalam. Nara pun hendak mengomentarinya tetapi ia mengurungkan niat itu karena mungkin saja Azka tahu siapa orangnya.
Nara mulai mengetikan nomor di layar telepon. Beberapa menit kemudian telepon terhubung,
"Hallo, ka"
"Iya Ra, ada apa?"
"Aku kangen haha,"
"Ciehh bohong banget!"
"Haha iya bohonglah. Eh btw ka, kamu tahu gak akun sosial media yang namanya *Mstrs*?"
"Mmm siapa ya? Aduh gak tahu tuh Ra."
"Ohiya deh gakpapa."
"Emangnya kenapa Ra?"
"Tadi aku baca statusnya sederhana tapi maknanya dalem banget. Tiba-tiba penasaran aja siapa orangnya hehe."
"Ciee jomblo akut terpikat nih," Goda azka
"Aduh apaan sih. Udah dulu ya kak, bye!"Nara pun menutup teleponnya. Tak ada hasil sama sekali. Dia tetap penasaran. Ribuan tanya pun muncul dalam benaknya,
"Apakah akun itu milik Surya? Ahh tetapi mana mungkin dia kan orangnya sangat kaku sekali,"
***
Aku suka,
Pada kalimatmu--- entah siapapun kamu
Aku terpikat,
Pada bahasa sederhana itu---
Semoga kita segera bertemu.--Kinara Ashqia
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Batas Waktu
Teen Fiction"Ku kira waktu itu tiada batasnya Selayaknya dunia yang tak berujung," "Tetapi batas waktu bagiku Saat kita menapaki dunia berbeda, Aku masih di bumi, sedang engkau telah kembali ---- pada penciptamu." Kisah tentang seorang yang ingin tahu seberapa...