Part. 7 Selamat Malam

26 4 0
                                    

Malam ini udaranya sangat dingin, rintik hujan kian menemani lamunan Nara. Tak terlihat sibuk, ia masih merebahkan tubuhnya di atas kasur itu. Memasang headset pada telinganya dengan lagu milik alm. Chrisye - Kisah cintaku. Benar sekali, Nara adalah anak milenial yang menyukai lagu-lagu lawas.

Tiba-tiba saja dering handphonenya berbunyi,

Drtt .. Drttt ..

Disana tertera nama yang tak asing lagi, dia adalah Surya.

"Halo?"
"Mmm apa?"
"Dihh ketus banget!"
"Yaudah Surya mau apa malam-malam begini telpon?" ucap Nara pura-pura bersikap manis padahal ia sendiri begitu jijik dengan tingkahnya.
"Gak ada apa-apa. Cuman mau mastiin apa Qia masih bernafas atau mungkin sudah tak bernyawa haha."
"Jahat banget! Bilang aja kalau sebenarnya Surya rindu Nara kan?"
"Geer wlee!"
"Ish ngeselin!"
"Tapi ngangenin kan?"
"Bodoamat!"
"Haha! Jadi gini aku mau ngajak kamu ke salah satu tempat lagi."
"Nyulik lagi?"
"Nggak sekarang kan minta izin. Jadi mau gak?"
"Gak!"
"Ayolah sebentar kok paling 2 jam."
"Males ketemu orang nyebelin kayak kamu."
"Ohh jadi Qia mau perjanjian itu batal?"

Perjanjian itu. Rencana Nara untuk mengajak Surya mencari ayahnya. Perjalanan yang akan menjadi bagian dari kisah ini.

"Yaudah aku mau."
"Nah gitu dong. Besok jam 6 pagi aku menjemputmu."

Tuttt ..

Suara Surya mengakhiri telponnya. Padahal Nara belum sempat mengatakan setuju.

**

Sejenak beralih dari manusia aneh itu. Kini pikirannya kembali terpusat pada seseorang yang pandai memikat hanya dengan sebuah kata. Masih akun *Mstrs* saat ini belum diketahui siapa pemiliknya.
Nara mencoba menulis status pada salah satu akun sosial medianya.

"Aku tidak sepenuhnya memahami tulisan--

Hingga pada akhirnya aku sendiri paham bahwa tulisan adalah ungkapan ketika bibir tak mampu berkata sedang hati perlu sedikit berbahasa
Ketika bicara tapi tidak pernah didengar
Atau ketika dalam keramaian masih terasa sendirian

Sebab bagiku, tulisan mewakili segala rasa
Deretan katanya hingga bait atau paragraf yang padu
Tak terlepas dari makna penulisnya,
Terikat dan dihidupkan oleh pembaca."

Beberapa menit kemudian terdapat notifikasi pada layar handphone Nara. Rupanya ada komentar masuk untuk status yang beberapa menit yang lalu ia tuliskan. Bunyi komentarnya,

"Itulah sebabnya tulisan menjadi lawan bicara-- mendengar tanpa takut diumbar, bercerita tanpa harus bersuara."

Hingga Batas WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang